CHAPTER EMPAT PULUH <<40>>KEBENARAN YANG TERSEMBUNYI

723 39 2
                                    

Happy Reading✷

Ketakutan yang terpendam,
bisa memicu tindakan
yang tak terduga
~Author

***

Gerlan berdiri di tengah ruangan dengan napas yang berat, pandangannya menyapu seluruh anggota Straddle yang kini memadati markas mereka. Cahaya lampu yang samar membuat bayang-bayang wajah mereka terlihat lebih tegang dari biasanya. Ada bekas luka tak kasat mata yang membekas di wajah Genta dan Luna, yang baru saja kembali dari pengalaman mengerikan yang menuntut kewaspadaan ekstra dari tim ini.

Suara kipas angin yang berputar di sudut ruangan terasa lebih keras, seakan menambah rasa cemas yang sudah melingkupi setiap inci udara di sana. Gerlan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri meskipun pikirannya penuh dengan kekhawatiran. “Waktu kita nggak banyak lagi,” pikirnya. “Kesalahan sekecil apapun bisa berakibat fatal.”

Dia mengalihkan pandangannya pada Vano dan Vino, dua orang yang paling bisa diandalkan dalam hal teknologi dan pengamanan digital. Mereka berdua berdiri di sudut ruangan dengan ransel yang sudah siap di punggung mereka, siap untuk menjalankan tugas berikutnya.

"Vano, Vino," kata Gerlan, suaranya terdengar lebih berat dari biasanya, mungkin karena beban yang ia rasakan sebagai pemimpin. "Kalian pindah ke apartemen gue. Gue nggak mau ambil risiko lagi dengan kita semua ngumpul di satu tempat. Pecahkan enkripsi dan selidiki data digital terakhir yang kita punya. Cari petunjuk apa pun yang bisa kita pakai buat narik benang merah."

Vano mengerutkan dahi, memikirkan apa yang mungkin menunggu mereka di dalam data yang akan mereka pecahkan. "Gue nggak suka dengan kondisi ini, Vin," bisiknya pelan, hanya bisa didengar oleh saudara kembarnya.

Vino menoleh, matanya menyiratkan ketenangan yang palsu. "Ya, tapi kita nggak punya pilihan lain. Kalau kita nggak bergerak sekarang, semuanya bisa kacau."

Dengan sebuah anggukan singkat, Vano dan Vino mengerti bahwa tak ada lagi ruang untuk keraguan. Setelah memastikan perlengkapan mereka siap, mereka meninggalkan markas dengan langkah yang cepat namun hati-hati, seolah-olah bayang-bayang di luar sana adalah musuh yang mengintai.

Gerlan mengalihkan perhatian kepada Kenzie dan Nicolast. Dua orang ini dikenal sebagai yang paling lihai dalam melacak dan mencari informasi di lapangan. "Kalian berdua cari Andhika di tempat-tempat yang biasa dia kunjungi. Mulai dari rumahnya, apartemen, sampai villa-nya. Gue yakin, kalau dia sembunyi, itu tempat yang paling mungkin. Gue nggak mau sampek ada yang terluka."

Kenzie, yang biasanya penuh percaya diri, kali ini menelan ludahnya dengan susah payah. Ia tahu betapa beratnya tugas ini, terutama jika Andhika berada dalam keadaan yang tidak stabil. Nicolast, dengan tatapan penuh tekad, meletakkan tangannya di bahu Kenzie, seakan memberi isyarat bahwa mereka akan melewati ini bersama.

"Siap, Gerlan," jawab Nicolast dengan suara rendah namun tegas. Mereka berdua mengemasi alat-alat mereka—telepon satelit, senter, peta, dan tentu saja senjata darurat yang selalu mereka bawa di setiap misi penting. Setelah itu, mereka bergegas meninggalkan markas, menuju kegelapan yang menunggu di luar.

Gerlan, yang kini hanya ditemani Genta, Luna, dan Rasya, merasakan tekanan yang semakin berat di pundaknya. “Gue nggak boleh gagal,” pikirnya, memandang Genta dan Luna yang masih terlihat terguncang. Mata mereka mengungkapkan segala sesuatu yang tak bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata—rasa takut, kekhawatiran, dan yang terpenting, tekad untuk tidak membiarkan situasi ini semakin memburuk.

“Rasya, sama lo berdua ikut gue ke apartemen nyusul Vano sama Vino,” lanjut Gerlan dengan nada yang lebih serius, mencoba menunjukkan bahwa dia masih memegang kendali. “Tempat ini udah nggak aman. Kita nggak bisa biarkan situasi ini semakin parah. Gue juga mau lo tetap fokus buat nyari tahu siapa dalang di balik semua ini karena semua ini nyangkut keselamatan sama masa depan kalian.”

GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang