42. That Box

196 26 8
                                    

Nasya berbaring bosan di atas kasurnya. Ia melirik ponselnya yang sepi notifikasi. Tidak biasanya ponsel Nasya berada dalam mode benar-benar hening seperti itu. Biasanya ada saja notifikasi tidak penting yang masuk ke ponselnya. Baik itu dari grup kelas, grup SMP, grup kleb sepedanya, ataupun grup berempat yang diisi oleh Dinan, Theo, dan Icha.

Semenjak Dinan begitu membenci Icha, pertemanan mereka tidak lagi seakrab dulu. Bahkan grup yang dulu slalu bisa membuat Nasya tertawa sampai tengah malam, kini sudah tidak pernah lagi muncul notifikasinya. Kini untuk bertemu di luar sekolah pun sulit. Sebab baik Icha, Dinan, maupun Theo sekarang sudah memiliki urusan masing-masing. Icha sibuk dengan teman lamanya, sedangkan Dinan dan Theo sibuk mencari tau lebih lanjut tentang cewek itu. Pun sekali bertemu, Dinan pasti akan bersikap ketus kepada Icha. Ia benar-benar tidak lagi berniat untuk memiliki hubungan apapun dengan cewek itu.

Nasya mendengus. Semakin lama hidupnya menjadi semakin berantakan. Tapi, Nasya bertekad bahwa ia akan memperbaiki semua keadaan ini sebelum ia berangkat ke luar negeri. Ia akan melakukan segala cara agar semua teman-temannya bisa kembali berhubungan baik. Ia juga berharap kalau ia bisa kembali berhubungan baik dengan Raka.

Sebulan lagi bukanlah waktu yang lama. Hanya tinggal menghitung hari dan tanpa sadar Nasya harus siap meninggalkan semua kehidupannya yang ada di negara ini. Ia harus siap meninggalkan semua kenangan indahnya di sini. Baik yang ia ingat, maupun yang tidak bisa lagi ia ingat. Tapi, lagi-lagi Nasya berambisi untuk mencari tau kehidupan masa lalunya sebelum ia pergi jauh dari tempat yang telah mengajarinya banyak hal ini.

Sebenarnya Nasya sempat menolak untuk ikut orangtuanya pindah. Sebab ia tau alasan mereka mengajaknya pindah adalah supaya ia melupakan semua hal yang telah dilaluinya. Termasuk masa lalunya yang benar-benar dikubur dalam oleh kedua orangtuanya itu. Masa lalu yang takkan pernah mereka buka meski Nasya mengancam mereka dengan nyawanya.

Namun, Nasya akhirnya luluh setelah melihat perubahan sikap Raka. Ia lebih memilih pergi sejauh-jauhnya dari cowok itu daripada harus melihat cowok itu menjauhinya. Ia tidak akan kuat terus-menerus menghadapi sikap ketus Raka padanya. Meskipun setengah hatinya tidak rela meninggalkan Theo, Dinan, dan Ibra. Ia terpaksa melakukan ini semua. Ini semua agar jika nanti dirinya pergi, Dinan tidak lagi menyalahkan Icha atas perubahan sikap Raka. Atau mereka setidaknya tidak akan lagi saling bermusuhan satu sama lain. Raka juga tidak perlu lagi menjauhi Theo.

Nasya menghela panjang. Kepalanya tiba-tiba berdenyut karena ia berpikir terlalu keras tentang banyak hal. Ia segera duduk dan meraih botol obat di dalam laci nakas samping tempat tidurnya. Dengan segelas air putih yang selalu tersedia di atas nakas, Nasya dengan cepat menelan obatnya.

Ia duduk bertumpu dengan kepala menunduk. Tiba-tiba sekelebat bayangan lewat dalam kepalanya. Bayangan tentang seorang cowok bertubuh gempal dengan wajah penuh bekas luka dan beruntusan. Cowok itu menunduk dengan wajah ketakutan. Matanya sembab dengan wajah basah.

Nafasnya tersengal-sengal. Degup jantungnya naik dua kali lipat. Rasanya ia seperti baru selesai lari maraton sejauh dua puluh kilometer. Nasya memejamkan matanya. Ia mencoba untuk menggali potongan ingatan itu lebih dalam. Tetapi, bayangan ingatan itu lewat seperti sebuah kaset tanpa warna. Semuanya abu-abu. Samar-samar. Nasya tidak bisa melihat wajah itu terlalu jelas walau ia sangat ingin.

"Siapa? Dia siapa?" gumam Nasya lirih sambil memegangi kepalanya. Nasya terdiam lama. Tiba-tiba ia kembali teringat sebuah objek yang sempat ia ingin cari sebelumnya, "kotak, kotak itu, di mana kotaknya?"

Nasya segera bangkit dari ranjangnya tanpa lupa membawa ponselnya. Ia berlari keluar dari kamar, menuruni anak tangga secepat yang ia bisa, selanjutnya berbelok menuju taman belakang. Lebih tepatnya ia berlari menuju gudang di belakang rumahnya itu.

First Tuesday In September✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang