12. Don't Touch Her

353 53 18
                                    

Alicia menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Cewek itu tidak mempedulikan Nasya yang sudah mengumpat dan mengomelinya. Tatapan Alicia dingin. Ia seolah ingin membunuh Nasya.

“Berhenti! Gue nggak mau mati bareng lo!” teriak Nasya dengan sebelah tangan berpegangan erat.

“Gue nggak akan berhenti, gue akan buang lo ke tempat yang jauh!” desis Alicia tajam.

“Lo nggak waras, ya?! Gue bahkan nggak kenal sama lo!” ucap Nasya berbohong. Padahal ia tau betul bahwa saat ini ia sedang dibawa kabur oleh pacar Ibra.

“Diem lo!” teriak Alicia tanpa mengalihkan tatapannya dari jalan.

Ponsel Nasya yang berada di tas bergetar. Nasya ingin meraih ponsel itu, tapi ia tidak mau melepaskan genggamannya dari sabuk dan juga pegangan tangan di atas pintu mobil. Nasya seumur hidup tidak pernah menaiki mobil dengan kecepatan tinggi seperti sekarang. Oleh sebab itu jantung Nasya berdetak cepat. Ia takut. Benar-benar takut.

“Raka tolongin gue,” satu kalimat itu yang terus ia ucapkan dalam hatinya. Berharap semoga si empunya nama berfirasat tentangnya. Nasya tidak tahu, tapi ia benar-benar berharap bahwa Tuhan membawa Raka untuk menyelamatkannya.

Lima menit kemudian mobil merah yang mereka tumpangi berbelok ke sebuah gang kecil. Kecepatan mobil melambat karena kondisi jalan yang tidak bagus. Jalannya berlubang dengan genangan lumpur. Dinding gang itu penuh dengan coretan cat semprot. Ada beberapa kata-kata tidak pantas dengan disertai gambar tidak senonoh di dinding gang tersebut.

Nasya menangis dalam hati. Entah kemana Alicia membawanya. Dan apa maksud cewek itu tiba-tiba menculiknya hingga membawa ia ke tempat mengerikan seperti ini. Nasya takut. Nasya memang tomboy, tapi ia bukanlah seorang cewek bar-bar seperti Dinan yang berani kepada siapa saja.

“Alicia kemana lo bawa gue?” tanya Nasya dengan berteriak.

“Ke neraka!” Alicia kemudian menarik rem tangan dan turun dari mobil.

Cewek itu memutari bagian depan mobil untuk menghampiri Nasya. Nasya yang cerdas segera mengunci pintu mobil dari dalam agar Alicia tidak bisa membukanya. Nasya baru sadar bahwa mobil ini berhenti di depan sebuah rumah gubuk yang berantakan. Terlihat beberapa botol minuman keras di sana.

“BUKA!” teriak Alicia dari luar.

“Nasya! Jangan lo pikir lo bisa lolos dari gue!”

Nasya tidak peduli. Ia pindah ke kursi belakang dan bergerak mengunci semua pintu mobil. Lebih baik ia terkurung di dalam mobil daripada harus dibawa menuju rumah mengerikan itu. Selagi Alicia mengetuk kaca mobil dengan brutal, Nasya dengan tangan bergetar meraih ponselnya dari tas.

“Nasya! Dasar cewek nggak tau diri!” teriak Alicia yang disusul umpatan kemudian.

Beberapa kali ponsel Nasya terlepas dari tangannya. Tangannya bahkan mulai berair. Ia tidak bisa memegang ponselnya dengan benar. Dan kini mencoba meraih ponselnya yang kembali terjatuh ke bawah jok mobil.

Setelah ponselnya sudah kembali ke tangan, Ia segera mencari nomor ponsel Raka dan menghubungi cowok itu. Terdengar nada beraturan dari seberang. Jantung Nasya berdetak cepat seiring dengan semakin ramainya orang mengerubungi mobil Alicia dan terus berusaha untuk mengeluarkan Nasya dengan paksa dari sana. Beberap cowok urakan memaki dan berbicara dengan kasar dari balik kaca mobil.

“Woy! Buka pintunya!”

“Lo nggak akan bisa kabur dari Alicia!”

Nasya melirik mereka semua. “Raka, tolong angkat telponnya,” Nasya semakin pucat. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih dan akhirnya memilih mengirimkan lokasinya kepada Raka setelah sepuluh kali panggilannya tidak diterima oleh cowok itu.

First Tuesday In September✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang