CHAPTER SEMBILAN <<9>> MATI LAMPU

1.5K 84 3
                                    

Happy Reading

"Di antara keheningan dan hujan, tercipta kisah dua jiwa yang saling melengkapi, meski tak selalu diucapkan, kehadiran satu sama lain memberi makna dalam setiap langkah." – Genta & Luna

***

Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tak gatal. Semua buku yang ada diatas meja hanya tentang rumus matematika yang belum pernah aku pelajari sama sekali, tetapi kenapa semua pertanyaan yang dikasih Bu Rini tidak ada satu pun yang aku mengerti.

Ini jelas sangat berbeda tidak sama seperti teori yang aku pelajari. Aku  tidak menyerah dengan mudah, aku mulai berusaha menyelesaikan setiap pertanyaan yang ada di depan matanya, otak ku seakan berlari keras, tangan yang fokus mencoret-coret kertas bekas yang ada disebelah soal. Berbeda jauh dengan Genta yang begitu santai mengerjakan soal matematika tingkat nasional yang tadi dikasih oleh Bu Rini bersamaan dengan soal ku, "Kak Genta bisa minta tolong nggak?" tanya Luna dengan penuh hara agar Genta mau menolongnya karena soal matematika yang dari tadi dia kerjakan tapi nihil tidak menemukan hasilnya.

"Mana!" jawab Genta datar dan tak bersahabat.

"Eh, ini kak." Luna memberikan soal yang tidak bisa dia jawab, hanya membutuhkan lima menit Genta menyelesaikan soal rumit matematika itu.

"Wah ... makasih kak." Luna kagum dengan tulisan Genta yang rapi dan coretan hitungan matematikanya tidak ada yang berantakan, berbeda dengan dia yang coretannya sudah seperti ceker ayam.

Mereka sibuk dengan bukunya masing-masing. Luna masih fokus dengan rumus vektor untuk pemecahan soal selanjutnya. Perpustakaan mulai sepi tanpa siswa yang biasanya sibuk berdiri di depan lorong dengan berbagai macam buku, ada juga yang fokus dengan tugas yang belum mereka selesaikan di kelas. Hanya ada Genta dan Luna yang sedang duduk ditengah ruangan perpustakaan dengan fokus menatap buku tebal yang penuh rumus.

"Kak Genta, Luna boleh cerita enggak?" tanya Luna ingin mencairkan suasana yang canggung. Serasa mulut tidak bisa berhenti mengoceh sebentar saja, Luna ingin sekali mencoba berteman dengan Kakak kelas bermata hijau yang ada disebelahnya.

Tidak ada jawaban dari Genta. Dia hanya menoleh sebentar ke samping cewek berambut panjang yang dikuncir ekor kuda sedikit rapi karena ada beberapa helai di biarkan terjuntai dimana gadis tersebut  akan menjadi partner dalam Olimpiade nanti.  Genta bersikap acuh tak acuh kepada Luna biarkan saja cewek tersebut berbicara sampai mulutnya berbusa. Aku masih tidak pantang menyerah, dimana aku masih bersemangat, kali ini memposisikan tubuhku ke arah Genta agar mata ku bisa melihat cowok bermata hijau yang menjadi idamannya itu.

"Jadi waktu kecil aku suka banget baca buku, pernah sekali menghabiskan waktu membaca dongeng putri salju dikamar, waktu itu kalau enggak salah aku ditinggal sendirian di rumah sama teman cowok tetangga samping rumah Kak." Aku memulai menceritakan hal yang tidak berguna dimenit menit yang harus dihabiskan untuk menghafal rumus vektor, namun dia ingin sekali mengobrol dengan Genta.

"..."

Tidak ada jawaban dari Genta tentang kisah masa lalu ku. "Nah terus tiba-tiba listrik seluruh rumah mati, satu-satunya disitu cuman cowok tadi kak, aku teriak kencang sambil lari peluk teman cowokku—" Luna belum selesai melanjutkan ceritanya, Genta langsung menyerobot perkataanku. "Ck ... nggak bermutu banget kisah lo. Klise banget! Pasaran!" tajam Genta berdiri meninggalkan Luna yang masih mencerna perkataan yang barusan dia dengar.

Aku menyadari dirinya yang salah berbicara hanya bisa diam dan fokus lagi dengan buku yang sedang dia baca. Sedangkan Genta mencari buku matematika sukses ujian untuk menyelesaikan beberapa soal terakhir dari Bu Rini.

"Bagaimana anak-anakku yang ganteng dan cantik? Apa ada kesulitan?" tanya Bu Rini yang baru saja memasuki perpustakaan.

Mata Genta tidak mempedulikan Bu Rini yang datang, dia masih berdiri di depan rak buku kayu yang penuh buku, dan membuka setiap lembaran buku mencari rumus yang akan dia gunakan. Luna menoleh ke arah Bu Rini yang baru saja berdiri dibelakang kursinya.

GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang