Bagian Empat Puluh Delapan : Beauty and The Beast

344 28 9
                                    

Sandra memasukkan satu per satu bukunya ke dalam tas. Kompetisi diadakan lusa, sementara sekarang pikirannya tidak keruan. Bahkan tadi saja dia beberapa kali ditegur begitu kedapatan melamun saat pelajaran tambahan berlangsung.

Dia menatap ke sekililing. Hari sudah sore, dan dia harus bergegas atau semuanya akan berakhir seperti kemarin. Tidak, kemarin dia beruntung karena ada Kevin. Tapi kali ini? Cowok itu pasti benar-benar sudah pulang dan beristirahat karena kesehatannya sedang menurun.

Sekolah sudah sepi saat Sandra keluar kelas. Sepertinya hanya ada dia sendiri di sana, juga beberapa rekannya yang ikut kompetisi. Suara langkahnya menggema begitu menuruni tangga.

Tepat di lantai dasar, dia mendengar sesuatu dari arah lapangan basket. Langkah Sandra terhenti, dia menoleh ke arah lapangan basket dan memicingkan matanya saat melihat seseorang di sana. Orang itu tampak memasukkan bola ke dalam ring berkali-kali. Perlahan Sandra memutar tubuhnya dan mendekat ke sana.

"Kevin?"

Orang itu menoleh sekilas dan kembali melayangkan bola di tangannya. "Udah selesai?"

"Lo ... kenapa belum pulang?" tanya Sandra.

"Nungguin lo." Kevin melemparkan bola itu ke salah satu sudut lapangan hingga memantul beberapa kali. Kevin mengambil tasnya yang berada di tepi lapangan dan berjalan kembali.

"Kenapa lo nungguin gue? Gue pikir lo pulang dari tadi. Adnan bilang lo gak enak badan. Lo harus istirahat."

Kevin menahan tawa. "Kenapa lo mendadak jadi perhatian gini sama gue?"

Sandra mengerjap. "Ya enggak lah! Siapa juga yang perhatian."

"Sekarang udah jam lima. Lo pasti bakalan kayak kemarin lagi. Dari pada gue bolak-balik, mending gue nunggu sekalian."

"Vin, gue gak pernah nyuruh lo."

"Lah, emang. Orang gue yang mau kok." Kevin berujar santai. Kedua bahu Sandra merosot.

Kenapa, Vin?

"Lo tunggu di gerbang. Gue mau ngambil motor." Kevin mendorong pelan punggung Sandra dan dia segera pergi ke parkiran. Sandra menatap punggung Kevin yang menjauh selama beberapa saat.

Perasaan ini ... beda dari sebelumnya.

Helaan napas terdengar setelahnya. Sandra menunduk, menatap sepatu miliknya.

Gak boleh ada apa-apa. Gak boleh.

"Naik."

Sandra mengangkat kepalanya begitu Kevin sudah ada di sana. Tanpa banyak bicara, cewek itu segera naik. Namun sebelum benar-benar naik, Kevin tiba-tiba menahan lengan Sandra dan dia melepas helmnya.

"Nih, lo yang pake." Dia tiba-tiba menyodorkan helm miliknya. "Gak usah bengong, Gi."

Akhirnya Kevin sendiri yang memakaikan helmnya ke kepala Sandra.

"Sore-sore tuh gak usah kebanyakan ngelamun. Kalo lo kesambet, gue juga yang repot," ucap Kevin.

Sandra tidak menjawab. Pandangannya bertumbukan dengan kedua mata Kevin, membuat situasi menjadi hening. Bahkan kedua tangan Kevin masih berada di samping kepala Sandra.

"Lo yakin kalo kalian itu masih rival?"

Mari berikan applause untuk Malika. Cewek berambut keriting itu pintar sekali meracuni pikiran orang lain.

"Vin?" panggil Sandra pelan dengan posisi yang masih sama.

"Hm?"

"Kita ini ... masih rival, kan?" tanya Sandra. Entah kenapa, Kevin terlihat menahan napas di detik itu juga.

Kesandra ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang