13. Fight

342 57 7
                                    

Nasya menerima ponsel yang diberikan Bi Asih kepadanya. Ia tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Kemudian ia menatap layar ponselnya yang menyala. Terdapat sebuah pesan dari Theo. Tanpa berpikir lama, Nasya segera membuka pesan itu dan membacanya.

Theo 💀: Raka sama Ibra brantem

Nasya segera berusaha bangkit dari tidurnya. Ia menyibak selimut berwarna biru itu, kemudian turun dari brangkar tanpa aba-aba. Meski kepalanya sedikit pusing dan tatapannya berkunang-kunang, tapi Nasya terus melangkah.

Bi Asih yang baru keluar dari kamar mandi, melihat Nasya baru saja meraih kenop pintu, "Non! Mau kemana?"

Nasya menoleh sebentar, kemudian ia segera berlari keluar dari kamar dengan pakaian rumah sakit dan sandal rumah sakit. Rambutnya ia biarkan tergerai. Ponselnya masih ia genggam erat.

Beberapa perawat mencoba menghentikannya, tapi Nasya tetap berlari menuju pintu keluar rumah sakit. Saat sudah berada di pekarangan rumah sakit, Nasya buru-buru memesan ojek online. Ia sebelumnya juga sudah meminta Theo agar mengirimkan lokasi mereka saat ini.

Theo 💀: Halaman belakang sekolah kita

Tanpa menunggu lama, Nasya langsung mendapat pesan dari abang ojek bahwa ojek pesanannya sudah ada di depan rumah sakit. Nasya pun segera berlari. Ia menerima helm yang diberikan abang ojol tersebut dan menepuk pundak abang ojol itu agar bergerak dengan cepat.

Kebetulan lokasi sekolah dengan rumah sakit tidak jauh. Jadi, tidak sampai tujuh menit mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah yang hanya terbuka sedikit. Nasya segera turun dan membayar ojeknya. Kemudian ia berlari sekuat tenaga menuju halaman belakang sekolah yang jaraknya cukup jauh. Untung saja suasana sekolah Nasya tidak mengerikan. Ada lampu di setiap sudut, juga ramai anak ekskul dan organisasi yang berada di sekolah.

Saat tiba di lapangan belakang sekolah, sudah ramai murid-murid yang menyoraki mereka. Sepertinya hal ini sudah tersebar ke seluruh murid, karena Nasya melihat banyak yang memakai baju non-seragam menonton perkelahian Raka dan Ibra. Tanpa mempedulikan itu semua, Nasya datang menerobos keramaian.

"Nasya?!" Dinan berujar kaget dan kemudian menarik Nasya menjauhi keramaian, "ngapain lo di sini? Siapa yang ngasih tau?"

"Theo," jawab Nasya pasrah.

"Ya Allah si Theo, padahal udah dibilangin jangan ngasih tau ke lo. Kan keadaan lo belum pulih," ucap Dinan menahan kesal.

Mengabaikan umpatan kecil Dina kepada Theo, Nasya bertanya, "Kenapa Raka sama Ibra bisa berantem lagi?"

"Kayanya Alicia ngadu ke Ibra yang nggak-nggak soal kejadian tadi sore. Kan lo tau, Alicia itu ular," ucap Dinan.

Tanpa pikir panjang Nasya kembali menerobos kerumunan murid-murid yang sedang menyoraki Raka. Dinan pun dengan cepat menyusul cewek itu. Saat berhasil berdiri di tengah-tengah kerumunan, Nasya dapat melihat Theo sedang berusaha menahan Raka dengan dibantu beberapa anak OSIS. Di sisi lain kerumunan Alicia berdiri menatap Nasya dengan angkuh. Tergambar senyuman sinis di wajahnya yang hanya disinari cahaya temaram.

Nasya berdecak kesal. Ia menggeram kemudian segera berlari mendekati Raka yang masih emosi dengan kobaran api menyala-nyala di kedua matanya. Bahkan cowok itu masih belum menyadari kedatangan Nasya.

"Lo buka mata lo Saikal!" ucap Raka membentak dengan gaya andalannya.

"Lo yang seharusnya berhenti gangguin Alicia!" balas Ibra dengan emosi.

Raka mendecak sekali kemudian mengacungkan jari telunjuknya ke arah berdirinya Alicia, "Cewek lo itu penipu ulung! Kenapa masih juga percaya sama ucapan dia yang semuanya sampah?"

First Tuesday In September✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang