"Jadi, bener, kamu ketemu cewek yang waktu itu?" tanya Faiq, begitu seorang pelayan mengantarkan pesanan ia, Danang dan Lidya di meja bundar yang ada di hadapan mereka bertiga.
Danang mengerutkan keningnya. "Cewek? Siapa nih maksudnya?"
Faiq tersenyum mendengar pertanyaan Danang itu. Ia kemudian merubah posisi duduknya, dari yang awalnya duduk bersandar, kini menjadi duduk tegap dan meletakkan kedua tangannya di meja. "Cewek yang waktu itu lho, Nang. Yang di depan pos waktu kamu jaga itu."
"Iya, mas." jawab Lidya antusias. "Aku udah ketemu sama dia. Udah tau nomor teleponnya juga malah."
Danang justru mengerutkan keningnya. "Terus, hubungannya sama aku, apaan?"
"Ya kan Mas Danang jadi bisa kenalan sama cewek itu." jawab Lidya. "Siapa tau jodoh, mas. Kan yang penting usaha dulu."
"Bener itu, Nang. Soal nantinya kalian berjodoh atau enggak, itu dipikir nanti lah. Yang penting kamu udah berusaha buat kenal sama dia." saran Faiq.
"Kalian tuh suka aneh-aneh aja tahu nggak?" cibir Danang. "Bahkan aku aja nggak pernah bilang, kalau aku mau kenalan sama dia lho. Tapi kalian malah dengan inisiatif sendiri mau..."
"Mbak Afi!" Lidya melambaikan tangannya ke arah pintu masuk, sambil berteriak seakan memanggil seseorang.
Selang beberapa detik, ada seorang gadis yang memakai gamis syar'i berwarna hijau pastel berdiri di hadapan Lidya yang memang sedang menantinya. Mereka berdua pun akhirnya berpelukan. Ya. Gadis itu adalah Afi.
"Maaf ya, aku telat, dek. Tadi motor ojek onlinenya agak rewel soalnya." sesal Afi, setelah melepaskan pelukannya.
Lidya menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum. "Nggak apa-apa kok, mbak. Kebetulan aku juga ada yang nemenin, jadi nggak kerasa juga waktu nungguin Mbak Afi."
"Kamu pengertian banget, dek." puji Afi. "Makasih ya."
Lidya mengangguk. "Oh iya, mbak, kenalin, ini kakak aku, namanya Faiq. Dan yang itu, temennya Mas Faiq, namanya Mas Danang."
Afi tersenyum sambil menatap Faiq dan Danang bergantian. "Assalamualaikum. Saya Afi. Teman barunya Lidya." Ia mengatakan kalimat itu sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.
Faiq yang akan mengulurkan tangannya pun, pada akhirnya menarik kembali tangannya, kemudian melakukan hal yang sama di depan dadanya. "Waalaikumsalam. Saya Faiq, mbak. Kakaknya Lidya. Dan ini, teman saya," Faiq menatap Danang, yang seakan diam mematung setelah kedatangan Afi. Ia kemudian menepuk lengan kanan Danang, yang langsung membuat Danang terperanjat. "Nang! Kenalan dulu! Malah ngelamun!"
"Oh iya!" pekik Danang. Ia kemudian langsung berdiri, lalu menangkupkan kedua telapak tangannya di dada. "Saya Danang, mbak."
"Nah, kan udah saling kenal semuanya. Jadi, mending Mbak Afi pesen makanan dulu, sebelum kita bahas apa yang waktu itu aku tanyain di telepon. Gimana, mbak?"
Afi tersenyum. "Terserah kamu aja, dek." jawab Afi, setelah duduk di sisi kanan Lidya.
Lidya mengangguk antusias. Ia kemudian memanggil seorang pelayan di cafe itu. Kemudian memesankan makanan untuk Afi.
"Emang kamu mau nanyain apa, dek?" tanya Danang, yang sejak tadi hanya terdiam.
"Mas Danang kepo!" cibir Lidya, kemudian menjulurkan lidah ke arah Danang.
"Tuh, Iq, adikmu! Kelakuannya, bener-bener nggak sopan sama yang lebih tua!"
Faiq yang mendengar kalimat Danang itu justru terbahak. "Yang udah tua, akhirnya ngaku juga."

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful People #2
RomanceKisah seorang Perwira Angkatan Darat, yang seakan menjaga jarak dengan para gadis yang mencoba mendekatinya Akankah ada gadis yang mampu meluluhkan hatinya yang seolah membeku itu? . . . . Sequel 'Crossing THE POLICE LINE' tapi kalau misalnya nggak...