Bagian Dua Puluh : Kasus (2)

467 25 11
                                    

"Lo gak apa-apa, San?" Malika berlari mendekati Sandra yang kini mulai dikerubungi oleh teman-temannya.

"Gue gak apa-apa kok. Cuma lecet. Hehe." Sandra berusaha berdiri dengan bantuan teman-temannya. Salah satu lututnya terlihat mengeluarkan darah.

"Kamu obati saja lukanya. Penilaiannya minggu depan, jadi kamu bisa kembali ke kelas lebih dulu," ucap Pak Hendar.

"Makasih, Pak."

"Saya boleh ikut kan, Pak?" Malika menatap guru olahraganya itu dengan mata berbinar, berusaha membujuknya.

"Saya anggota PMR loh, Pak. Saya bisa ngobatin lukanya Sandra dengan baik dan benar," lanjutnya.

Pak Hendar yang sudah terbiasa dengan sikap Malika itu pun hanya menggelengkan kepalanya.

"Terserah kamu saja lah." Guru itu pun memilih menyerah. Toh hasilnya sama saja. Meskipun dia tidak mengizinkan, Malika nantinya akan memohon-mohon supaya diizinkan.

Malika nyengir. "Terserah berarti boleh. Yes! Yuk, San. Gue antar ke UKS." Malika membantu Sandra yang berjalan agak pincang karena menahan perih di lututnya.

"Enak ya jadi murid pinter. Luka dikit disuruh pergi duluan," celetuk Malika. Sandra tertawa menanggapinya.

"Eh ... kenapa tuh si Kevin?" tunjuk Malika ke salah satu koridor. Sandra pun mengikuti arah yang ditunjuk Malika. Dia melihat Kevin yang sedang berlari-lari. Dia terlihat begitu buru-buru.

"Kayaknya ada yang gak beres," ucap Sandra begitu melihat Kevin mengeluarkan kunci motornya dari dalam saku celana.

"Halah ... palingan si Adnan kecebur got." Malika berdecak. Memangnya hal penting seperti apa yang membuat seorang Kevin Arsenio berlari-lari bak dikerjar anjing?

Mata Sandra masih memperhatikan Kevin yang kini sudah menghilang dari pandangannya. Apa yang terjadi?

Malika mendudukkan Sandra di ranjang begitu mereka sampai di UKS. Suasana di sana kosong, karena memang sedang jam pelajaran. Anggota PMR hanya akan berada di sana saat waktu-waktu tertentu, seperti saat upacara atau pun istirahat.

Malika yang merupakan salah satu anggota PMR sering memanfaatkan hal itu. Dia yang memang malas mengikuti 'ritual keramat' setiap Senin pagi, sering ijin dengan alasan jaga UKS. Padahal di sana dia hanya akan diam bermain ponsel atau hanya rebahan di ranjang. Astagfirullah.

"Lo kok kayaknya sekarang jarang ada rapat anggota sih, Mal?"

"Iya. Soalnya kan emang lagi gak ada kegiatan. Rapat juga palingan bahas pelantikan buat anggota PMR baru kelas X ntar," ucap Malika yang mengobati lutut Sandra dengan telaten.

"Ngomong-ngomong kok lo nggak ikutan eskul sih? Seru tauk."

Sandra hanya tersenyum. "Gak pengen aja sih."

Malika menghela napasnya. "Gue heran deh sama murid-murid pinter kayak lo. Kok pada gak suka ikutan eskul sih? Palingan OSIS. Itu pun cuma beberapa. Lah coba murid yang bar bar? Lebih aktif."

"Tiap murid kan beda-beda, Mal. Gue ngerasa ribet aja gitu kalo harus ikutan ngurus persiapan acara-acara sekolah. Jadi anggota OSIS kan gitu. Ogah banget gue."

"Iya sih. Tapi kan seru." Malika mengerucutkan bibirnya.

"Oh, iya. Daffa udah tahu belom kalo lo udah tahu tentang hubungan dia sama Kevin?"

"Belom. Nanti deh. Gue juga sekalian mau nanya-nanya ke dia."

"Soal apa?"

Sandra membuang napasnya. Sebenarnya dia tidak ingin mengatakannya kepada siapa pun termasuk Malika, namun sepertinya dia harus bercerita pada sahabatnya itu. Dia pasti bisa membantu.

Kesandra ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang