"Gue Beny Oktama. Nice to meet you, Sandra."
Sandra menatap salah satu tangan Beny yang terulur padanya. Bagaimana Beny bisa tahu namanya? Sandra bahkan baru kali ini melihatnya.
Dan gue beberapa kali liat dia ngobrol sama Beny."
"Beny? Siapa tuh?"
"Murid bermasalah di sekolah."
Sandra ingat nama itu. Angga pernah menyebut nama Beny saat mereka mengobrol beberapa hari yang lalu. Mungkinkah orang yang Angga maksud adalah cowok urakan yang sekarang berada di hadapannya?
Sandra mengerutkan dahinya menatap Beny dari atas hingga bawah. Apa maksudnya semua ini? Daffa berhubungan dengan orang semacam ini?
"Oke. Kayaknya gue datang di waktu yang tidak tepat." Beny menarik kembali tangannya dan memasukkannya ke dalam saku celana. Cowok itu kini beralih menatap Daffa yang masih menatapnya tajam. Dia tersenyum miring.
"Lihat? Lo bahkan gak bisa berbuat apa-apa di depan cewek kesayangan lo." Beny membatin begitu melihat tangan Daffa yang sudah mengepal.
"Sebenernya mau apa lo?" tanya Daffa.
Beny hanya mengedikkan bahu sebelum akhirnya menjawab, "Gue ke sini buat makan lah. Ada yang salah?"
Tidak ada jawaban.
Beny kembali menaikkan sudut bibirnya. "Kalau gitu gue cabut dulu. Sorry ganggu acara makan kalian. See you." Dia melirik Daffa sekilas sebelum akhirnya pergi dari sana.
Sandra menatap Beny yang berjalan keluar. Cewek itu bahkan tidak berani menjawab setiap ucapan Beny yang dilontarkan padanya. Sandra bahkan tidak mengeluarkan suaranya. Sementara Daffa terlihat memakan makanannya dengan enggan karena nafsu makannya mendadak hilang.
"Daf, dia siapa?" Sandra bertanya dengan hati-hati. Dia tidak mau membuat mood cowok itu kembali berantakan hanya karena keingintahuannya.
Daffa menghentikan kunyahannya dan membuang napas. "Temen aku."
"Temen? Jadi maksudnya mereka berdua benar-benar berteman? Jadi ucapan Angga benar?" batin Sandra.
Sandra terkejut dengan jawaban Daffa meskipun dia bisa merasakan kalau Daffa tidak yakin dengan jawabannya sendiri. Sandra ingin sekali bertanya lebih jauh lagi namun dia tidak berani. Dia tidak ingin membuat Daffa kembali marah.
"Kita pulang, ya," ucap Daffa tiba-tiba yang langsung berdiri dari tempatnya.
"Maaf. Tapi kayaknya aku udah enggak pengen makan lagi," lanjutnya saat melihat Sandra yang tengah menatapnya. Sandra pun hanya bisa mengangguk dan menuruti Daffa. Dia mengikuti langkah cowok itu dari belakang. Padahal mereka belum lama sampai dan harus kembali lagi. Makanan pesanan mereka pun masih tersisa banyak karena baru sebagian kecil yang dimakan.
"Kamu enggak marah, kan?" Daffa mengambil helm dan memasangkannya di kepala Sandra.
"Enggak kok."
Daffa tersenyum samar dan mengelus salah satu pipi Sandra lembut sebelum memakai helmnya. Mereka berdua pun pergi meninggalkan restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesandra ✔
Novela JuvenilKehidupan Sandra berubah semenjak bertemu kembali dengan rivalnya sejak kecil, yakni Kevin. Hari-harinya terasa begitu menyebalkan karena cowok itu terus-menerus mengganggunya. Namun di balik semua itu ternyata Kevin menyimpan sebuah rahasia dengan...