02. Bad Talk

691 125 77
                                    

Nasya duduk di kamarnya dengan ponsel yang terus berada di tangannya. Sejak pulang sekolah, cewek itu hanya menghabiskan waktu dengan malas-malasan. Hitung-hitung, sekolah belum masuk tahap serius. Belum ada tugas yang diberikan, karena guru masih memberikan waktu untuk beradaptasi.

Ia membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Mulai dari grup kelas yang baru dibuat, dan keriuhan yang biasa dilakukan di grup SMP-nya dulu.

Dan seperti biasa. Nasya melancarkan hobinya. Ia mencari tau setiap murid yang ada di kelasnya. Mulai dari men-stalking akun media sosial mereka, mengunjungi email mereka, dan blog sekolah mereka yang lama.

Dengan diiringi lagu kesukaannya yang telah ia ulang-ulang sampai ratusan kali. Nasya terlihat begitu serius dengan kegiatannya itu. Ia juga tidak segan membagikan informasi itu ke grup teman dekatnya di SMP yang berisi empat orang member.

Orang-orang itu adalah, Theo, Icha, Dinan, dan Nasya sendiri.

Disaat Nasya sibuk mencari tau akun personal tiap-tiap murid di kelasnya, Theo malah mencari akun keluarga mereka. Mulai dari Orangtua, adik, abang, kakak, sampai sepupu-sepupu mereka.

Kegiatan yang benar-benar illegal untuk dilakukan.

Hingga sebuah notifikasi dari Theo memberhentikan ketikan jari Nasya di layar ponselnya. Nasya pun membuka pesan tersebut. Ia terdiam menatap sebuah hasil screenshot yang dikirim Theo kepadanya melalui kolom chat pribadi.

Disana terlihat seseorang yang pernah ia perjuangkan sedang tersenyum bersama seorang cewek yang berdiri di sisinya. Mereka sama-sama menggunakan kemeja berwarna hitam, dengan celana berwarna moccha.

Theo💀 : Gw dpt ini dari si Gea
Theo💀 : Katanya sih, mereka jadian

Oh

Theo 💀 : Move On napa bos?
Theo 💀 : Nggk capek apa ya suka sama org itu2 mulu
Theo 💀 : Udh 3 thn -.-

Klo bisa kan udh dri dulu
Masalahnya gk semudah itu --

Theo 💀 : Tuh, di kelas ada si Raka

Beku ntar deket2 dia

Theo 💀 : Ya, ati2 aja lo kenak karma
Theo 💀 : Bye, gw mu nge-game
Theo 💀 : Gosah kgn.

read

Nasya menurunkan layar ponselnya. Ia kembali teringat dengan sosok itu. Orang yang dulu selalu ia dambakan. Orang yang begitu ia puja. Yang sudah membuat hatinya tidak bisa beralih kemana-mana selama kurang-lebih tiga tahun.

Nasya sudah berjuang untuk melupakan cowok itu. Tapi, usahanya selalu saja gagal. Saat Nasya mulai melupakan, tiba-tiba ia menghubungi Nasya. Walau sekedar menyapa teman lama, namun bagi Nasya ini tidak mudah.

Nasya tidak pernah menyangka ia akan menyukai seseorang sampai sejauh ini. Ia benar-benar merasa menjadi cewek paling bodoh di dunia. Mengharapkan seseorang yang jelas-jelas tidak mungkin membalas perasaannya.

Tiba-tiba perut Nasya berbunyi. Menandakan ia mulai lapar. Setelah melirik jam di atas nakas, Nasya pun turun dari ranjangnya dan meraih jaket hitam yang tergantung di lemari.

“Bi, Mama belum pulang, ya?” tanya Nasya saat melihat Bi Asih sedang menyapu halaman depan.

“Belum, Non,” jawab Bi Asih, “Tadi siang Nyonya telpon, katanya baru bisa pulang dua minggu lagi. Itupun paling cepat, karena bisa aja bulan depan.”

First Tuesday In September✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang