CHAPTER DUA PULUH SEMBILAN <<29>> KONFRONTASI PAHIT

731 32 0
                                    

Happy Reading

"Kekecewaan tak selalu terucap, namun kadang terwujud dalam serangan marah yang tak terduga." ~Rasya Archandra

***

Rooftop sekolah menjadi saksi bisu perjumpaan antara Kenzo dan Rasya. Udara yang sejuk dan langit senja memberikan latar belakang yang menambah dramatis perbincangan yang akan terjadi. Seakan-akan senja itu mencerminkan perasaan hampa dan kehancuran yang melingkupi pertemuan mereka.

Asap tipis dari rokok yang dibakar oleh Rasya menyatu dengan suasana tegang di rooftop. Setiap hembusan asap menjadi metafora dari ketidakjelasan yang menyelimuti keadaan Kenzo. Suasana senja yang seharusnya memberikan kedamaian, malah dipenuhi oleh ketidakpastian dan kegelisahan.

"Kenzo, gue nggak butuh omong kosong. Lo ga baik-baik aja, dan gue tahu itu. Jadi, jangan pura-pura gapapa. Lo ada utang penjelasan ke gue inget itu," ujar Rasya dengan nada tegas, menghentikan langkah Kenzo. Matanya yang tajam mencoba merasuki kedalaman pikiran Kenzo, mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya.

Kenzo memandang Rasya dengan tatapan kosong, mencoba menyembunyikan kekacauan yang tengah menghantuinya. Namun, Rasya tidak akan membiarkannya begitu saja. Suara langkah-langkah mereka di atas atap sekolah menciptakan dentuman pelan yang memperkuat kesan dramatis dalam perbincangan ini.

"Kenapa lo selalu menghindar, huh? Ada apa sebenarnya? Apa ini karena Luna?" Rasya bertanya tanpa ampun, memaksa Kenzo untuk membuka hatinya yang terluka. Asap rokoknya seakan menjadi penanda bahwa pertarungan mereka tidak hanya terjadi di atas atap sekolah, tapi juga dalam pertarungan batin Kenzo yang tengah berkecamuk.

Kenzo enggan menjawab, mengalihkan pandangan, mencoba mengganti topik dengan canggung, "Sya, coba lo lihat pemandangan di sekitar rooftop? Indah, kan?"

Rasya, yang sudah kehilangan kesabaran, tanpa ragu langsung memberikan bogeman ke arah Kenzo. Pukulan itu menciptakan dentuman yang meresap di udara senja, menggambarkan betapa dalamnya ketidakmengertian yang mereka alami.

"Jangan coba-coba mainin gue, Kenzo! Gue ga bakal diam aja kalo lo terus-terusan menghindar topik pembicaraan," ancam Rasya sambil terus membogem Kenzo. Keberanian Rasya dalam mengekspresikan ketidakpuasannya menciptakan nuansa tegang yang terus memuncak.

Dalam kegeramannya, ia mulai menebak-nebak apa sebenarnya yang terjadi, "Ini semua gara-gara Luna, kan? Jawab! Kenapa lo diam aja?!"

Kenzo, yang terus mendapat serangan, akhirnya tidak tahan lagi. Suara langkah kaki di atas genteng yang berserakan menjadi serak, mencerminkan getaran hati yang tengah remuk.

"Iya! Semuanya kacau gara-gara Luna. Hubungan gue sama dia hancur. Di matanya, cuma ada Genta, Genta, dan Genta!" ungkap Kenzo dengan nada getir, mengakui ketidakpastian yang memenuhi hatinya.

Rasya terdiam, mendengarkan penceritaan Kenzo yang sarat emosi. Angin senja seolah membawa cerita pahit mereka ke seluruh rooftop sekolah. Matanya yang tajam mulai melunak, menyadari betapa rumitnya keadaan yang dihadapi Kenzo.

Kenzo melanjutkan, menceritakan segala kekecewaan dan penderitaan yang dialaminya. "Lo tau, Rasya, rasanya kayak hidup lo hancur. Gue ngerasa kehilangan segalanya." Suaranya yang lirih terbawa angin senja, menciptakan harmoni kesedihan yang terasa di antara mereka.

Rooftop yang sejuk menyaksikan perasaan Kenzo yang hancur dan Rasya yang merasa bingung dengan kondisi sahabatnya. Langit senja memberikan nuansa dramatis pada momen yang penuh ketidakpastian ini.

Kenzo terduduk lemas, tubuhnya yang sebelumnya tegak kini terasa berat. Rasya, yang mendengarkan dengan serius, merenung tentang betapa sulitnya situasi yang dihadapi oleh sahabatnya. Angin sepoi-sepoi senja menyapu rambut mereka, menciptakan atmosfer yang menambah keheningan di rooftop.

GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang