Lidya mengalihkan tatapannya, dari layar handphonenya, kini beralih menatap Zahra. "Bu, Mas Danang kenapa?"
Zahra membelalakkan matanya. Merasa kaget dengan pertanyaan Lidya padanya. Ia kemudian masuk ke kamar Lidya, dan mendekati putri sulungnya itu. "Maksud adek, gimana? Mas Danang kenapa, sayang?"
Lidya menggelengkan kepalanya pelan. Airmatanya tanpa sadar membasahi wajahnya. "Ibu tahu kan, Mas Danang kenapa?"
Zahra merasa gugup. Ia bingung bagaimana cara menyampaikannya pada Lidya.
"Bu?" panggil Lidya, karena ia tak kunjung mendapat jawaban.
***
"Mas Danang.. Tulang rusuknya retak waktu latihan beladiri sama Komandannya."
Kalimat itu masih terus saja terngiang di kepala Lidya, meski saat ini ia sudah berada rumah sakit sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Zahra.
Lidya melangkahkan kaki tergesa. Menyusuri lorong demi lorong rumah sakit, untuk mencari keberadaan ruangan tempat Danang dirawat. Namun, saat baru saja berbelok arah, ia hampir saja menabrak sebuah brangkar yang...
"Mas Danang?"
"Lho? Lidya?" pekik Danial, merasa terkejut dengan keberadaan Lidya di lorong rumah sakit, saat ia mengikuti brankar yang ditempati oleh Danang di dorong oleh beberapa orang perawat.
"Pak Danial?
Danial berhenti tepat di hadapan Lidya. "Kamu kok bisa ada di sini?"
Lidya menegakkan kembali tubuhnya, setelah mencium punggung tangan Danial. "Kondisi Mas Danang gimana, pak?"
Danial menepuk lengan Lidya. "Ayo ikut ke ruang perawatan Danang. Kita bicara di sana saja."
Lidya mengangguk, kemudian mengikuti langkah Danial mengikuti kemana arah brankar Danang tadi di bawa. Hingga, sampai saat Danang di masukkan ke salah satu ruangan, yang sepertinya itu adalah ruang perawatan Danang, seperti yang Kayva unggah beberapa jam yang lalu.
"Sudah semua, dok." ujar salah satu perawat, yang sudah menyelesaikan tugasnya.
"Terimakasih. Kalian bisa kembali ke tempat." ujar Danial. Kedua perawat yang tadi mendorong brankar Danang pun keluar ruang perawatan Danang.
"Jadi, kondisi Mas Danang gimana, pak? Apa ada yang parah?" tanya Lidya, saat ia melihat Danial kembali memeriksa kondisi Danang.
Danial mengantongi stetoskop yang baru saja ia gunakan ke dalam saku jas putihnya, lalu tersenyum ke arah Lidya. "Tidak ada yang perlu di khawatirkan sebenarnya. Tulang rusuk yang retak juga sudah ditangani. Kalau Danang benar-benar menjalani pemulihan dengan baik, juga mengikuti apa perintah dari dokter, tulangnya juga bisa sembuh dengan cepat."
"Bagaimana bisa tulangnya retak, pak?" tanya Lidya. "Karena setahu saya, Mas Danang juga sudah biasa melakukan olahraga beladiri di batalyon."
Danang mengerutkan keningnya menatap Lidya. "Jadi, kamu nggak tahu kalau Danang pulang dari Papua dengan kondisi tulang rusuk yang retak?"
Lidya yang sedang menatap Danang, kini beralih menatap Danial tidak percaya. "Maksud bapak?"
"Dek? Kamu kok bisa ada di sini?"
Lidya dan Danial langsung menengok ke arah pintu, tempat suara itu berasal.
Lidya mengerutkan keningnya. "Mas sendiri kenapa ada di sini? Bukannya ini masih jam dinas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful People #2
RomanceKisah seorang Perwira Angkatan Darat, yang seakan menjaga jarak dengan para gadis yang mencoba mendekatinya Akankah ada gadis yang mampu meluluhkan hatinya yang seolah membeku itu? . . . . Sequel 'Crossing THE POLICE LINE' tapi kalau misalnya nggak...