Rumit

691 124 8
                                    

"Sumpah hari ini kepala gw rasanya ruwet banget." Ujar Seungyoun kepada lelaki dihadapannya yang tengah sibuk mencoret-coret buku lagu.

"Kenapa lagi sih?"

"Kenapa ya project kaya gini mesti barengan sama proposal terkutuk ini? Kalo gw jadi rektor, gw mau apus ini sistem proposal sama skripsi begini."

"Yang mau milih lo jadi rektor tuh siapa? Bikin proposal aja gak mampu." Seungwoo menanggapi ocehan Seungyoun tanpa berpaling dari kertas-kertas dihadapannya.

"Woo, lu temen apa bukan sih? Bukannya dukung gw." Protes Seungyoun.

"Selama masih masuk akal, bakal gw dukung kok." Seungyoun terlihat menahan senyum pahitnya atas komentas Seungwoo. "Ini aransemen ada yang gw ubah dikit, coba dicek."

"hmm bentar." Seungyoun mengeluarkan sekotak rokok dari tasnya berserta pemantik api. Tangannya sangat cekatan memegang sebatang rokok kemudian menyalakannya. Membuat Seungwoo melirik kearahnya.

"Gw kira lo udah gak ngerokok." Seungyoun menyesap rokok miliknya, lalu menyembulkan asapnya keatas. Dia memilih untuk tidak menjawab pernyataan Seungwoo.

Bukan tanpa alasan Seungyoun akhir-akhir ini menyentuh benda itu lagi. Kesibukannya membuat proposal skripsi dan deadline project musik miliknya yang memaksanya untuk menghisap benda yang sudah cukup lama tak dia sentuh itu lagi. Sering kali dia baru bisa tidur dini hari untuk segera menyelesaikan semuanya. Dia bahkan mungkin lupa kapan terakhir kali dia meluangkan waktu untuk kekasihnya.

"Woo hari ini padus kan?"

"Hm, kenapa?

"Pengen ketemu-"

"Sesil?" Seungyoun sumringah mengiyakan jawaban Seungwoo. "Barusan anaknya telfon gw katanya gak latihan."

"Ha?" Seungyoun menautkan kedua alisnya.

"Gak enak badan katanya."

Seungyoun segera mematikan rokok ditangannya lalu menyambar ponsel miliknya yang tergeletak dimeja tak jauh dari posisi Seungwoo. Dia menekan speed dial nomor 2 yang segera terhubung dengan ponsel milik kekasihnya.

Sayang, setelah beberapa kali percobaan panggilan tidak juga diterima oleh kekasihnya. Seungyoun mendengus kesal, dan bergumam kenapa kekasihnya malah tidak memberitahunya terlebih dahulu. Bukankah dia seharusnya adalah orang yang pertama tau keadaan kekasihnya.

Bersyukur, berkat informasi dari Hyeop, akhirnya Seungyoun bisa mengetahui bahwa saat ini Sesil sedang berada diperpustakaan. Lantas dia bergegas menuju tempat dimana Sesil berada. Langkah besar Seungyoun membuat jarak dari ruang latihan padus ke perpustakaan terasa sangat dekat.

Sesampainya diperpustakaan, Seungyoun berjalan secepat mungkin menyisir segala penjuru perpustakaan. Lalu matanya terhenti saat melihat punggung kecil yang sangat dikenalinya. Bisa dipastikan itu adalah Sesil. Belum ada satu langkah, Seungyoun kembali diam saat melihat seseorang mendekat kearah kekasihnya.

Pria itu meletakkan satu buku diatas meja Sesil dan gadis itu tampak mendongak, menatap pria itu hingga dia pergi, mata Sesil masih mengikuti punggung pria itu hingga dia menghilang. Hal tersebut sontak membuat Seungyoun mengerutkan alisnya.

--



Sesil melamun menatap keluar jendela mobil. Seungyoun yang sedaritadi bingung melihat kekasihnya hanya terdiam, sesekali menoleh kearah Sesil untuk melihat ekspresi wajahnya. Sesil bukannya tidak ingin bicara, dia hanya bingung mau bicara apa. Setelah beberapa lama, akhirnya Seungyoun buka suara.

"Kok gak ngabarin aku kalo sakit? Malah Seungwoo." Pandangan Seungyoun terlihat serius ke depan, sambil sesekali menoleh kearah Sesil. "Aku telfon juga gak diangkat."

DON'T SMOKE 🚭 | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang