Happy Reading
"Ketulusan cinta seperti luka yang sembuh, terungkap dalam bekas luka yang tak terlihat, bukan hanya dalam kata-kata yang terucap." – Genta & Luna
***
Setelah kepulangan sahabatnya meninggalkan apartemen menyisakan Gerlan di mini bar dapur dengan interior bergaya monokrom yang cukup sederhana. Mereka hanya berdiam diri tanpa melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Memang sangat membosankan!
Genta sibuk dengan pikirannya, sedangkan Gerlan kembali mengotak-atik soal-soal yang harus diselesaikan. Genta dan Gerlan duduk bersebelahan, tapi seakan-akan mereka enggan untuk mencairkan suasana yang hening diantara keduanya.
Genta masih berperang dengan perasaan dan logikanya yang tak pernah selaras dengan hidupnya, sedangkan Gerlan sudah selesai mengerjakan soal-soal sekarang dia sedang meregangkan otot-otot tangannya dengan menoleh ke kanan dan ke samping, melihat Genta yang seperti kehilangan jiwanya.
"Gen!" panggil Gerlan.
Tidak ada jawaban dari Genta, seolah-olah mengabaikan orang yang ada di sekitarnya.
"GENTA!" panggil Gerlan dengan berteriak sambil menepuk pundaknya.
"Kenapa?" tanya Genta begitu singkat.
"Lo mikirin apa? Raga lo disini tapi kayak nggak ada jiwanya," jelas Gerlan sambil menepuk punggung Genta beberapa kali.
"Gapapa," jawab Genta singkat.
"Lo nggak bisa bohongi gue Gen, gue udah kenal sama lo. Jangan berusaha menipu gue. Lo mungkin bisa bohongi semua orang, tapi lo harus inget Gen, gue adalah Gerlan Pratama yang nggak cuman pinter soal pelajaran doang tapi gue juga pinter memahami perasaan orang," jelas Gerlan dengan nada menyombongkan dirinya.
"Ger, gue bener-bener makasih karena lo udah ngobatin gue," ujar Genta mengalihkan pembicaraannya memang Genta secerdas itu. Entah kenapa dia enggan untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain, sedekat apapun Genta dengan dirinya. Genta memang sudah pandai dalam memendam apa yang ada dalam hatinya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan, lo belum jawab pertanyaan gue! Ayo ngomong Gen, lo itu kenapa?" tanya Gerlan yang mendesak Genta untuk bercerita kepadanya, ya mungkin Gerlan ingin meringankan beban yang di pikul Genta dengan sedikit bercerita dengan dirinya.
"Ger, jangan terlalu banyak berpikir tentang gue, yakini aja kalau gue baik-baik aja," jawab Genta menepuk pundak Gerlan yang duduk disampingnya.
"Gue nggak terlalu banyak berpikir, tapi lo yang terlalu banyak berpikir dan pertimbangan Gen dan itu buat lo tersakiti sendiri, selagi ada yang mau dengerin lo, jangan banyak berpikir langsung cerita aja Gen," jawab Gerlan yang bangun dari tempat duduk yang ada di pantry dapur apartemen Genta untuk menuju sofa.
"Lo mau kemana?" tanya Genta.
"Tidur," jawab Gerlan seadanya.
"Hati-hati Ger," ujar Genta yang mengira Gerlan akan pulang ke apartemenya.
"Ngapain lo bilang hati-hati, orang gue nggak pulang. Gue mau tidur di sofa," jelas Gerlan menjabarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]
Ficção AdolescenteJudul baru Genta & Luna Judul lama Bad Boy [ SUDAH SELESAI DI REVISI ULANG BANYAK PERUBAHAN ADEGAN DAN LAIN-LAINNYA JADI KALIAN WAJIB BACA ULANG NGGAK MAU TAU YANG UDAH BACA KALIAN BACA ULANG YAH!] Ini tentang seorang Genta Aksara Wijaya dimana keh...