CHAPTER DUA BELAS <<12>> BIMBANG

1.2K 60 13
                                    

Happy Reading

"Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Takdir mempertemukan kita di jalan kehidupan, meski kadang harus melewati gang kecil yang penuh liku-liku." - Genta & Luna

***

Aku menjantuhkan tubuh ku keatas kasur berwarna biru laut itu, menyetel lagu 'Terlalu Cinta' dari spotify, lalu menyambungkan ke speaker atas meja samping kasur, tidak lupa mengeraskan suara dari spikernya.

Jangan dekat, atau jangan
datang kepadaku lagi,

Aku semakin tersiksa
Karena tak memilikimu,

Ku coba jalani hari dengan pengganti dirimu,
Tapi hatiku selalu berpihak lagi padamu

Mengapa semua ini terjadi kepadaku

~Terlalu Cinta -Rossa.

Terdengar alunan lirik dari lagu mulai membawa suasana damai dalam kamar Luna. Ucapan Genta tadi di tangga masih membekas jelas dalam otak ku, perkataannya bagai kaset rusak yang terus menghantui ku. Entah kenapa Kak Genta begitu mudah mengucapkannya seakan-akan dia sudah terlatih untuk menyakiti perasaan seseorang. Dia tidak mempedulikan dan memikirkan bagaimana perasaan ku itu. Perkataan Genta bagai duri yang menusuk-nusuk ke hatinya. Bagai busur panah yang bidikannya tepat sasaran.

Air mata Luna terjatuh membasahi bantal yang menutupi wajahnya, "Ish ... kenapa sih aku harus kepikiran perkataan Kak Genta!" marah Luna dengan berguling-guling diatas kasur berkali -kali secara bergantian.

Perasaan Luna baru saja mencintai seorang cowok, namun dalam waktu singkat rasanya sudah dipatahkan oleh orang yang dia sukai. Belum saja memulai untuk mencintainya, langsung saja ditolak. Memang Luna sangat tertampar dengan perkataan Kak Genta yang sama halnya tenggelam kedalam laut yang dangkal, namun tidak mengurangi sedikit rasa sukanya kepada cowok bermata hijau itu.

"Aku yang milih jatuh hati padanya, jadi aku harus siap dengan segala konsekuensi yang akan menghampiri ku," ujar Luna mencoba menguatkan hatinya.

"Aku sudah mengerti perihal sakit hati setelah mencintai seseorang," imbuhnya lagi. "Kita berani untuk mencintainya, maka kita harus siap dengan patah hati," lanjutku.

Mata Luna mulai terlelap dengan alunan lagu yang masih berputar, bantal yang masih menutupi wajahnya, selimut tidak dia pakai walau AC kamar nya menyala -18° Celcius, badan Luna benar-benar lelah malam itu.

***

Pagi yang cerah Luna berangkat sendirian ke sekolah, melewati supermarket yang sama dengan kejadian di malam itu. Luna berhenti sejenak melihat supermarket yang belum buka itu, halaman yang masih belum tersapu, beberapa daun gugur menutupi area parkir, terlihat dua bangku kosong yang pernah diduduki Genta dan Luna.

"Ngapain aku berhenti disini sih?" tanya Luna heran karena dirinya melamun di tengah jalanan yang begitu sepi.

Luna melangkah lagi memasuki gang kecil dipinggir jalan agar bisa memotong jalan untuk sampai ke SMA Nusa Bangsa, walaupun perlu tiga puluh menit untuk sampai ke sekolahnya itu, Luna tau jalan tercepat menuju sekolah hanya lima belas menit, ya melewati gang kecil yang tidak bisa dilalui motor.

GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang