Almost is Never Enough

1.3K 203 18
                                    

BRAAKK !!

Sesil menutup pintu kamarnya dengan buru-buru hingga menimbulkan bunyi nyaring. Dia masih terdiam dibelakang pintu, nafasnya memburu seakan dia baru saja lari keliling komplek. Sesil memejamkan matanya sejenak, merasakan detak jantungnya yang tak beraturan. Wajahnya seakan memanas. Dia bergantian memegangi dadanya, lalu pindah menangkup pipinya sendiri. Hingga berakhir dengan gelengan kepalanya.

Dia melemparkan tasnya asal, lalu berlari menjatuhkan badannya diatas ranjang empuk miliknya. Membenamkan wajahnya diatas bantal.

Bicara tentang rasa, jangan dikira Sesil ini anak yang polos atau slow witted apabila bertemu dengan kode dan sinyal. Tentu saja dia sudah menyadarinya, sejak awal. Dia termasuk orang yang sangat peka dalam hal tersebut. Dia tau selama ini Seungyoun memberikannya banyak kode dan sinyal yang makin lama makin kentara. Seperti saat Seungyoun bilang bahwa tujuannya berhenti merokok adalah karenanya, tak henti-hentinya dia tersenyum dan joget-joget salto gak jelas dikamar. Tapi dia tak ingin besar kepala dulu sebelum semuanya jelas.

Dan hari ini dia merasa makin terlihat jelas. Sesil memang tidak mendengar kata-kata Seungyoun saat di kafe tadi, tapi dari ucapan dan semua lagu yang dinyanyikan Seungyoun bukannya sudah sangat jelas? Ekspresi pria itu pun sudah menggambarkan segalanya.

Otaknya memutar kembali kejadian di kafe beberapa jam lalu sebelum Seungyoun mengantarkannya pulang kerumah. "Gimana ini gw gak bisa berenti senyum." Sesil membalikkan badannya menatap atap rumahnya, lalu menendang-nendangkan kakinya ke udara. "Aaahh sumpah-sumpaahh!!"

Tak lama seseorang membuka pintu kamarnya. "Kak, ngapain sih berisik banget." Membuatnya terkejut dan langsung membenarkan posisi tidurnya.

"Mama ih ngagetin aja, ketok dulu dong, biar aku siapin hati?" Ujar Sesil penuh senyum diwajahnya.

"Apaan pake siapin hati segala, emang mama mau ngajak kaka pacaran apa!" Ketus ibunya. "Kamu ngapain berisik banget daritadi?"

"Pacaran?" Pikirannya melayang begitu mendengar kata itu, membuat wajahnya bersemu merah.

"Kamu gpp kak? Kok mukanya merah, demam yaa?" Sontak ibunya masuk untuk memeriksa keadaan anaknya. Sedangkan yang empunya bada hanya mematung sambil tersenyum memegang kedua pipinya.

"Aku gpp."

"Beneran?"

"Iyaaa." Lalu mendorong ibunya keluar.

"Udah makan belum? Itu mama bawa makanan." Tambah ibunya tapi Sesil hanya menjawab dengan gelengan kepala sambil menggiring ibunya keluar dari kamarnya.

"Aku udah makan maah, mama istirahat yaa." Ujarnya sebelum mencium pipi ibunya lalu menutup pintu.

Lagi-lagi dia berlarian penuh semangat didalam kamarnya dan menjatuhkan badannya lagi diatas kasur. Saat sedang asyik menikmati kegembiraannya, ponsel Sesil berdering. Buru-buru dia meraih ponselnya dan melihat nama Seungyoun disana membuat senyumnya bertambah lebar.

"Halo." Sesil memulai koneksinya.

"...."

"Halo? Seungyoun?" Sesil mengerutkan alisnya karena pria diujung sama tidak menjawabnya.

"...."

"Jangan bikin khawatir. Udah sampe rumah? Seungyoun?"

"Lo beneran gak paham kode gw?" Sesil bernafas lega begitu mendengar suara pria itu.

"Kenapa diem aja sih, bikin panik aja!" Omel Sesil.

"Gw juga lagi panik tau gak." Balas Seungyoun.

"Kenapaa?"

"Gw tanya sekali lagi. Lo beneran gak paham kode gw?" Nada bicaranya mulai menuntut. Hingga membuat Sesil menelan ludahnya.

DON'T SMOKE 🚭 | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang