Kevin beranjak dari meja makan dengan piring yang terlihat bersih. Dia hanya mengambil sepotong roti isi, itu pun tidak habis. Kevin kini menyalami kedua orang tuanya.
"Kamu yakin udah kuat? Kamu masih pucat loh, Vin. Mama khawatir. Suruh Adnan aja ke sini. Mama gak yakin kamu bisa bawa motor sendiri. Kalo tiba-tiba pusing gimana?"
Kevin tertawa pelan mendengar ucapan mamanya. Dia tersenyum, berusaha meyakinkan kalau kondisinya sudah lebih baik.
"Kevin udah mendingan kok. Lagian hari ini Gio ada kompetisi, aku mau liat dia. Setidaknya sebelum dia berangkat, aku bisa kasih dukungan. Dia kan gampang grogi," ujar Kevin.
"Kamu kan bisa ngasih dukungan lewat telepon, Vin." Wulan kembali berucap. Dia menatap Kevin khawatir.
"Udah, Ma. Mama gak usah berpikiran yang aneh-aneh. Vin, Papa titip salam buat Sandra ya. Dia harus menang," ucap Bayu.
Kevin mengangguk. "Iya, Pa. Kalau begitu Kevin berangkat dulu."
"Hati-hati ya. Jangan ngebut." Wulan menghela napas pelan melihat punggung Kevin yang menjauh.
"Gue harap Gio gak marah soal kemarin." Kevin menaiki motornya dan segera berangkat. Kejadian beberapa hari terakhir membuat hubungannya dan Sandra terasa canggung dari biasanya, apalagi yang kemarin. Kevin tidak mau kalau mereka kembali berjauhan hanya gara-gara hal sepele. Sepele? Iya, perasaannya kepada Sandra itu baginya hanyalah hal yang sepele.
Gi, maafin gue, ya. Gue harap lo gak pernah punya pikiran buat jauhin gue.
Kevin melirik jam tangan dan menambah kecepatan motornya begitu bel jam pertama berbunyi sebentar lagi. Suasana jalanan juga semakin padat oleh mereka yang memulai aktivitas.
Gerbang sekolahnya mulai terlihat, bersamaan dengan itu penglihatannya mengabur karena ada sesuatu yang membuatnya silau di depan sana.
Suara-suara yang memekakkan telinga pun terdengar. Kevin menutup kaca helmnya. Dia menahan napas dan perlahan memejamkan kedua mata.
***
Malika mengusap bahu Sandra ketika sahabatnya itu tampak gugup. Sandra meremas jemari tangannya. Semua peserta kompetisi sudah berkumpul di depan ruangan BK.
Meskipun perasaannya tengah campur aduk, namun Sandra beberapa kali melihat ke ujung koridor. Entah kenapa, dia berharap ada seseorang yang datang dari sana dan berlari padanya. Memberinya dukungan yang lebih terdengar seperti celotehan tidak jelas.
Sandra membuang pandangannya ke arah lain.
Kevin masih sakit, dia gak mungkin berangkat. Lagi pula dia gak mungkin ngelakuin itu lagi.
"Semangat ya, San. Pokoknya lo harus fokus. Gak usah mikirin hal-hal lain lagi. Gue yakin lo bisa!" ucap Malika.
Sandra tersenyum tipis. "Makasih, Mal."
Malika menepuk bahu Sandra. "Semangat!"
"Wih, yang mau kompetisi murung amat mukanya. Semangat dong!" Adnan yang baru tiba pun menepuk bahu Sandra, namun tangannya langsung ditepis oleh Malika.
"Gak usah pegang-pegang! Ntar Sandra ketularan bego kayak lo!" sarkasnya.
"Eh, buset si Kriwil enak banget kalo ngomong." Adnan memelototkan matanya ke arah Malika, namun gadis itu menjulurkan lidahnya seolah tidak takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesandra ✔
JugendliteraturKehidupan Sandra berubah semenjak bertemu kembali dengan rivalnya sejak kecil, yakni Kevin. Hari-harinya terasa begitu menyebalkan karena cowok itu terus-menerus mengganggunya. Namun di balik semua itu ternyata Kevin menyimpan sebuah rahasia dengan...