CHAPTER TIGA PULUH ENAM <<36>> PERMAINAN KEBENARAN

700 31 1
                                    

Happy Reading☀

"Kebenaran terkadang tersembunyi di balik bayangan, dan hanya dengan keberanian untuk mengungkapnya, kita bisa menemukan keadilan yang sesungguhnya."
~Author

***

Rasya menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya meski tubuhnya sudah terasa remuk. Luka-luka bekas pukulan Genta dan Kenzie membuat setiap tarikan napas terasa nyeri. Bibirnya pecah, dan darah masih mengalir dari hidungnya. Rasya mengusap darah dengan punggung tangan, menambah noda merah pada kaos putihnya yang sudah kotor. Dia merasa kepalanya berdenyut dan kakinya goyah, tapi dia berusaha berdiri tegak.

"Gue mau tanya, bukti apa yang lo punya?" Suaranya bergetar, tapi ada ketegasan di dalamnya. Dia memandang satu per satu wajah di ruangan itu, mencoba mencari dukungan. "Terus kenapa lo nyudutin gue seolah-olah ini semua udah pasti gue yang lakuin? Harus bilang berapa kali, bukan gue... ya bukan gue!" tekan Rasya dengan teriakan, suaranya pecah di akhir kalimat.

Air mata menggenang di matanya, tetapi dia menolak membiarkannya jatuh. Dengan napas terengah-engah dan tubuh yang bergemetar, dia berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan semua orang di ruangan itu. Rasya tahu, jika dia menyerah sekarang, mereka tidak akan pernah percaya padanya. Meski tenaganya sudah habis, dia harus terus berjuang untuk membuktikan kebenaran. Mengapa dirinya harus di posisi yang harus dikambing hitamkan atas hal yang nggak diperbuatnya.

Vano dan Vino berdiri dan maju ke depan, menunjukkan layar laptop mereka kepada semua orang. "Rasya, ini semua bukti dari akun-akun yang nyebarin rumor tentang Luna dan Straddle. Semuanya terhubung ke akun-akun yang punya jejak digital mengarah ke lo," kata Vino dengan tegas.

Rasya menatap layar dengan mata yang membelalak. "Gue nggak ngerti. Itu bukan gue! Siapa pun yang ngelakuin ini, dia pasti nge-setting gue," jawabnya dengan putus asa.

Vano melanjutkan, "Kami juga udah nyoba ngehack akun-akun ini buat ngecek lebih dalam, dan semuanya tetap kembali ke lo. Rasya, kalau lo beneran nggak bersalah, kita perlu kerja sama untuk ngebongkar siapa yang nge-set up lo."

Rasya menatap layar dengan mata yang membelalak, air matanya menggenang di sudut matanya. "Gue nggak ngerti. Itu bukan gue! Siapa pun yang ngelakuin ini, dia pasti nge-setting gue," jawabnya dengan putus asa, suaranya terdengar serak.

Vano melanjutkan, "Kami juga udah nyoba ngehack akun-akun ini buat ngecek lebih dalam, dan semuanya tetap kembali ke lo. Rasya, kalau lo beneran nggak bersalah, kita perlu kerja sama untuk ngebongkar siapa yang nge-set up lo."

Rasya tertawa renyah, sebuah tawa yang sarat dengan keputusasaan dan ketidakmengertian. Suaranya terdengar getir dan serak, seolah tawa itu lebih banyak menyakiti dirinya sendiri daripada melegakan. "Bukti apa yang harus dicari? Orang yang ngejebak gue aja gue nggak tau siapa. Terus untuk apa gue harus buktiin karena emang bukan gue yang ngelakuin ini," katanya, suaranya bergetar namun penuh ketegasan. Rasya menyapu rambutnya yang berantakan dengan tangan gemetar, matanya berkilat marah dan lelah.

Kenzie, yang selalu punya mulut setajam pisau, langsung menyambar. Dia melipat tangannya di depan dada, tatapannya penuh penghinaan. "Yaudah kalau lo nggak mau buktiin ini bukan lo yang ngelakuin, kita anggap aja lo yang ngelakuin. Masalah selesai," katanya dengan nada dingin nan tajam, seolah sudah menemukan solusi yang paling mudah. Senyum sinis menghiasi wajahnya, menambah ketegangan di ruangan itu.

Gerlan segera menyela, mencoba menenangkan suasana yang memanas. Dengan postur tubuh tegak dan tatapan mata penuh keyakinan, ia melangkah maju. "Kita nggak bisa main tuduh-tuduhan gini," katanya dengan suara tenang namun tegas, menunjukkan wibawa seorang pemimpin. "Gue kasih jalan tengahnya aja daripada adu bacot dan nggak akan nemu titik terangnya."

GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang