17. Fall in Love

367 58 3
                                    

Seminggu berlalu. Kini sekolah semakin sibuk dan fokus. Tugas-tugas mulai menumpuk. Kegiatan organisasi pun semakin padat. Belum lagi ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah lainnya yang mulai menyita tenaga dan waktu murid-murid.

Hari ini ruang kesiswaan terlihat ramai. Banyak murid cowok berdesak-desakan di sana hanya untuk melihat seorang siswi baru. Pindahan dari luar kota. Mereka berbisik-bisik satu sama lain. Tidak jauh beda dengan kelakuan murid perempuan ketika melihat siswa pindahan berwajah rupawan.

Di sudut koridor, kawanan Nasya, Raka, Theo, Dinan, Genta dan Oscar yang masih memakai tas di pundak, berdiri sambil menatap kerumunan. Mata Genta memicing dengan sebelah tangan mengusap dagu. Berpose seolah-olah sedang menganalisis suasana yang ada di depannya.

“Cantik banget kayanya Icha-nya Theo sampe bisa ciptain kerumunan kaya gitu,” ucap Genta.

“Kok Icha gue?” tanya Theo tidak terima.

“Ya, terus, masa' Icha-nya Raka? Raka 'kan udah sama Nasya,” jawab Genta.

“Lah, kok bawa-bawa gue?” tanya Nasya dengan nada tidak suka.

“Ya, kita 'kan bicara fakta, Sya,” jawab Genta sambil cengar-cengir, “Ya, gak, bro?” tanyanya kepada Raka sambil menyenggol pelan lengan cowok itu.

Raka tersenyum kecil kepada Genta. Kemudian cowok itu melempar pandangan kepada Nasya. Ia pun tersenyum miring dengan posisi berdekap tangan. Dan Nasya mendengus kasar.

“Haduh, kalo udah jadian tuh nggak usah diem-diem, kita nggak bakalan minta PJ, kok,” ucap Oscar.

“Siapa yang jadian?” tanya Nasya bingung sekaligus kesal.

“Ya, elu lah! Masa' si Theo. Dia 'kan masih berjuang,” jawab Genta.

“Dih! Berjuang buat apaan, dah?” tanya Theo.

“Buat dedek Icha sayang,” jawab Oscar dan Genta kompak sambil berpose menjijikkan.

Theo berdecak.

“Ribut banget lo pada, bikin sakit telinga gue aja,” celetuk Dinan setelah mendecak kesal.

“Eleh, biasanya juga lo yang paling rusuh. Sok-sokan,” cibir Theo.

“Hari ini nggak usah cari ribut sama gue ya, Theo. Gue lagi males,” jawab Dinan.

“Nggak ada juga yang mau cari ribut sama lo, buang-buang waktu,” balas Theo.

“Eh, lo tuh ngeselin banget, sih?! Nggak tau apa, ya, kalo gue lagi PMS bawaannya tersulut terus?!” tanya Dinan yang mulai emosi.

“Udah, udah. Kalian berdua sehari aja damai, kenapa, sih?” Nasya berdiri di antara kedua temannya itu.

“Si Theo, tuh! Pantes aja Icha nggak mau! Ngeselin, sih!” cibir Dinan.

“Nah, kan, bawa-bawa Icha lagi. Emang, ya, lo tuh nggak pernah mau ngalah sama gue,” jawab Theo.

“Udah, wey! Udah! Astaghfirullah lo berdua,” ucap Genta sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Theo dan Dinan.

“Lo berdua kalo berantem mulu, gue sumpahin jodoh! Mampus, dah, tuh,” timpal Oscar.

“Daripada sama Theo, mending gue jomblo sampe tua,” jawab Dinan ketus.

“Yakin lo mau perawan tua?” tanya Genta.

“Ya, kagaklah!” jawab Dinan semakin kesal.

Tidak lama setelah itu, kerumunan yang ada di depan ruang kesiswaan bergerak mundur menjauhi pintu. Mereka memberi ruang untuk jalan. Hingga beberapa detik kemudian keluarlah cewek yang sedari tadi mereka tunggu kehadirannya bersama Bu Desi —guru kesiswaan.

First Tuesday In September✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang