Bagian Tiga Puluh Delapan : Bunga Dari Kevin

475 25 16
                                    

Sandra menatap pagar besi berukuran besar di hadapannya. Dia menolehkan kepalanya pada Kevin yang baru saja turun dari motor.

"Vin, kok lo malah ngajak gue ke sini?" tanya Sandra ketika Kevin membawanya ke sebuah pemakaman. Cewek itu mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dia bukannya tidak pernah ke sana. Sandra pernah. Dia bahkan sudah tidak asing lagi dengan tempat itu. Di sanalah mamanya disemayamkan, dan kini Sandra tengah dilanda kebingungan. Apa Kevin akan berziarah ke pusara saudaranya? Lantas kenapa harus mengajak Sandra?

Sandra hanya menurut saja sewaktu Kevin menyuruhnya untuk berjalan mengikutinya. Sandra menatap Kevin diam-diam, merasa ada yang aneh dengan sikap cowok itu.

Langkah Kevin terhenti di depan sebuah pusara. Sandra mengerutkan dahi. Itu adalah pusara mamanya. Kenapa Kevin bisa tahu kalau makam mamanya berada di sana?

"Gue tahu lo kangen Tante Irma. Maaf karena gue gak bawa mawar kesukaan nyokap lo," ucap Kevin. Ucapannya barusan semakin membuat Sandra kebingungan. Namun di sisi lain, cewek itu menemukan satu kebenaran.

"Jadi yang sebelumnya nyimpen buket mawar di sini itu elo, Vin?"

Kevin tidak menjawab. Cowok itu lantas membuang pandangannya.

"Tahu dari mana lo hari kematian mama?"

"Karena gue datang."

"Hah? Maksud lo?"

"Gue datang pas hari pemakaman Tante Irma dulu. Gue bahkan tahu kalo lo berhari-hari gak masuk gara-gara diem di rumah sakit nemenin nyokap lo. Mungkin lo gak nyadar, meskipun saat pemakaman gue tepat berada di belakang lo."

Penuturan Kevin membuat Sandra terkejut. Benarkah?

"Gue salut sama lo yang bahkan gak nangis waktu itu. Lo kuat, Gi. Gue tahu itu." Kevin menatap Sandra dalam. Sandra menemukan sesuatu yang berbeda dengan tatapan Kevin kali ini.

"Gue harap lo juga lakuin hal yang sama kali ini," lanjut Kevin.

Sandra menolehkan kepalanya menatap ukiran nama mamanya di batu nisan. Kevin benar. Dia bisa begitu kuat waktu itu. Lalu kenapa sekarang dia malah menjadi begitu lemah?

"Kenapa lo tiba-tiba ngasih bunga buat mama?" tanya Sandra.

"Tiba-tiba?" Kevin menjeda kalimatnya sejenak sebelum kembali berkata, "gue ke sini tiap tahun saat peringatan hari kematian Tante Irma. Dan lo gak tahu."

Untuk ke sekian kalinya Sandra dibuat terkejut. Setiap tahun? Jadi selama ini—

"Kok lo gak pernah bi—"

"Harus banget ya gue laporan sama lo? Tante Irma udah kayak nyokap gue sendiri. Dia gak pernah marah setiap kali gue bikin masalah sama lo. Coba lo pikir. Mungkin jika orang lain, mereka bakalan marah-marah sama gue. Bahkan orang tua gue. Mencaci maki bokap sama nyokap gue, bilang kalo mereka gak becus ngurus anak lah, gak bisa didik anak lah, atau umpatan lainnya."

Sandra terdiam. Sebegitu berartinya kah mamanya bagi Kevin?

🌹

Suara deru motor membuat Hendra menoleh. Dilihatnya Sandra turun dari motor milik seseorang yang sudah tidak asing lagi baginya. Pria itu tersenyum tipis.

"Makasih," ujar Sandra pelan.

Kevin menatapnya sekilas. "Hm."

"Makasih karena udah kasih nyokap gue bunga."

"Iya."

Kedua remaja itu mendadak bungkam. Suasana di sekitar mereka mendadak berubah. Namun baru saja Kevin hendak berpamitan, seseorang tiba-tiba mematikan mesin motornya dan langsung mencabut kuncinya begitu saja.

Kesandra ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang