CHAPTER DUA PULUH DUA <<22>> SAKIT

920 37 2
                                    

Happy Reading

"Perjuangan cinta bukan sekadar berharap pada orang yang kita cintai, melainkan juga pada diri kita sendiri untuk menerima kenyataan dan belajar mengikhlaskan, karena kadang cinta yang sejati datang saat kita telah belajar untuk melepaskan yang tidak pantas." – Genta & Luna

***

Langit malam yang sudah cukup gelap ditambah mendung menjadi begitu gelap gulita, angin bertiup begitu kencang seolah-olah sedang mengamuk, memperingatkan seperti hal tidak baik akan terjadi. Hujan semakin begitu deras, bahkan tidak ingin memberi jeda waalaupun sebentar bahkan hingga saat ini kota metropolitan Jakarta ini masih di guyur derasnya air hujan.

Aku pernah merasa hancur, tetapi aku bisa lalui dengan ketabahan yang aku miliki. Aku memang rapuh, sekali jatuh aku akan lama untuk bangkit. Sekuat apapun aku berusaha tegar, pasti ada saja yang ingin menjatuhkan diriku ke dasar jurang yang curam.

Hidupku memang terlihat baik-baik saja. Namun apa kalian pernah berpikir, aku juga memiliki masalah, kehidupan tidak selalu berjalan dengan mulus.

Saat Luna ingin mencoba mengejar apa yang dia inginkan, kenapa banyak sekali cobaan yang harus dihadapinya.

Namun aku bersyukur karena kekecewaan ku, bisa luntur dengan kemunculan Genta Aksara Wijaya. Ditambah dia juga mencemaskan keadaan ku, padahal dia menyuruh ku bertindak seolah-olah seperti orang asing. Sekarang lihat dirinya? Malah dia yang termakan oleh ucapannya sendiri. Mungkin ini yang dinamakan senjata makan tuan. Mungkin saja Genta hanya ingin membebaskan diri dariku, jadi dia berkata seperti itu.

Genta sedari tadi melihat diriku dengan pandangan yang begitu rumit tak bisa dijabarkan apalagi di jelaskan, "Gue nggak bisa kembali seperti dulu, apalagi mengharapkan gue untuk terbang bebas," gumam Genta pelan bahkan suaranya hampir tak terdengar.

"Kak Genta bilang apa?" tanya Luna memastikan jika Genta sedang mengobrol dengan dirinya.

"Bukan apa-apa," jawab Genta.

Genta juga tidak mengerti kenapa harus terjebak kedalam kekacauan seperti ini. Dia tidak memahami sekali bahkan dirinya saja tidak bisa mencintai orang lain atau berhubungan emosional.

Aku telah diantar oleh Kak Genta sampai rumah. Ketika Kak Genta ingin mengantarkan diriku sampai di depan pintu rumah dan menjelaskan kejadian yang terjadi kepadaku.

Aku panik bukan kepalang!

Bagaimana bisa Genta akan menjelaskan apa yang terjadi membuat aku tak kuasa menahan diri, aku juga berpenampilan seperti ini juga, karena akibat keras kepalaku bukan karena dirinya. Aku tidak ingin keluargaku salah paham dengan Genta. Biarkan dia mengantarkan aku pulang tetapi tak usah sampai depan pintu rumah. Mengantarkan pulang juga masih cukup baik, apalagi selama di dalam mobil suasananya begitu cukup canggung. Tidak ada topik pembicaraan, lagi pula Kak Genta juga basah kuyup karena memberikan payungnya kepadaku. Jaketnya juga masih aku pakai.

Lebih baik dia segera pulang, agar dapat mandi dengan air hangat, mengganti bajunya, dan minum obat. Daripada mengurusi aku yang sudah sampai di depan rumah.

"Ayo turun, gue anterin sampai ke pintu rumah," tutur Genta.

"Nggak perlu Kak, aku bisa masuk sendiri. Mending Kak Genta cepat pulang biar nggak sakit," sahut Luna cepat.

GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang