Langit terlihat mendung. Seolah paham dengan situasi yang sedang terjadi di sana. Proses pemakaman berjalan dengan lancar. Meski diiringi isak tangis, kini mereka sudah ikhlas melepas kepergian salah satu teman terbaik yang mereka punya. Satu persatu pelayat meninggalkan tempat pemakaman itu. Hingga kini hanya tersisa keluarga inti Dinan dan teman dekat cewek itu.
Nasya, Icha, dan Theo masih setia berjongkok di sisi gundukan tanah yang basah. Ibra dan Raka hanya mengamati mereka dalam diam.
Theo terdiam lesu. Banyak perban dan kapas yang menutupi wajah dan tangan cowok itu. Ia juga mengabaikan denyut yang terus menyerang kakinya. Ia mengabaikan rasa sakit yang menyerang kepalanya. Meski air mata tak dapat mengalir dari pelupuk matanya, tapi wajah Theo menggambarkan dengan jelas betapa terpukulnya ia. Sejak kabar kematian Dinan terdengar, Theo belum sekalipun membuka suaranya. Ia banyak diam dengan tatapan kosong dan menerawang.
Theo mengelus pelan nisan itu. Baru malam kemarin ia kembali tertawa lepas karena Dinan. Rasanya baru saja ia menjahili cewek itu hingga cewek itu mengomel kesal. Tapi, pagi ini ia sudah kehilangan Dinan. Ia sudah benar-benar kehilangan cewek itu. Tanpa sadar, akhirnya setetes air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya.
Nasya masih sesenggukan. Ia dan Icha saling merangkul dan menguatkan satu sama lain. Ia sama terpukulnya dengan Theo. Sampai hari ini, dirinya juga belum bersuara. Ia terus-menerus menangisi kepergian Dinan yang tiba-tiba. Ia juga tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri dan memukuli wajahnya dengan penuh amarah.
Dinan adalah sosok yang paling berarti baginya. Cewek itu adalah teman sekelasnya, teman sebangkunya, teman seperjuangannya, dan teman terbaiknya. Tidak akan ada satupun orang yang dapat menggantikan posisi Dinan baginya. Cewek itu selalu ada untuknya, melindunginya, membelanya, merangkulnya. Mereka sudah seperti saudara kandung. Nasya benar-benar hancur karena kepergian Dinan yang tiba-tiba.
Ia rela kehilangan seluruh hidupnya. Ia rela kehilangan seluruh teman sekolah yang ia punya, asalkan ia tidak kehilangan teman terbaik yang selalu ada di sisinya.
“Maafin gue, ini semua salah gue,” ucap Icha disela isak tangisnya.
Nasya tidak merespon. Matanya tidak lepas dari nisan bertuliskan nama Dinan. Air mata pun tidak berhenti mengalir membasahi wajahnya. Ia kemudian berdiri. Diikuti oleh Theo dan Icha. Mereka menghampiri orangtua Dinan yang sudah berhenti menangis, tetapi masih sesenggukan.
“Maaf,” ucap Nasya dengan kepala menunduk. Akhirnya ia memberanikan diri untuk menghadapi orangtua Dinan yang sejak semalam terus dihindarinya.
Saat malam di mana Dinan hilang, orangtua cewek itu sempat menelepon Nasya. Mereka menangis menanyakan keadaan Dinan. Tetapi, malam itu Nasya tidak bisa melakukan apa-apa. Hingga akhirnya ia meminta Ibra untuk mewakili orangtua Dinan dan Theo melaporkan tentang hilangnya mereka ke polisi.
Orangtua Dinan menaruh harapan besar kepada Nasya. Sebab, mereka tau bahwa Nasya dan Dinan berhubungan sangat dekat. Mereka benar-benar berharap Nasya dapat membawa kembali Dinan kepada mereka dalam keadaan baik-baik saja. Kemarin, saat Nasya dan Ibra sedang menuju ke rumah Alicia, orangtua Dinan juga sempat menghubungi Nasya untuk menanyakan tentang perkembangan pencarian mereka. Hal itu semakin membuat Nasya menjadi terbeban.
Setelah Dinan ditemukan, cewek itu sempat dirawat dan kritis. Nasya benar-benar tidak bisa tenang selama Dinan berada di ruang ICU dalam keadaan koma. Ditambah lagi, orangtua cewek itu terlihat sangat terpukul dan sedih. Itu membuat Nasya menjadi semakin tertekan.
Saat Dinan dinyatakan meninggal, Nasya benar-benar dihantam perasaan bersalah. Ia terus menghindari orangtua Dinan. Ia bahkan sengaja menarik diri dan menjauh dari semua orang selama seharian penuh. Ia merasa bahwa ialah yang paling bertanggungjawab atas semua kekacauan yang terjadi. Nasya tidak bisa menghadapi mereka. Ia terus dihantui dengan penyesalan dan dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Tuesday In September✔️
Novela Juvenil[The Winner of Readers Choice WWF2019] [COMPLETE] [Tahap Revisi] Pemalu tapi tomboy. Pendiam tapi bukan Introvert. Sulit berteman tapi ramah. Ialah Nasya Shienna G. Gadis berkulit gelap dengan iris mata secoklat madu. Kini ia menginjakkan kaki di ba...