Kekecewaan

1.2K 205 15
                                    

Sesil terkejut begitu masuk kedalam kost-an Yohan dan mendapati unit playstation terbaru disana.

"Emmhh pantesan yaa lo makin rajin banget cabut kuliah." Ujar Sesil sambil menjitak kepala pria bernama Kim Yohan tersebut.

"Hehe nyokap beliin katanya karena nilai gw bagus." Sesil berdecak penuh dengki mendengarnya.

"Harusnya gw yang dibeliin nyokap lo dong, kan tugas sampe kuis lo copas punya gw."

"Eits jangan khawatir, nyokap gw juga beliin ini buat lo." Yohan mengeluarkan 2 buah novel fiksi dan beberapa komik yang masih disegel dari dalam lemarinya.

"Sumpah, nyokap lo memang yang terbaik." Bahkan dia sudah lupa kalau sedetik yang lalu baru sama marah-marah perkara ps baru. Dia sedang sibuk membaca sinopsis novel dan komik barunya.

"Dah sono cabut, gw mau lanjut main." Yohan menggerakkan tangannya sebagai isyarat mengusir Sesil.

"Emang gw juga udah mau cabut bwee."

"Eh tunggu tunggu tunggu, lo mau kemana? Ntar gw repot lagi nyariin. Lo kan suka tiba-tiba ngilang." Protes Yohan. Sesil memicingkan matanya menatap Yohan.

"Ke lab lah, gak liat ini gw sudah pakai rok cantik begini."

"Najis, kaya bencong! Tutor lagi?" Sesil mengangguk. "Yaudah tiati, langsung telfon gw kalo kenapa-kenapa."

"Apaan sih emang gw bocah."

"Heh terakhir kali lo ngilang, berakhir di rumah sakit yaa!! Lo gak inget." Ketus Yohan.

"Iya ih bawel banget kaya mak tiri."

"Mak tiri itu kejam bukan bawel." Ujarnya sambil mendorong Sesil keluar dari kamar kost nya. "Dah sono cabut."









"Lo jadi sering banget jalan sama itu cewe." Seungyoun sedang bersama kedua temannya, duduk ditangga menuju kelantai 4 yang kebetulan berdekatan dengan toilet laboratorium. Jadi dilantai 4 terdapat beberapa laboratorium dan hanya terdapat 1 toilet diujung koridor dekat tangga.

"Siapa?" Tanya Byungchan.

"Etdah itu sih, siapa deh yang waktu itu ngasih permen." Kookheon mencoba mengingat mama gadis itu.

"Sesil?" Byungchan mencoba menebak.

"Nah itu dia." Kookheon melemparkan bungkus rokok pada Seungyoun. Sesaat setelah dia mengambil sebatang lalu menyalakannya.

Seungyoun terlihat menimbang-nimbang apakah dia akan mengambilnya atau tidak. Hingga byungchan bertanya.

"Kenapa lu?"

"Gpp." Ujar Seungyoun sambil mengambil satu batang rokok lalu menyalakannya juga.

"Kak gw ke toilet bentar yaa." Ujar Sesil pada Jinhyuk sebelum keluar menuju toilet. Koridor ini memang terbilang sepi, apalagi jika tidak ada jadwal praktikum. Bisa dipastikan yang menghuninya hanya asisten lab dan petugas kebersihan saja isinya.

Sesaat setelah menutup pintu toilet, dia terdiam saat mencium aroma rokok. Sudah biasa memang dia mendapati mahasiswa yang merokok disana. Tapi kali ini Sesil terdiam bukan karena asap rokoknya, melainkan dia mendengar suara seseorang yang sangat familiar ditelinganya.

Didorong oleh rasa penasaran yang berlebihan, Sesil menuruni tangga ingin melihat sumber suara tersebut. Mengejutkan karena benar dia melihat Seungyoun sedang mengepulkan asap rokok disekitarnya bersama kedua temannya.

"Dia bukannya benci banget asep rokok kan? Kok bisa deket-deket ama lo mulu." Tanya Kookheon.

"Yaa gw gak ngerokok didepan dia lah, bego."

"Wkwkwk kayanya bentar lagi pasti disuruh-suruh insyaf nih, pensiun ngerokok." Seungyoun tercekat mendengar ucapan temannya itu. "Cupu banget anjir."

"Sialan, mana ada."

"Halah ntar juga dikedipin dikit, langsung nurut lo sama dia." Terdengar kekehan dari Byungchan dan Kookheon berbarengan.

"Bangsat, mana ada!! Dia kan bukan siapa-siapa gw, mana mau lah gw disuruh-suruh begitu. Ngaco aja anjir."

Seperti disambar petir Sesil mendengar percakapan tersebut. Kali ini dia benar-benar mendengarnya sendiri kata-kata itu keluar dari mulut Seungyoun. Sesil tersenyum kecut, ternyata bantuannya selama ini hanya dianggap main-main oleh Seungyoun.

Tanpa disadari otaknya memanggil kembali semua ingatan saat dirinya bersama Seungyoun. Saat dimana Seungyoun meminta bantuannya, saat dimana mereka bisa mengobrol kesana kemari dengan tawanya. Ternyata semua itu hanya lelucon dari seorang Cho Seungyoun. Dia tidak pernah benar-benar ingin berhenti merokok seperti ucapannya waktu itu.

Sesil merasa sangat kecewa dan dia sadar kapan saatnya dia harus berhenti.

Sesil membalikkan badannya, berjalan menaiki tangga untuk kembali ke lab. Dengan pikiran kosong, dia menaiki tangga satu persatu tanpa melihat arah. Hingga kakinya menabrak pinggiran pegangan tangga.

"Aww." Teriakan Sesil membuat suara gaduh tadi berhenti sejenak. Seungyoun yang duduk ditangga paling atas dari kedua temannya, menjulurkan lehernya untuk menengok kearah sumber suara.

Matanya membulat sempurna ketika mendapati Sesil sedang berjalan terpincang saat menaiki tangga. Tanpa pikir panjang Seungyoun langsung beranjak dari duduknya, menghampiri Sesil.

"Gw bisa jelasin." Kalimat pertama yang keluar dari bibir Seungyoun sukses menciptakan senyum miris dibibir Sesil.

"Kalo ngeliat orang kesandung itu ditanya dulu dia baik-baik aja atau gak." Seungyoun menangkap semburat kekecewaan didalam senyuman gadis itu.

"Lo gpp?" Sesil mengangguk, lalu melanjutkan jalannya. Melihat Sesil yang kesulitan berjalan, membuat Seungyoun reflek memegang lengan gadis itu. Tapi ditepis oleh gadis itu dengan pelan.

"Gw gpp kok, jempol gw doang sakit." Cengir Sesil sambil terus berjalan meninggalkan Seungyoun. Tapi tangannya ditahan oleh tangan besar Seungyoun.

"Jangan gini." Bagi Seungyoun tidak ada yang lebih mengerikan dari diamnya orang yang bawel seperti Sesil.

"Jadi gw mesti gimana? Ketawa bahagia setelah denger semuanya? Salto? Tepuk tangan?" Seungyoun mengalihkan pandangannya, tak sanggup melihat wajah gadis itu.

"Lepasin." Ujar Sesil lirih. "Gw gak mau nangis disini, didepan lo." Seungyoun tercekat, lalu pelan-pelan melepaskan tangan gadis itu walau enggan.

"Mungkin ini terakhir kalinya kita ketemu karena gak ada alesan lagi buat kita bisa ketemu. Jadi, jaga diri baik-baik." Sungguh Seungyoun membenci kalimat yang baru saja keluar dari mulut Sesil.

"No. Cil, please." Wajah Seungyoun memelas dan Sesil tetap pergi.

"Cil." Otaknya masih mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi? Bukannya baru kemarin mereka mengobrol dengan santainya? Kenapa sekarang begini?

Buru-buru gadis itu berjalan meninggalkan Seungyoun. Airmatanya tak bisa dibendung lagi, menetes begitu saja ke pipinya. Seungyoun menatap punggung gadis itu pilu, dia bisa melihat gadis itu sedang menyeka airmatanya. Membuat Seungyoun sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan. Rasa gengsi pada temannya membuat semuanya berantakan. Tidak menganggap usaha orang yang telah sukarela membantunya adalah sebuah kebodohan baginya. Hingga dia tak tahu harus bagaimana meminta maaf pada gadis itu.

 Hingga dia tak tahu harus bagaimana meminta maaf pada gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bersambung.

DON'T SMOKE 🚭 | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang