Bagian Tujuh : Drama Mengantar Pulang Sandra

665 34 10
                                    

Lapangan basket memang menjadi salah satu tempat favorit bagi para murid yang menghabiskan waktu istirahat mereka setelah kantin. Selain murid laki-laki, murid perempuan juga biasanya memanfaatkan momen itu meskipun hanya untuk melihat orang yang mereka sukai. Baik itu pacar, teman, ataupun orang yang sekedar mereka kagumi.

"Ngelamun aja lo Daf!" Angga menyenggol lengan Daffa cukup keras hingga cowok itu tersentak. Daffa tersenyum tipis sebelum akhirnya melanjutkan kegiatannya memandangi langit.

Angga sedikit memperhatikan wajah Daffa yang menurutnya sedikit berbeda dari biasanya. Cowok itu biasanya akan langsung ke kelas tidak lama setelah jam olahraga selesai. Namum kali ini dia masih betah duduk di salah satu bagku di pinggir lapangan.

"Kenapa sih? Gue rasa akhir-akhir ini lo jadi pendiem. Lagi berantem sama Sandra?"

"Enggak kok. Gue sama dia baik-baik aja."

"Terus?"

Daffa terdiam. Cowok itu mengela napasnya pelan dan menatap sebotol jus di tangannya yang telah kosong.

"Gak mau cerita nih?"

"Sorry ya, Ngga."

"Oke, gak masalah kalo lo emang gak bisa cerita sama gue. Tapi gue saranin lo sebaiknya ceritain masalah lo ke orang lain. Sandra, misalnya. Gue tahu cuma dia yang bisa ngertiin lo."

"Tapi gue rasa itu bukan ide bagus."

"Daf?" panggil Angga yang tidak mendapatkan jawaban.

Beberapa detik kemudian Daffa tersenyum dan menepuk bahu Angga sebelum akhirnya pergi.
"Thanks, ya."

Angga menatap punggung Daffa yang menjauhinya dengan kedua alis yang bertaut. "Makasih buat apa?"

"Daffa!"

Daffa membalikkan badannya begitu merasa namanya dipanggil. Dia melihat Beny melambaikan tangan padanya dan berjalan ke arahnya dengan senyuman lebar.

Daffa hanya menatapnya, tanpa menunjukkan reaksi apa pun. Ia bahkan hanya memasang wajah datar.

Beny merangkul bahu Daffa dan meneruskan langkahnya. "Gimana?" tanyanya dengan wajah sumringah. Berbeda dengan Daffa yang hanya diam, wajahnya bahkan tidak menunjukan perubahan ekspresi.

"Ben, sorry. Gue gak bisa." Daffa melepas tangan Beny dari bahunya. Membuat Beny sedikit menaikkan alisnya namun di detik berikutnya sudut bibir cowok itu terangkat.

Daffa mengerutkan dahi begitu melihat Beny yang malah terkekeh menanggapinya.

"Oh, come on. Gue tahu kalo lo-"

"Gue gak bisa."

Daffa meninggalkan Beny begitu saja. Tangannya mengepal kuat.

Sementara tidak jauh di belakang mereka, rupanya Angga diam-diam mengikuti Daffa. Dan cowok itu terkejut saat Beny yang secara tiba-tiba menghampiri Daffa bahkan merangkul bahunya, seakan-akan mereka adalah teman akrab.

Beny yang terkenal pembuat onar di sekolahnya, tiba-tiba akrab dengan seorang Daffa Aditya si murid teladan. Aneh? Jelas. Angga bahkan seratus persen yakin kalau sahabatnya itu tidak pernah dekat sama sekali dengan seorang Beny Oktama.

Tapi ini?

Bagaikan petir di siang bolong, Angga sampai mengucek kedua matanya beberapa kali untuk memastikan kalau penglihatannya salah. Tapi rupanya tidak. Cowok di depan sana memanglah sahabatnya.

🌹

Sandra berjalan menyusuri koridor dengan headset yang terpasang di kedua sisi telinganya. Dia mendengarkan lagu berjudul Stay With Me yang dinyanyikan oleh Chanyeol EXO dan Punch.

Kesandra ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang