Kepergian

1.7K 227 1
                                    

"Udah dibilang jangan cari masalah sama bang Seungyoun juga." Yuvin yang sedaritadi tak berhenti mondar mandir didepan kostan Yohan sambil menggigit ujung kukunya.

"Yaelah emang kenapa sih? Gw kan bener, harusnya kalian bangga dong." Kekeh Sesil.

Setelah kejadian itu Yeri yang panik memutuskan langsung pulang kerumahnya, begitu juga Mina. Sedangkan Sesil saat ini sedang disidang oleh Yuvin dan Yohan.

"Bangga pale lo." Yuvin mendorong kepala Sesil kebelakang. "Lo kenapa diem aja sih? Kasih tau ini sahabat lo kek apa kek." Ujar Yuvin pada Yohan.

Yohan terlihat hanya diam memandang apapun yang ada didepannya.

"Tau ahh gw cabut aja deh, percuma gw khawatir sendirian." Ujar Yuvin kemudian pergi dari kostan Yohan. Menyisakan Yohan dan Sesil berdua.

Kali ini Yohan memandang Sesil. "Bisa gak sih lo tuh sehari aja gak bikin gw khawatir."

"Emang apa sih yang bikin kalian takut segitunya sama si kakak serem itu?"

"Yaa bukan gitu, gak usah cari masalah dikampus susah emang?" Tanya Yohan.

"Lo kan tau gw gimana?"

"Justru itu. Karena gw tau lo orangnya gimana makanya gw udah bilang dari awal, jangan berurusan sama dia." Ujar Yohan masih menatap Sesil. "Dia itu orangnya nekat, suka gak terduga—" Yohan diam sesaat.

"— gw takut dia ngapa-ngapain lo."

"Uwuuu perhatian banget sih sobi acuuu." Ujar Sesil sambil mencubit pipi Yohan.

"Cil gw serius!"

"Iya Yohan iyaa. Lagian kan ada lo ada Yuvin yang atlit beladiri. Gak bakal kalah lah." Ujar Sesil santai. "Dia gak bakal bunuh gw juga Cuma karena negor jangan ngerokok kan."

"Haahh" Yohan menghela nafas. "Lo gak pernah tau kapan orang mencapai batasnya. Jadi liat-liat dulu lo ngomong sama siapa."

Ucapan Yohan seakan menampar Sesil. Selama ini jika Sesil sedang menegur orang lain, Sesil selalu melakukannya ditempat umum tanpa tau bagaimana perasaan orang tersebut karena seharusnya bisa saja dia menegurnya dengan lembut dan lebih secara personal bukan malah ingin mempermalukan orang tersebut.

Sesil menundukkan kepalanya. "Iya iya maaf."

"Gw tau lo jago beladiri. Tapi dia tetep cowok, tenaganya pasti lebih besar dari lo. Dan gw gak bisa ada terus disamping lo. Paham gak sih?"

Sesil menghela nafasnya, dia tertunduk lemas. "Jadi selama ini gw salah."



BRUUKK

Seungyoun menjatuhkan dirinya diatas ranjang kamarnya. Kamar yang berantakan, khas pria. Merasa tenggorokannya kering, Seungyoun keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air.

Tak lama dia mendengar suara teriakan-teriakan dari dalam kamar orang tuanya. Kali ini terdengar mereka saling memaki dan menyalahkan satu sama lain.

"Mulai lagi episode keberapa nih." Seungyoun terlihat seperti sudah biasa mendengar kedua orang tuanya bertengkar hanya bisa menghela nafas kemudian berbalik menuju kamarnya.

Sampai dikamar dia meraih ponsel, headset dan rokoknya kemudian keluar menuju balkon kamarnya. Dia menyalakan ponselnya dan memasang earphone pada telinganya kemudian menyalakan lagu hingga tak mendengar suara dari sekitarnya.

Tak lupa dia meraih sebatang rokok dan membakarnya. Seungyoun memejamkan matanya, mencoba tidak memikirkan apapun dengan menyesap dan mengepulkan asap rokonye ke udara. Sesaat dia merasa tenang.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Seungyoun melepas earphone nya dan masuk kedalam kamarnya. Dia sudah tidak mendengar suara gaduh lagi dari kamar orang tuanya. Dia menuruni tangga dan menuju dapur.

Dia melihat ibunya sedang menyiapkan makanan untuk makan malam, tapi dia tidak menemukan keberadaan ayahnya. Seungyoun memutuskan untuk duduk dimeja makan dan melihat semua hidangan yang disiapkan ibunya.

"Kamu baru pulang apa udah daritadi?" Tanya ibunya.

"Baru aja kok." Ibunya bernafas lega, dia mengira pasti Seungyoun tidak mendengar pertengkaran dengan suaminya tadi.

Ibu Seungyoun mengambil mangkuk dan menuangkan nasi didalamnya, untuk diberikan pada Seungyoun. "Ayo makan."

"Mama juga makan." Tak bisa dipungkiri saat ini hati Seungyoun hancur melihat ibunya. Wanita paling baik yang ada dibumi menurut Seungyoun, harus berusaha terlihat baik-baik saja dihadapan Seungyoun, padahal dia tau ibunya tidak baik-baik saja.

"Seungyoun, mama mau ngomong sama kamu." Seungyoun menghentikan aktifitas makannya dan langsung memberikan atensi penuh pada ibunya.

"Sambil makan aja." Jawab ibunya dengan menyunggingkan senyum dibibirnya. Ibu Seungyoun pindah duduk mendekati anaknya. Memandang anaknya lekat, lalu mengelus puncak kepala anaknya.

"Mama mau minta maaf." Ibunya seketika terisak. "Mama udah gak bisa lagi sama papa kamu. Barusan dia pergi."

Seungyoun membawa ibunya kedalam pelukannya. Isakannya makin jelas didalam pelukan Seungyoun. "Maafin mama yaa."

"Bukan salah mama."

Setelah menenangkan ibunya dan membawanya kekamar, Seungyoun kembali ke kamarnya. Perasaannya campur aduk, marah, sedih, kesal, tapi ada juga rasa lega disana karena mungkin dia tidak akan mendengar teriakan-teriakan antara kedua orang tuanya lagi.

Tanpa sadar Seungyoun memukul dinding kamarnya sendiri. Saat ini dia sangat marah kepada ayahnya yang pergi begitu saja meninggalkan ibunya. Seungyoun berhenti memukul dinding saat darah segar mengalir dari tangannya.



Sesil menjadi lebih sering diam akhir-akhir ini. Perkataan Yohan beberapa hari lalu sukses membuatnya berfikir apakah hal sudah dia lakukan selama ini sudah benar atau justru sebaliknya.

Sesil tersentak begitu ada botol air dingin menempel di pipinya. "Ih apaan sih lo, kaget gw. Mana dingin lagi." Protes Sesil.

Yohan menyerahkan minuman itu pada Sesil lalu duduk disebelahnya. "Mikirin apaan? Serius banget muka lo jelek wkwk." Ledek Yohan.

"Makasih loh sodara Yohan atas minuman dan pujiannya."

"Jadi lagi mikir apaan?"

"Gak ada. Cuma pengen cepet lulus aja biar gak usah pp Jakarta-Depok lagi. Capek." Tentu saja Sesil berbohong.

"Yaelah baru juga kuliah 3 bulan." Ujar Yohan sambil merogoh kantong celananya untuk mengeluarkan ponselnya yang berdering.

"Siapa?" Tanya sesil sambil melihat kearah layar handphone milik Yohan. Tertera nomor tidak bernama disana.

"Halo—" Yohan menerima panggilan tersebut sambil menjauh dari Sesil.

"Lo ke kelas duluan aja ya." Ujar Yohan dengan ponsel yang masih berada di telinganya lalu meninggalkan Sesil disana sendirian.

"Fans baru lagi nih kayanya." Sesil bermonolog. Lalu beranjak dari tempat itu untuk menuju kelasnya.

Baru 10 langkah Sesil berjalan, sebuah tangan menggenggam pergelangan tangannya untuk membuatnya berhenti berjalan. Sontak Sesil menoleh kearah belakangnya. Ternyata dia adalah seorang pria yang belakangan sering ditemui Sesil.

"Ikut gw bentar."

Bersambung.

DON'T SMOKE 🚭 | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang