"Coba nanti biar mas yang jelasin ke adek pelan-pelan, yah." saran Faiq, yang langsung di jawab anggukan oleh Zaenal. "Semoga aja dia bisa ngerti."
Zaenal mengangguk pelan.
"Kalau begitu, Danang pamit nggeh, yah. Maaf kalau kedatangan Danang justru memperkeruh suasana, bukannya mendamaikan."
***
"Dek."
Faiq memasuki kamar Lidya yang tidak di kunci, dan mendapati adiknya itu sedang menghapus airmata di wajahnya dengan kasar.
"Mas mau ngapain?" sinis Lidya, saat melihat Faiq melangkah masuk.
"Mau duduk. Nggak boleh?" tanya Faiq, setelah ia duduk di tempat tidur Lidya, tepat di hadapan adiknya itu.
"Cari tempat lain sana! Aku lagi pengen sendiri." Lidya mendorong tubuh Faiq agar segera keluar dari kamarnya.
"Nggak mau."
"Kok mas ngeyel sih?" protes Lidya.
"Udah berani natap mata mas?"
"Emang kenapa aku nggak berani natap mata mas?" balas Lidya tak kalah sengit.
"Bukannya tadi kamu justru lagi nangis? Biasanya kalau kamu lagi nangis kan kamu malu kalau ada di deket mas."
"Ya makanya mas keluar." Lidya masih berusaha mendorong tubuh kakaknya itu. "Lagian ngapain sih di sini? Temenin ayah aja sana. Aku lagi pengen sendiri, mas."
"Ayah lagi mandi, terus mau istirahat sebentar katanya. Makanya mas ke sini." jawab Faiq. "Kamu kenapa nggak mau denger penjelasan Danang?"
"Ya karena nggak penting. Kan aku nggak penting buat temen mas itu, ngapain pake repot-repot ngejelasin segala?"
"Hari pertama setelah Danang ngebahas pengajuan sama kamu itu, dia.."
"Aku nggak mau denger, mas." sela Lidya.
"Ya itu urusan kamu. Yang penting mas mau duduk di sini sambil ngomongin ini. Bodo amat kamu mau dengerin atau enggak." sungut Faiq. "Hari pertama itu Danang udah nanya ke mas, gimana caranya ngebujuk kamu biar kamu nggak ngambek lagi sama dia, karena dia mikirnya kamu pasti ngambek setelah Danang ajak buat ngurus berkas pengajuan itu. Tapi waktu Danang mau ngajak kamu buat ketemuan, dia malah dapet surat perintah dari Komandan, buat tugas besok itu."
Faiq menatap Lidya yang seolah acuh, tidak mau mendengarkan dan memilih menyibukkan diri dengan materi skripsinya. Padahal Faiq tahu, adiknya itu mendengarkan apa yang ia jelaskan.
"Setelah dapet surat perintah itu, Danang sibuk latihan. Kadang sampe maghrib baru selesai. Kadang bahkan setelah isya' harus latihan lagi sampe tengah malem. Makanya dia lebih sering nge-reject telepon dari kamu. Itu karena dia masih latihan."
Lidya menutup skripsinya dengan kasar. "Terus kenapa chat dari aku yang sebanyak itu nggak di bales? Emang sesibuk itu sampe bales chat aja nggak bisa?"
"Bukannya nggak bisa, tapi dianya yang takut ganggu istirahat kamu. Tadi kamu denger kan, mas bilang kalau dia aja kadang baru selesai latihan tengah malem. Dan dia juga ngerti kamu butuh istirahat, biar kamu bisa fokus ngadepin sidang kamu. Bukannya kamu sendiri yang bilang, mau nunda ngurus pengajuan dan fokus buat sidang skripsi sama wisuda kamu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful People #2
RomanceKisah seorang Perwira Angkatan Darat, yang seakan menjaga jarak dengan para gadis yang mencoba mendekatinya Akankah ada gadis yang mampu meluluhkan hatinya yang seolah membeku itu? . . . . Sequel 'Crossing THE POLICE LINE' tapi kalau misalnya nggak...