Happy Reading
"Ketika cahaya pagi menyinari, cerita kehidupan membuka halaman baru. Terkadang, di antara pertarungan dan pertemanan, kita temukan arti dari setiap langkah yang diambil." – Genta & Luna
***
Saat matahari mulai naik dari peraduannya. Burung pun masih dengan indah mengeluarkan kicauannya, cahaya pun perlahan masuk dari sela-sela jendela kaca yang tirainya baru saja dibuka. Membuat Luna yang masih tertidur pulas merasa silau karena cahaya matahari yang menelusup masuk. Luna merasa tidak nyaman dengan cahaya matahari yang masuk ke netra penglihatannya, membuat dia terbangun dan menetralkan cahaya yang masuk ke bola matanya. Dia juga mengucak matanya beberapa kali karena mataku yang agak kabur sebab baru bangun tidur.
Luna langsung meregangkan otot-otot tubuhnya yang serasa pegal. Tidak ingin berlama-lama di atas ranjang, dia bergegas untuk mandi membersihkan diri untuk memulai aktivitas pagi hari yang begitu padat. Selesai bersiap aku langsung turun ke bawah untuk sarapan.
"Selamat pagi Ayah, Bunda, Kak Cherry," sapa Luna begitu hangat.
"Pagi Luna," balas mereka.
"Sarapan sekarang! Setalah itu nanti Ayah antar kalian untuk berangkat ke sekolah," ujar Edo sang Ayah.
Luna hanya menganggukkan kepala tanda mengerti dengan ucapan Ayahnya. Sekarang yang di lakukan adalah mengambil dua roti tawar, roti yang pertama di olesi dengan selai coklat lalu menaruh roti kedua diatasnya. Luna mulai memakan roti tersebut dengan begitu lahap. Selesai makan dia langsung meneguk segelas susu putih dihadapannya yang masih hangat.
"Aku sudah selesai, ayo berangkat!" seruku menatap Ayah dan Kakaku yang masih melahap makanannya.
"Sebentar lagi ya Lun," jawab Cherry sela Kakakku.
"Iya, benar kata Kakakmu," sahut Edo yang belum selesai sarapan.
Luna tidak menjawab hanya mengetuk-ngetukkan kaki ku kepada ubin lantai agar merasa tidak bosan untuk menunggu. Hal yang paling aku tidak sukai adalah menunggu, karena menunggu itu menyakitkan. Bukan melelahkan tapi menyakitkan apalagi menunggu tanpa kepastian yang jelas.
"Sekarang ayo kita berangkat!" putus Edo.
Luna langsung menerbitkan senyum manis, mengikuti Edo yang berjalan terlebih dahulu. Aku memilih berjalan sejajar dengan Cherry selaku kakaku tercinta.
Aku dan Kakakku masuk ke dalam mobil Avanza Xenia warna putih. Setelah masuk Ayahku mengendarai mobil dengan kecepatan sedang sehingga cepat sampai ke sekolah.
***
Sampai di sekolah Luna berjalan dari gerbang melewati lapangan. Kakaku berpisah denganku karena arah kelas kita yang berlawanan arah. Luna menyusuri lorong-lorong sekolah untuk menuju kelas sepuluh.
Sampai di kelas Luna melihat Alesha yang sedang piket dengan raut muka sebal yang terpampang. "Pagi Ale," sapaku hangat sehangat matahari pagi.
"Pagi Lun," balasnya ketus.
Aku tidak ingin bertanya lebih lanjut lagi karena Alesha sedang badmood dilihat dari jawaban sapaannya yang begitu ketus. Alesha mungkin kesal karena regu yang sepiket dengan dirinya belum datang atau tidak membantunya sama sekali.
Luna langsung mendudukkan pantatku ke bangku kayu berwarna coklat tua itu. Entah kenapa aku merasa sesak pada hidungku seperti tidak bisa mencium bau atau aroma apapun. "Hidung aku kenapa ini?" tanya Luna pada diri sendiri, mencoba untuk mencium bau pengharum ruangan kelas yang berada di atas meja guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]
Fiksi RemajaJudul baru Genta & Luna Judul lama Bad Boy [ SUDAH SELESAI DI REVISI ULANG BANYAK PERUBAHAN ADEGAN DAN LAIN-LAINNYA JADI KALIAN WAJIB BACA ULANG NGGAK MAU TAU YANG UDAH BACA KALIAN BACA ULANG YAH!] Ini tentang seorang Genta Aksara Wijaya dimana keh...