Bagian Enam : Berubah

664 37 11
                                    

Pagi ini Sandra sudah siap di depan pintu rumahnya. Cewek itu berjalan mondar-mandir tidak jelas, sesekali duduk di kursi kayu yang ada di sana namun segera bangkit lagi. Dia bahkan sengaja bangun lebih awal agar tidak kesiangan dan membuat Daffa menunggu.

Hendra memperhatikan gelagat Sandra tanpa disadari. Dia mengerutkan dahi.

"Tumben udah rapi." Hendra sampai melirik jam tangan hitam miliknya. "Belum juga jam 6. Masih 10 menitan lagi."

Hendra melangkahkan kakinya menuju ke dapur dan melihat Bi Surti yang sedang merapikan piring dan gelas kotor. Membuat Hendra menatapnya.

"Loh... Sandra udah sarapan, Bi?"

"Udah, Pak. Baru aja selesai."

Hendra masih tidak mengerti. Biasanya Sandra masih berada di dalam kamarnya jika dirinya sudah berada di meja makan. Bi Surti bahkan terkadang harus pergi ke atas menyusul cewek itu agar segera turun.

Tapi kali ini?

"Kayaknya Non Sandra lagi happy banget, Pak." Bi Surti memelankan ucapannya. Membuat Hendra menaikkan sebelah alisnya dan kembali menatap ke arah Bi Surti. Menunggu wanita paruh baya itu melanjutkan kalimatnya.

"Katanya Mas Daffa mau nganter ke sekolah. Non Sandra sampe bikin jus mangga kesukaan Mas Daffa. Padahal dia sendiri belum mandi. Biar enggak lupa, katanya." Bi Surti terkekeh mengingat ucapan Sandra.

"Nanti ingetin aku ya Bi. Jangan lupa," ucap Sandra yang meletakan sebotol jus mangga ke dalam kulkas.

"Daffa?"

"Iya, Pak." Bi Surti berbalik dan segera mencuci piring di wastafel. Sementara Hendra masih sibuk dengan pikirannya sembari mulutnya yang sibuk memakan menu sarapan buatan Bi Surti.

"Sebenernya kemarin Non Sandra kelihatan murung waktu pulang sekolah. Padahal Bibi lihat dia dianter sama Mas Daffa. Bibi kira mereka lagi berantem, tapi ngeliat Non Sandra ceria lagi, kayaknya kemarin enggak ada apa-apa." Bi Surti mengucapkannya tanpa membalikkan badannya. Dan Hendra bisa mendengarnya dengan jelas. Pria itu tersenyum.

Bi Surti meletakan piring yang sudah bersih dan menyusunnya di rak. Pandangannya tidak sengaja teralih ke luar jendela.

"Tuh, Mas Daffa." Bi Surti tersenyum. Sandra terlihat menghampiri Daffa dengan wajah yang berseri-seri.

Hendra megikuti arah pandang Bi Surti dan melihat pemandangan di luar sana. Ya, pemandangan putrinya yang terlihat bahagia bersama kekasihnya.

"Non Sandra sekarang sudah besar ya, Pak. Rasanya baru kemarin Bibi gendong dia."

Hendra tersenyum mendengar ucapan Bi Surti.

Sementara itu di luar, Sandra terlihat berjalan menuju motor Daffa yang terparkir di halaman rumahnya. Raut wajah Daffa berbeda dari kemarin. Wajah yang selalu terlihat bersinar. Wajah yang selalu berhasil membuat Sandra berdebar.

"Tumben udah siap," ucap Daffa. Sandra hanya menunjukkan cengiran khasnya. Biasanya saat Daffa sampai, cewek itu masih sarapan dan akan langsung lari terbirit-birit ke luar untuk segera menemui Daffa. Padahal cowok itu sering mengingatkannya agar tidak makan terburu-buru saat dia datang.

Daffa mengusap rambut Sandra. "Makannya enggak buru-buru lagi kan?" Ia tersenyum hangat.

"Enggak dong. Aku bangun lebih awal. Kan biar kamu enggak nunggu lama. Hehe."

"Dasar." Daffa menarik pelan sebelah pipi Sandra.

"Bagus ya, bangun pagi sampe lupa salam sama papanya."

Kesandra ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang