CHAPTER DUA PULUH SATU <<21>> KAMU DATANG!

848 35 0
                                    

Happy Reading

"Terkadang pengorbanan tak selalu dihargai, namun dalam kilau kesetiaan, dia menemukan kehangatan yang tak terduga." – Luna Sahira

***

Luna masih berdiri di La Vue dia tidak peduli dengan hujan yang sudah mengguyur sekujur tubuhnya hingga basah kuyup, tampilannya cukup berantakan dengan kepala batu dia tetap menunggu akan kedatangan seorang Genta Aksara Wijaya yang jelas-jelas sudah mengatakan tidak akan datang. Dia tidak akan berlari ke orang asing, dia tidak peduli dengan perkataan Genta. Luna masih setia menunggu disini. Apa sebegitu dinginnya dirinya kepada orang-orang.

"Apa memang tidak ada jalan untuk masuk ke hidupmu?" tanya Luna dengan bergumam.

Luna sedari tadi hanya menunggu Genta dengan berdiri di La Vue. Jangankan masuk ke café dan restaurant, dia dengan keras kepala menunggu di La Vue tidak peduli dengan semuanya. Waktu terus berjalan, tetapi Genta tak kunjung datang.

Luna juga beberapa kali mencoba menelepon Genta dengan menggigit jarinya, tetapi nihil tidak diangkat. Luna terus menghubungi Genta namun nomer teleponnya hanya tersambung. Tidak peduli di derasnya hujan ini Luna terus menghubungi Genta, banyak orang yang sedang melihat Luna mungkin mereka mengira Luna sedang frustasi atau putus cinta.

Apa mungkin benar Genta hanya menganggap dirinya sebagai orang asing yang mengacaukan kehidupannya atau hanya orang yang tergila-gila kepadanya. Padahal aku mulai menyukainya saat semenjak pertama jumpa dengan dirinya, apakah hanya aku yang merasakan perasaan ini?

Apakah Genta Aksara Wijaya tidak bisa jatuh cinta kepada seseorang atau luluh? Tidak mungkin dia akan hidup dengan kebekuan dan kedinginan tanpa ada kehangatan dan cinta. Luna sudah tidak menghubungi Genta, dia mulai menyesal atas tindakannya. Demi Genta dia kehilangan sahabat terbaiknya tetapi yang diharapkan malah tak kunjung datang.

Luna hanya bisa tersenyum kecut, kecewa tentunya! Namun dia bisa apa, dia juga tidak berhak memaksa Genta, karena Luna bukan siapa-siapa. Jika boleh bertanya, "Apa yang bisa aku lakukan agar dia menyukaiku?" tanya Luna bergumam.

Aku tidak tahu, rasanya sudah kehabisan cara mendapatkan seorang Genta Aksara Wijaya. Rasanya segala upaya sudah aku keluarkan tetapi tidak ada gunanya. Mungkin benar Genta adalah manusia batu tanpa cinta dan kehangatan dalam hidupnya. Luna masih melihat pemandangan kota Jakarta yang di guyur derasnya hujan di La Vue. Hanya bisa tersenyum kecewa dan penuh luka.

Penampilan Luna juga sudah sangat berantakan dan basah oleh air hujan. Mungkin Luna benar dia harus menerima kenyataan bahwa Genta tidak akan datang menemuinya. Baginya aku adalah orang asing yang mengacaukan kehidupannya.

"Jangan menunggu lagi karena itu akan membuat aku lebih kecewa karena harapanku tak ada yang membahagiakan," gumam Luna.

Luna hanya bisa tersenyum kecewa, lalu baru berbalik meninggalkan tempat ini. Dia sekarang menuju lift untuk turun ke lantai pertama dan bergegas pulang, apalagi tubuhnya sudah basah kuyup dan tampilan dirinya sangat mengenaskan.

***

Disisi lain Genta baru tiba di hotel The Hermitage. Dia memakirkan mobilnya terlebih dahulu, lalu turun dengan payung hitamnya menuju rooftop. Disaat Luna turun ke lantai satu, Genta malah naik ke lantai ke sembilan. Sepertinya semesta ingin menguji mereka berdua.

"Semoga aja, dia udah pulang," pinta Genta.

Genta seperti terburu-buru, payung yang di bawa sudah tidak dipakai hanya di bawa saja. Dia tidak ingin anak orang basah kuyup, demi menunggu dirinya. Sesampai di lantai sembilan Genta menuju café dan restaurant tetapi dirinya tidak menemukan siluet tubuh Luna disana, Genta masih menengok ke kanan atau ke kiri tetapi Luna memang tidak ada. Genta membuka payungnya dan pergi ke La Vue tempat dimana Luna menunggu tadi tetapi sudah tidak ada orangnya.

GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang