Happy Reading
"Ketika waktu berjalan, pelajaran hidup dan pertemuan tak terduga seperti peta takdir yang saling terhubung." – Genta & Luna
***
Luna berhasil menerobos baris berbaris di lapangan, jangan tanya dimana tasnya karena tas itu telah dia sembunyikan di bawah semak-semak belukar yang tumbuh di sekolahku. Luna bersyukur keterlambatan ini tidak menjadi bencana baginya. Sekarang yang bisa dilakukan Luna hanya menarik nafas panjang, perasaan lega muncul, dia tak lupa ini juga berkat bantuan Kakak kelasnya yang menjadi sang penyelamat atau super heronya.
Ternyata Luna hanya berdiri sebentar di lapangan karena upacara akan berakhir. Jadi dia tidak usah capek-capek untuk di jemur di bawah teriknya sinar matahari. Pembubaran upacara sudah di umumkan oleh kompi. Tidak mau menunggu lama Luna dengan cepat meninggalkan lapangan dan menuju semak-semak untuk mengambil tas yang aku disembunyikan disana.
Setelah mengambil tas, Luna berjalan menuju kelas. Sampai di kelas dia sudah di tatap horor oleh sahabatnya siapa lagi kalau bukan Alesha Angelina.
"Lun, tadi kamu kan telat di hukum apa?" tanya Alesha dengan pandangan akan mengintrogasinya.
"Enggak di hukum apa-apa," jawab Luna seadanya.
"Masak nggak di hukum apa-apa? Itu nggak mungkin Lun, karena peraturan di setiap sekolah manapun deh yang telat pasti di hukum masak kamu nggak di hukum Lun, ini namanya nggak adil! Sekarang aku mau protes sama Pak Farid!" kesak Alesha.
"Itu kan kalau aku ketahuan terlambat, orang aku tadi nggak ketahuan terlambat," jelas Luna dengan pelan.
"HAH?! KOK BISA LUN?" tanya Alesha dengan berteriak.
Bersamaan dengan itu Bu Rini selaku guru pengampu pelajaran Matematika Peminatan sudah tiba di kelasku. Aku dengan gerakan gesit langsung menginjak kaki Alesha. Sedangkan Alesha tahu maksud injakan yang diberikan Luna. Kelas yang tadinya begitu ramai mendadak menjadi sunyi.
"Alesha, ada apa kamu tadi berteriak-teriak?" tanya Bu Rini kepada Alesha.
"Tidak ada apa-apa bu," jawab Alesha dengan jari-jari tangannya meremas roknya saking takutnya mungkin.
Sedangkan Bu Rini mempercayainya, "Baiklah kalau begitu! Minggu lalu saya ada tugas dan dijadikan PR yah, oke Alesha maju ke depan hapus papan tulisnya terlebih dahulu dan jawab nomer satu, jelaskan secara rinci kepada saya dan teman sekelasmu."
"Udah otak pas-pasan! Disuruh jelasin kalau menjelaskan caranya mencintai dengan benar saya baru pakarnya Bu," batin Alesha.
Sedangkan Luna tahu apa yang dipikirkan otak kecil sahabatku. Dia langsung meminjamkan buku kepada Alesha untung saja aku memberikan penjabaran demi penjabaran sehingga Alesha tidak perlu dihukum.
"Istirahat, jelasin semuanya!" tuntut Alesha.
Sedangkan Luna hanya mengangkat dua ibu jariku dan tersenyum manis. Luna melihat penjelasan demi penjelasan tapi entah kenapa otak ku tidak bisa seratus persen fokus ke TV guru yang malas banget buat di pandang setiap siswa kalau bukan papan tulis apalagi.
"Gimana yah Kak Genta?" tanyanya dalam hati.
"Dihukum enggak yah?" tanyanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]
Fiksi RemajaJudul baru Genta & Luna Judul lama Bad Boy [ SUDAH SELESAI DI REVISI ULANG BANYAK PERUBAHAN ADEGAN DAN LAIN-LAINNYA JADI KALIAN WAJIB BACA ULANG NGGAK MAU TAU YANG UDAH BACA KALIAN BACA ULANG YAH!] Ini tentang seorang Genta Aksara Wijaya dimana keh...