Sesil masih memegangi pipinya yang dirasa masih hangat akibat kejadian tadi.
"Abis ini pasti canggung banget deh." Kali ini tangannya beralih menutupi wajahnya. "Emang tadi muka gw keliatan kaya mau nolak ya."
Saat mendengar pintu toilet terbuka, buru-buru Sesil meraih remot TV lalu menyalakannya. "Supaya gak canggung" batinnya.
Seungyoun kembali duduk disamping Sesil, sambil beberapa kali berdeham seakan tenggorokannya gatal.
"Aku ambilin minum lagi mau?" Tawar Sesil.
Seungyoun menggeleng, lalu beralih menatap gadis itu. "Cil." Ujarnya.
"Apa?" Wajah seungyoun berubah serius. "Kamu bikin aku takut."
"Aku.."
"Kenapa Cho Seungyoun. Jangan nakut-nakutin gini."
"Aku pengen sembuh."
"M.. Maksudnya?"
"Aku pengen bener-bener lepas dari rokok. Akhir-akhir ini rasanya aku makin gak kekontrol, aku gak sehat." Seungyoun menghela nafasnya satu kali, lalu menunduk lesu. "Deadline banyak, project banyak.. gak ada kamu. Rasanya berat banget."
Kali ini gantian Sesil yang menghela nafas lega. Dia terlanjur mikir yang kejauhan.
"Youn." Sesil menghadapkan tubuhnya pada Seungyoun.
"Hmm."
"Sini liat aku." Seungyoun menuruti perintah Sesil. "Aku tau lepas dari rokok itu sulit, dan prosesnya gak bisa dalam waktu singkat. Kamu udah berjuang sejauh ini, aku bangga."
"Tapi niat awal kamu salah. Kamu harus bener-bener niat dari diri sendiri buat berhenti, bukan karena aku atau alasan lain. Jadi ketika aku gak ada atau sesuatu yang lain itu gak ada, kamu akan tetep bertahan sama komitmen yang kamu buat."
"Ini bukan tentang aku, ini tentang kamu dan komitmen kamu." Sesil mengelus pelan lengan Seungyoun. "Kalo sekarang masih salah, ayo dibenerin mulai sekarang."
--
Sesil kembali menghadapi hari-harinya seperti biasa. Masuk kelas, jadi ass-lab, praktikum pulang malam. Tapi entah kenapa rasanya hari ini dia merasa sangat beruntung. Walaupun dia bangun agak kesiangan, tapi nyatanya dia tidak telat sampai kampus. Belum lagi honor mengajarnya cair. Begitu sampai kelas, rasanya dia mau breakdance saking senengnya.
"Abis ini mau ke toko buku ah." Bukan, bukan buat beli buku pelajaran. Sesil masih setia menanti seri terbaru dari komik detektif conan kesukaannya.
"Widih nyai lagi hepi banget nih kayanya." Ujar Yohan.
"Gw mah hepi terus." Balas Sesil.
"Apaan dua hari lalu mata lo sembap mulu- aww aaww aaaaaawww." Sesil tersenyum kearah Yohan. "Sumpah lo kalo nyubit sakit banget sih anjir." Yohan mengelus-elus lengannya yang terasa sangat nyeri.
"Tau lo. Ingat kata pepatah, kita gak boleh terlalu sedih juga gak boleh terlalu bahagia." Timpal Yeri.
"Pepatah apaan? Baru denger gw."
"Bukan pepatah sih. Cuma filosofi hidup gw aja, soalnya gw biasanya kalo terlalu bahagia nanti ada aja yang bikin nangis."
"Lu tau gak arti filosofi apaan?" Yeri menggeleng.
"Sama, gw juga gak paham. Jadi gak usah bahas-bahas filosofi yaa cantik." Balas Sesil. "Nanti anterin gw ke toko buku yaa?"
"Punya duit lo?" Ujar Yohan.
"Kan ada Yeri. Nanti minta jajanin Raden Roro Yeri aja."
"Udah minta anterin, minta jajanin juga." Yeri menatap Sesil malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T SMOKE 🚭 | Cho Seungyoun
FanfictionWhen you have to hurt your self to keep sanity "Sialan.." Seungyoun mengangkat sebelah tangan untuk menutup sebagian wajahnya. "Malu kan lo ditolong sama orang yang hampir lo bikin mati?" ⚠️ Warning ⚠️ Untuk pembaca 17 tahun keatas Mengandung kata...