CHAPTER SEBELAS <<11>> LOMBA

1.4K 75 3
                                    

Happy Reading

"Ketika langkah terhenti oleh kejadian tak terduga, kadang yang kita temui bukanlah batasan, melainkan kemampuan untuk bersama-sama bangkit." - Genta & Luna

***

"Kring ... !" suara alarm handphone Luna berbunyi menunjukkan pukul lima subuh.

Tubuhku beranjak dari kasur, berjalan ke kamar mandi yang ada disudut kamar ku, kamar mandi bernuansa minimalis hitam putih yang menambah kenyamanan saat menggunakan kamar mandi. Setelah selesai mandi tersisa satu jam setengah untuk bersiap-siap ke sekolah, tiga puluh menit berangkat ke SMA Nusa Bangsa dengan kecepatan santai.

Pagi hari yang cerah, matahari belum terlihat dari dalam kamar Luna, dia memakai seragamnya yang sudah disetrika Cherry Kakaknya, dan siap untuk pergi ke sekolah. Menuruni anak tangga, radar mata ku melihat ke sekeliling lantai bawah, tidak terlihat satupun keluarga ku yang sudah bangun di jam segini, kecuali Mama yang sedang memasak di dapur.

Dapur rumah Luna letaknya dibelakang dari ruang keluarga, dapur ala cafe-cafe kekinian ditambah mini bar disamping meja makan keluarga.

"Pagi Ma," sapa Luna saat tiba di meja makan.

"Pagi Lun, sarapan dulu ya, Mama udah siapin nasi goreng telur mata sapi kesukaanmu!" suruh Mama menaruh nasi goreng yang baru matang keatas meja makan Luna sekarang.

"Iya Ma,"

"Luna udah siap buat lomba nanti siang?" tanya Mama yang duduk di kursi depannya.

"IYA MA! LUNA SIAP!" jawab ku yang begitu bersemangat.

"Pinter anak Mama, dah cepetan makannya biar enggak terlambat ke sekolah!" suruh Mama lagi.

"Heem," balas ku berdehem sambil memasukan sendok nasi goreng yang sudah ada ditangan ku, Luna melahap nasi goreng kesukaannya itu dengan begitu lahap.

Sekarang hanya aku sendiri di teras rumah, Berapa lama lagi aku harus menunggu ojek pesanan ku datang, Luna memainkan kakinya agar tidak bosan sendirian di depan gerbang.

"Teeettt ..." suara klakson dari ojek online yang tadi aku pesan sudah berhenti di depan rumah Rasya yang tidak jauh dari gerbang rumah Luna.

Harus berjalan beberapa langkah dan meraih helm yang ada ditangan mas ojek tadi. "Ayo pak kita langsung jalan!" suruh Luna menepuk pundak tukang ojek yang mengantarnya.

"Iya neng, kerja lembur bagai kuda ini," jawab mas ojek berjaket hijau itu.

"Hahaha ... iya Pak," balas Luna sambil tertawa.

Menikmati jalanan yang masih sepi, udara sejuk tak kalah menyejukkan Luna dengan anginnya, beberapa daun jatuh dari tangkainya, matahari mulai datang menyapa.

"Udah sampai neng," jelas Pak ojek yang sudah memberhentikan motornya didepan gerbang sekolah.

"Ini mas uangnya." Luna mengulurkan tangannya untuk memberikan uang saku yang tadi malam diberikan Edo selaku Ayahnya.

"Alhamdulillah rezeki di pagi hari," tukang ojek berjalan meninggalkan Luna yang mulai masuk kedalam lapangan sekolah.

Menuju ruang kelas yang masih sepi, tidak terlihat kerumunan siswa yang biasanya bergerombol di halaman sekolah, hanya beberapa siswa yang sedang menunggu temannya didepan pintu kelas. Luna membuka buku rumus matematika untuk bisa menghafal, dia memang bukan tipikal orang pelupa kalau tentang rumus namun terkadang rumus itu terlupakan oleh Luna sendiri karena banyak hal yang dipelajarinya.

GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang