CHAPTER DELAPAN BELAS <<18>> BUKAN DIA!

935 39 1
                                    

Happy Reading

"Terkadang, dalam keheningan tindakan, kebaikan seorang pemberani mampu meredakan luka dan menyentuh hati yang tersembunyi di balik kesepian." – Luna Sahira

***

Luna yang tadinya hanya melihat saja Genta akan pergi dari hadapannya. Langsung saja menahan pergelangan tangannya. Genta dengan kasar melepaskannya.

Kaget tentunya!

Jelas Luna kaget bagaimanapun dia hanya seorang gadis lembut yang berharap bahwa perasaannya kepada Genta Aksara Wijaya juga terbalaskan. Namun sepertinya itu hanya cinta sepihak, meluluhkan hati yang sudah lama beku, tidaklah mudah apalagi yang modelannya seperti Genta. Hidupnya begitu dingin bahkan tak ada kehangatan yang terlihat dari raut wajahnya. Sepertinya perasaan Genta begitu kesepian dan hampa.

"Kak Genta kenapa sensitif banget, itu luka Kak Genta belum selesai di obati apalagi ada lebam gara-gara Kak Genta kejatuhan buku yang tebal sama luka yang nggak tau asalnya darimana," ujar Luna menatap mata Genta.

Genta membalasnya dengan raut kesal tercetak jelas di wajahnya, "Gue mau pergi, kan gue udah bilang pada dasarnya gue nggak butuh obat apapun! Lo juga nggak ada hak untuk nahan diri gue, karena lo bukan siapa-siapa gue!"

Saat Genta hendak pergi, tetapi dihalangi oleh Luna. Ditambah mata Luna mencuri-curi ke luka di lengan tangan Genta seperti ada yang aneh, membuat Luna memikirkan tentang luka Genta bisa saja dia yang menyelamatkan aku waktu itu.

"Gue mau pergi! Lo itu maunya apa sih?!" tanya Genta dengan kesal.

"Mau aku itu obati luka Kak Genta biar nggak infeksi," jawab Luna.

"Gue nggak butuh!" jawab Genta tajam. Saat ini Genta menatap tajam Luna. Dengan berujar, "Lo nggak usah salah paham sama kebaikan yang gue lakuin. Kalau lo kayak gini gue yang risih sama lo. Gue cuman melakukan apa yang akan dilakukan orang kalau lihat cewek yang butuh pertolongan. Gue bukan hati batu. Sebenci-benci gue sama cewek masih ada jiwa sosial gue. Semoga aja lo nggak baper!" tekan Genta seperti memperingati Luna agar tidak menyalahkan pertolongan kepadanya.

Luna yang mendengar penuturan Genta yang begitu lugas hanya bisa mengembangkan senyuman manisnya menatap Genta, sekarang aku menyingkir dari jalannya, sepertinya memang aku tidak perlu menghalanginya biarkan saja dia pergi. Dia langsung pergi dari hadapanku tanpa mengucapkan selamat tinggal atau berpamitan. Sampai Genta benar-benar pergi dari hadapanku perlahan-lahan senyuman manisku memudar.

"Satu hal lagi, kalau lo punya perasaan sama gue. Mending buang perasaan lo, karena yang lo dapat cuman sakit hati aja!" tegas Genta.

Sesak!

Kesal!

Sedih!

Tapi apa yang bisa Luna lakukan hanya menampilkan senyum kepalsuan di hadapannya. Luna hanya bisa menertawakan dirinya sendiri, melihat punggung Genta yang membelakangi dirinya, perlahan-lahan menghilang dari penglihatan mata Luna.

"Mengapa mencintai dirimu begitu sesesak dan sesakit ini! Kalau boleh memilih aku ingin mundur tapi berkali-kali takdir menarikku untuk mendekat dan jatuh dalam pesonamu," batin Luna.

Luna hanya tersenyum hambar mungkin ini adalah skenario Tuhan yang diberikan kepadanya. Luna hanya tinggal menjalankannya saja. Tinggal menunggu hasil akhirnya. Saat Luna sedang tidak bahagia, tapi ada satu hal yang mengganggu pikirannya yaitu tentang luka Genta. Luna tidak ingin memikirkan luka yang dialami Genta, tetapi itu terbayang-bayang terus menerus di otakku. Daripada Luna berada di UKS lebih baik aku kembali ke kelas.

GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang