TIGA PULUH ENAM

5.8K 258 32
                                        

"Ya, mas?" jawab Lidya. "Ada apa?"

"Kayva mau pamit. Si Kembar udah rewel minta pulang soalnya. Katanya sebelum pulang, ada yang mau di omongin dulu sama kamu." jelas Danang.

Lidya mengangguk pelan. "Iya, mas. Sekarang Kayvanya dimana?"

"Ayo ikut mas."

Lidya pun mengikuti langkah Danang menuju teras rumah saudaranya yang tepat berada di seberang rumahnya. Di sana, Kayva dan Dimas sudah menunggu dengan menggandeng Si Kembar yang terlihat sudah lelah.

"Lid, aku pamit dulu ya? Soalnya Si Kembar udah rewel nih, minta pulang. Mau aku ajak nginep juga, mereka nggak mau kalau di tempat baru gini. Pasti butuh adaptasi dulu. Jadi mending aku ajak pulang aja. Lagian Mas Dimas juga nanti ada tugas." jelas Kayva, saat Lidya dan Danang sudah berada di hadapannya.

Lidya tersenyum ke arah Kayva. "Nggak apa-apa. Hati-hati ya pulangnya. Maaf udah ngerepotin hari ini."

Kayva menggelengkan kepalanya, lalu memeluk Lidya erat. "Bahagia sama Mas Danang ya, Lid. Aku yakin kalian pasti saling menbahagiakan satu sama lain, karena kalian juga saling cinta dan sayang. Aku titip Mas Danang sama kamu, karena kamu yang bisa ngimbangin Mas Danang. Cuma kamu yang bisa ngelengkapin Mas Danang. Semoga kalian bahagia dunia dan akhirat."

Lidya membalas pelukan Kayva. "Makasih kamu udah percaya sama aku, Key. Makasih juga doanya. Semoga aku bisa bahagiain Mas Danang. Aamiin."

Kayva kemudian melepas pelukan itu. Ia menatap Lidya yang juga berkaca-kaca menatapnya. "Udah dong. Masa pengantinnya nangis? Nggak lucu ah!" Ia menghapus air di sudut mata Lidya.

Lidya terkekeh, sambil ikut menghapus air di sudut matanya yang lain.

"Ya kamu yang bikin dia nangis, Key." sergah Danang, yang langsung membuat Kayva memukul lengan atasnya.

"Sembarangan! Kita tuh nangis haru, tahu! Akhirnya Mas Danang bisa ijab qobul juga." ledek Kayva, yang langsung membuat Danang mencibirnya.

"Sembarangan kalau ngomong ya." balas Danang tak kalah sengit.

"Bunda, ayo pulang." rengek Reynand, sambil menarik tangan Kayva.

Kayva menatap Reynand, kemudian tersenyum sambil mengusap kepalanya. "Iya, bang. Kita pulang. Tapi pamit dulu sama pakdhe sama budhe ya?"

Reynand dan Rizal pun mengulurkan tangannya ke arah Lidya dan Danang. "Pakdhe, budhe, kita pulang dulu ya?"

Lidya yang gemas dengan tingkah keduanya pun kini berjongkok mensejajarkan tingginya dengan tinggi Si Kembar. Ia lalu mengusap kepala Si Kembar dengan tangan kiri dan kanannya sambil tersenyum. "Kalian hati-hati ya pulangnya. Jangan lupa rajin belajar, dan inget apa nasehat ayah sama bunda kalian ya? Selalu jadi anak yang baik ya, sayang."

Si Kembar mengangguk bersamaan. "Iya, budhe." Keduanya lalu mencium punggung tangan Lidya, dan mendapat ciuman di pipi mereka masing-masing dari Lidya.

"Janji bakal jadi anak yang baik?" pinta Danang, sambil mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Si Kembar.

Reynand dan Rizal seketika menautkan jari kelingking mereka ke jari Danang. "Janji, pakdhe."

"Oke." Danang bangkit berdiri, setelah mencium pipi Si Kembar, dan memeluknya.

"Pulang dulu ya, Nang." pamit Dimas, sambil menyalami Danang.

"Hati-hati, Dim." balas Danang.

Dimas mengangguk, sebelum akhirnya ia dan keluarga kecilnya masuk ke dalam mobil.

"Ehm bii." panggil Lidya ragu.

Danang menengok sambil tersenyum. "Dalem, sayang. Ada apa?"

Pipi Lidya kian bersemu, kala mendengar jawaban Danang itu.

Beautiful People #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang