Gak suka bau rokok (?)

1.6K 216 1
                                    

Seungyoun duduk disebuah warung kopi didekat kampusnya. Pikirannya campur aduk. Sedih, kecewa, marah setidaknya ketiga perasaan itu yang mendominasi hatinya.

Dia menghela nafas. Niat hati pergi ke kampus untuk menghilangkan rasa marahnya atas kejadian dirumahnya. Tapi begitu sampai dikampus kepalanya bertambah pusing. Harusnya dia mencari ketenangan ditempat lain yang lebih sepi, bukannya malah pergi ketempat yang penuh dengan tekanan, seperti kampus.

"Ngapain gw kesini coba." Seungyoun memijat pelipisnya.

"Gw cabut aja deh, makin pusing gw disini." Seungyoun berdiri lalu melangkah keluar dari warung kopi untuk menuju parkiran. Tapi ditengah jalan dia melihat Sesil yang sedang duduk termenung dibawah pohon rindang.

Terbersit sebuah ide gila dikepala Seungyoun. "Gw isengin dia aja deh."

Seungyoun berjalan kearah Sesil dengan menaikkan sudur bibirnya sedikit. Tak lama Sesil berdiri dan berjalan kedepan. Seungyoun tersentak lalu mempercepat langkahnya. Saat sepertinya sudah dalam jangkauannya, Seungyoun meraih pergelangan tangan Sesil.

"Ikut gw bentar."





Seungyoun menarik tangan Sesil, tujuannya adalah mencari kelas yang kosong. Mereka menaiki tangga hingga lantai keempat.

"Kak apaan sih, lepasin tangan gw." Sesil meronta.

"Ikut gw dulu."

"Kak gw teriak nih." Ancam Sesil.

"Teriak aja, gak ada orang juga."

Sesil panik, benar disini tidak ada orang. Teriak pun percuma. Jadi sekarang Sesil hanya mengikuti kemana Seungyoun akan membawanya.

"Macem-macem gw tendang asetnya ini orang." Batin Sesil.

Tiba disebuah kelas yang kosong. Seungyoun menarik Sesil masuk, menutup pintunya, kemudian menyudutkan sesil dibelakang pintu. Mereka hanya berjarak kurang dari 5cm sekarang.

Posisi Sesil sekarang sangat sulit karena pintu keluar ada dibelakangnya. Dia harus benar-benar menjatuhkan Seungyoun untuk bisa kabur.

"Mau apa kak?" Ujar Sesil setenang mungkin supaya tidak terdengar seperti orang yang ketakutan. Dia mengerti jika dia takut maka orang ini akan semakin senang.

"Gak mau ngapa-ngapain sih. Gemes aja gw liat ada adek kelas cewek berani banget kaya lo." Seungyoun memiringkan kepalanya, menatap Sesil yang jauh lebih pendek darinya.

"Maksud kakak masalah rokok yang kemarin?" Tanya Sesil.

"Waktu diparkiran juga." Tambah Seungyoun.

"Parkiran?" Lagi-lagi Sesil menautkan kedua alisnya, mengingat ada apa yang terjadi diparkiran. Tak lama kemudian seperti terdengar bunyi 'klik' dikepalanya.

"Udah inget?"

"Emm iya. Mungkin saya salah cara negur kakak. Tapi kakak juga salah karena ngerokok ditempat umum. Impaskan? Trus apa lagi masalahnya." Jelas Sesil.

Seungyoun makin mendekat kearahnya.

"Kakak mau pukul Saya?" Suara Sesil terdengar seperti menuntut.

"Gak mungkin gw pukul perempuan." Ujar Seungyoun. Tangan Seungyoun sibuk merogoh sesuatu didalam tasnya.

"Jadi?"

Setelah beberapa saat Seungyoun sibuk mencari sesuatu dalam tasnya. Kali ini dia sudah mengeluarkan benda tersebut dari tasnya dan menggenggamnya. Sebuah pemantik api.

"Lo gak suka bau rokok kan?" Seungyoun mengambil rokok dan menyalakan dengan korek apinya.

"Kak Saya bukan gak suka, tapi— uhuuk uhuk." Seungyoun menyemburkan asap dari mulutnya dan mengarahkannya pada wajah Sesil.

"Uhuuk kak Saya gak bisa— uhuuk." Sesil mencoba mendorong tubuh Seungyoun dari hadapannya. Tapi ternyata bukan suatu hal yang mudah.

Seungyoun terus menyemburkan asap rokok dari mulutnya kearah wajah Sesil. Wajah Sesil terlihat mulai memerah, terlihat seperti orang yang ingin marah. Dia lantas menginjak kaki Seungyoun.

Dan berhasil, Seungyoun mundur sehingga menciptakan ruang agar Sesil bisa lolos dari hadapan Seungyoun. Sesil membalikkan badannya, mencoba membuka pintunya, tapi ternyata tidak semudah itu.

Seungyoun menarik tangan Sesil untuk menghadap padanya.

"Kenapa sih seneng banget nyenggol gw." Seungyoun memajukan wajahnya pada Sesil.

Sesil jatuh tertunduk "uhuukk kak aku— uhuk."

"Gak enak kan diisengin orang yang gak dikenal."

Sesil merasa sangat marah sekarang. Dia berdiri, mundur satu langkah, lalu mengambil kuda-kuda kemudian mengarahkan tendangannya ke wajah Seungyoun.

"Aww!! ternyata bisa bela diri." Seungyoun tersenyum, dia terlihat seperti psikopat saat ini.

"Uhuuk—Mundur atau kita pukul-pukulan disini—uhuuk" Sorot mata Sesil tajam.

Mulai muncul ruam-ruam merah pada wajah Sesil.

"Oww ngajak gelud disini, gak dikasur aja sekalian biar enak empuk." Ujar Seungyoun asal. Sesil masih menatapnya dengan sorot yang sangat menusuk.

"Oke.. oke." Seungyoun mundur beberapa langkah dari Sesil. "Dah silahkan keluar." Ujar Seungyoun lagi.

Sesil berbalik dan meraih kenop pintu, dia berhasil keluar dari kelas itu dan meninggalkan Seungyoun didalamnya.

Seungyoun tersenyum karena merasa telah berhasil memberi pelajaran pada orang aneh yang sok tau seperti Sesil.

"Beneran cewe aneh."





Saat keluar dari kelas jahanam tadi, Sesil tidak menemukan satu orangpun yang ada disana. Padahal dia sangat membutuhkan bantuan.

Dia merasa semua kulit tubuhnya gatal dan terbakar. Nafasnya terasa sangat sesak, sulit untuknya bernafas. Sesil terjatuh, kemudian dia merogoh kantong celananya dan mengambil ponsel.

"Hhhh hhhh uhuuk hhhh" Sesil menekan tombol speed dial nomor 1 dan tertera nomor Yohan. Tapi si empunya nomor tidak juga menjawab.

Nafasnya jadi semakin sesak, dan Sesil memutuskan untuk mencari bantuan dari orang disekitarnya saja. Dia bersusah payah berdiri dengan nafas tersengal.

"Kok tumben sih di koridor gak ada orang." Batin Sesil. "Mati deh nih gw bentar lagi."

Saat pandangan Sesil mulai kabur, dia melihat seseorang yang akan masuk kedalam satu ruang kelas. "To—long" ujar Sesil terbata.

Orang tersebut bergegas berlari kearah Sesil. Sesil bisa melihat pria ini adalah orang yang sangat familiar dengannya. "Kak Wooseok—"

"Kamu kenapa?" Wooseok mencoba membantu Sesil berdiri.

"To—long kak." Sesil ambruk dipelukan Wooseok, tak sadarkan diri.

"Sil.. Sesil bangun."





Bersambung.

DON'T SMOKE 🚭 | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang