"Mas tahu darimana, kalau di Kendal ada tempat bagus buat lihat sunset? Punya gebetan orang Kendal ya?"
Danang langsung menatap Lidya seketika, sambil mengerutkan keningnya. "Gebetan?"
"Iya lah." jawab Lidya. "Kalau bukan dari gebetan mas, terus dari siapa?"
Danang menghela nafasnya. "Emangnya harus dari gebetan?" Ia lalu bersidekap. "Kan bisa aja, dari sosial media, gitu. Tapi ngomong-ngomong, kenapa nada bicara kamu kayak orang yang lagi cemburu ya?"
Lidya langsung tersadar dengan apa yang sudah ia lontarkan. Ia mencoba menghindari manik mata Danang yang kini memburunya dengan seringai jahil. "Kata siapa? Ya enggak lah! Nggak mungkin aku cemburu! Ngawur kamu, mas!"
"Yakin?" goda Danang lagi.
"Iya."
"Oh. Ya udah." Danang kemudian kembali mengarahkan kameranya ke arah matahari yang kini hampir terbenam sepenuhnya.
"Udah, yuk, mas. Nanti sampe rumah malah kemaleman, mas tanggungjawab lho kalau aku dimarahin sama ayah sama Mas Faiq." ancam Lidya, yang langsung membuat Danang terkekeh.
"Tanggungjawab buat hidup kamu juga mas sanggup kok." goda Danang, yang lengsung membuat semburat merah muncul di wajah Lidya, yang langsung saja ia abadikan dengan lensa kameranya.
"Apaan sih, mas? Gombalannya nggak ngaruh buat aku." tegas Lidya, yang kembali membuat Danang terkekeh.
"Iya deh, percaya." Danang kemudian memasukkan kembali kameranya ke dalam tas. "Ya udah. Ayo ke Kaliwungu dulu."
Lidya mengimbangi langkah Danang, sambil menatapnya heran. "Ngapain ke Kaliwungu dulu? Nanti justru kita tambah malem pulangnya. Mas ini gimana sih?"
Danang menghentikan langkahnya, lalu menatap Lidya. "Mas mau mampir dulu buat sholat di masjid agung. Kamu nggak mau sholat dulu emangnya?"
***
"Nang? Baru sampe?" tanya Alif, saat melihat Danang dan Lidya turun dari sepeda motor.
"Iya, mas. Tadi mampir Kaliwungu dulu, sholat maghrib sekalian." jawab Danang, sambil menyalami Alif. Mencoba mengabaikan Lidya yang sudah melenggang pergi ke rumah yang letaknya ada di seberang jalan.
"Oh gitu." jawab Alif. "Ya udah. Kamu duduk-duduk aja di mana kek, cari tempat yang agak bersih lah buat istirahat. Kan pasti capek, pulang dinas langsung perjalanan ke sini."
"Makasih ya, mas." balas Danang.
Alif menepuk bahu Danang. "Aku yang harusnya makasih sama kamu, karena udah nganterin Lidya sampe sini dengan selamat." Ia kemudian merangkul Danang. "Makasih ya."
"Sama-sama, mas." Danang menganggukkan kepalanya. "Oh iya, mas, orangtuanya Lidya, dimana ya?"
Alif mengerutkan keningnya. "Emangnya kenapa? Mau ketemu?"
Danang tersenyum kikuk. Ia lalu mengusap tengkuknya. "Ehm gimana ngomongnya ya, mas."
"Gimana apanya?" Alif menatap Danang bingung. "Kayaknya ada sesuatu nih. Iya, kan? Kamu pasti bukan sekedar mau ketemu aja, kan, sama om sama bulek?"
Danang kembali tersenyum kikuk. "Iya, mas. Aku mau..."
"Ayo aku anterin. Kebetulan mereka baru aja ada tamu, jadi pasti masih di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful People #2
RomanceKisah seorang Perwira Angkatan Darat, yang seakan menjaga jarak dengan para gadis yang mencoba mendekatinya Akankah ada gadis yang mampu meluluhkan hatinya yang seolah membeku itu? . . . . Sequel 'Crossing THE POLICE LINE' tapi kalau misalnya nggak...