CHAPTER TIGA PULUH <<30>> RUMOR

784 28 3
                                    

Happy Reading😎

"Dalam pergolakan kehidupan, keberanian bukan hanya ditunjukkan oleh kekuatan fisik, tetapi juga oleh ketahanan hati dalam menghadapi fitnah, kekecewaan, dan ketidakpastian. Sahabat sejati adalah mereka yang tetap berdiri di samping kita, meski dunia maya terus mencoba meruntuhkan kita." ~Author

***

Dengan wajah penuh kebingungan dan kekhawatiran, sahabat-sahabat Genta, yang akrab disapa sebagai Straddle, menatap Kenzie dan Gerlan yang terlihat sibuk merespon situasi darurat. Nicolast, salah satu teman dekat Genta, mengekspresikan kekhawatirannya, "Kenzie, Gerlan, kenapa Genta bisa kayak gini? Apa yang terjadi?"

"Sejujurnya, gue juga bingung," jawab Kenzie sambil menoleh ke arah Gerlan, mencari penjelasan yang memadai untuk mengatasi kegelisahan mereka semua.

Dengan sikap tenang, Gerlan memulai penjelasannya, "Jadi, waktu itu gue lagi berdiskusi dengan anggota ekskul basket tentang pertandingan mendatang. Tiba-tiba, Devan ngasih tau gue kalau Genta terluka di taman." Ia memberikan jeda, memberikan waktu bagi teman-temannya untuk meresapi informasi yang disampaikannya. "Ketika gue sampai di taman, gue udah lihat Genta lagi duduk, dibantu sama Beni. Saat itu, Beni jelasin bahwa Rasya, temannya, tiba-tiba nyerang Genta tanpa alasan yang jelas. Mungkin Genta bisa memberikan penjelasan lebih lanjut."

Dengan mata berkobar api, David meluapkan emosinya, serunya, "Nggak bisa dibiarin emang, Destroy!" Melihat Genta terkapar, emosinya semakin terpancing, terutama karena Genta tidak memberikan perlawanan sepenuhnya. David menyadari betul bahwa Genta sangat ahli dalam membela diri.

"Kenzie meluapkan emosinya, "Cari mati emang mereka!" kekisruhan yang menyelimuti ruangan semakin intens.

Vano dan Vino bersuara serempak, "Kita samperin aja Destroy," menunjukkan tekad mereka untuk menghadapi konfrontasi.

Sementara itu, Andhika, dengan muka penuh kecemasan, bertanya kepada Genta seperti anak kecil yang membuat gemas ingin mencubit pipinya, "Genta, nggak apa-apa kan?" Tatapan kekhawatiran dalam matanya mencerminkan kecemasannya yang mendalam.

Dengan senyuman untuk menenangkan Andhika, Genta menjawab lembut, 'Gapapa Dik," mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja meskipun situasinya sulit.

Atmosfer ruangan menjadi semakin tegang, dan Gerlan, sambil merapatkan alat-alat pertolongan pertama, berusaha menenangkan teman-teman, "Kita sedang menangani situasinya, jangan buat dia kepikiran untuk hal yang nggak diperlukan untuk sementara waktu. Genta butuh istirahat sekarang."

Namun, Genta yang melihat teman-temannya yang bingung dan cemas merasa pusing. Tanpa banyak berkomentar, dia mulai melangkah pergi, meninggalkan teman-temannya yang masih mencoba menahan atau memanggilnya. Nicolast, salah satu teman dekat Genta, berusaha menghentikan langkahnya, "Genta, tunggu! Lo butuh bantuan, jangan pergi begitu aja."

Genta hanya merespon dengan pandangan kosong. Teman-temannya mencoba memahami keadaannya yang penuh dengan pertanyaan dan ketidakpastian. Gerlan, yang masih mencoba merapikan peralatan pertolongan, berkata dengan suara lembut, "Genta, kita bakal menyelesaikan ini. Lo butuh istirahat, jangan pergi sendirian."

Andhika, dengan tatapan penuh kekhawatiran, berusaha memegang lengan Genta, "Genta, tunggu! Genta nggak boleh pergi begitu aja. Lihat kondisimu yang babak belur."

Vano, mendekati dengan langkah mantap, menambahkan, "Iya, Genta. Kita Straddle, nggak mungkin ninggalin lo sendirian, apalagi dalam keadaan kayak gini."

Sambil mengangguk setuju, Vino menyuarakan keseriusannya, "Bener, Genta. Lo butuh bantuan kita sekarang. Jangan pergi sendirian."

Kenzie, yang masih terbakar emosi, memandang tajam Genta, "Lo pikir? Lo bisa pergi sendirian? Straddle ada di sini, jangan melangkah pergi."

GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang