SEMBILAN BELAS

2.9K 244 17
                                    

Lidya berjalan gontai, menyusuri koridor kampus. Ia masih saja memikirkan penjelasan Danang, juga kakaknya. Entah kenapa, ia ingin mengiyakan permintaan Danang. Tapi di satu sisi, ia sendiri belum yakin, apa ia sudah siap untuk menikah dalam waktu dekat? Sementara ia sendiri masih suka bermain. Ia masih suka hidup bebas, berkumpul dengan teman-temannya di cafe, atau bahkan pergi ke tempat-tempat wisata dengan teman-temannya.

Lidya memutuskan untuk menunggu di kantin. Mengingat belum waktunya kelas selesai, dan membutuhkan waktu hampir satu jam untuk bertemu dengan seseorang di kantin kampus ini.

Menghela nafas, Lidya mengecek kembali layar handphonenya. Berharap ada notifikasi masuk dari Danang, yang entah kenapa, beberapa hari, bahkan hampir satu minggu setelah kejadian itu seolah menghindar darinya. Menghindar dalam artian seperti enggan membalas chat, atau menerima telepon dari Lidya.

Enggan berlama-lama di diamkan oleh Danang, akhirnya Lidya membombardir Danang dengan beberapa pesan.

Mas Danang

Mas Danang

Mas Danang, kenapa chat ku cuma di read aja?

Mas kemana sih?

Mas?

Ya Allah, paringano sabar, Gusti

Mas? Ini beneran nggak mau bales chat ku sama sekali?

Beneran nih cuma di baca aja?

Mas Danang kenapa sih? Marah sama aku?

Mas, jawab dong

Mas Danang!

Ih! Ngeselin!

Tidak mendapat jawaban dari Danang, Lidya mencoba berinisiatif untuk menghubungi kakaknya. Siap tahu kakaknya sedang bersama Danang.

"Apa? Mas lagi sibuk!"

"Bentar aja, mas. Ya Allah." Lidya seketika langsung cemberut begitu mendengar kalimat dari kakaknya, begitu sambungan telepon itu tersambung.

"Mau ngomong apa? Dua menit cukup, kan? Udah, cepet ngomong! Mas di panggil Komandan habis ini!"

"Dipanggil Komandan, ada apa emangnya?"

"Kamu nggak perlu tahu! Nggak penting, kan, buat kamu?"

"Mas!"

"Ada apa telepon?"

"Mas sama Mas Danang tuh kenapa sih? Kenapa jadi ngejauhin aku kayak gini?"

"Mas nggak ngejauhin kamu. Mas cuma mau ngasih kamu waktu aja buat berpikir jernih!"

"Terus kalau Mas Danang?"

"Kalau soal Danang, mas nggak tahu. Jarang ngobrol akhir-akhir ini. Dia sering ngobrol sama Komandan."

"Kenapa gitu, mas, Mas Danang jadi lebih deket sama Komandannya?"

Beautiful People #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang