Side Story: #HidupMahasiswa

1.2K 185 11
                                    

"Kamu inget gak waktu kamu mimpin anak-anak demo dulu?" Ujar seorang wanita yang saat ini sudah berada didalam selimut hangat miliknya, menatap pria yang masih sibuk dengan laptopnya duduk dimeja kerjanya.

"Hmm." Sang wanita berdecak ketika mendapat respon yang tidak sesuai dengan harapannya.

"Tuh kan kamu tuh kebiasaan, liat udah jam berapa? Emang kerjanya gak cukup dikantor?" Kesal, sang wanita menaruh ponselnya asal diatas nakas, hingga menimbulkan bunyi yang lumayan kencang, lalu menutup tubuhnya dengan selimut.

Si pria menarik sebelah bibirnya. Dia menghampiri wanitanya keatas ranjang, dengan membawa laptopnya. Dengan lembut dia mengusap selimut yang diyakini ada wanitanya disana. "Tanggung nih, bentar lagi yaa. Jangan ngambek dong, sini temenin sini." Ujarnya.

Pria itu tampak meneruskan pekerjaannya, sambil sesekali menepuk puncak kepala wanita itu. "Aku inget lah, waktu kamu panik banget mukanya, sampe rumah sakit." Wanita itu akhirnya menyembulkan kepalanya, menunjukkan wajahnya. Kilasan masa lalu berputas begitu saja dikepalanya.

"Gw ikut turun ke jalan." Ujar seorang wanita.

"Gak, gak boleh. Gak usah aneh-aneh! Ini bukan main-main, bahaya, lo dirumah aja."

"Kan ada lo." Wanita itu bicara dengan sangat enteng.

"Gw gak tau kondisi disana bakal gimana, kalo tiba-tiba ricuh dan gw gak mungkin ada disamping lo terus, gimana?"

"Please, gw juga mau ikut menyuarakan aspirasi kita, mahasiswa." Wanita itu memohon dengan memelas.

"Gak!" Wanita itu diam begitu melihat keseriusan dari wajah pria yang ada dihadapannya itu. Dia tau bahwa pria itu sesang tidak bercanda. "Nanti pulangnya gw mampir kerumah."

"Kabarin yaa kalo sempet." Ujar wanita itu sebelum melepas kepergian sang pria menuju gedung DPR.

Wanita itu akhirnya memutuskan untuk pulang kerumah. Karena rumahnya tidak begitu jauh dari lokasi aksi unjuk rasa, dia jadi kesulitan untuk menuju kerumahnya, hingga memakan waktu 2 kali lipat dari biasanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, dan wanita itu belum juga mendapatkan kabar dari sang pria. Akhirnya dia menyalakan televisi untuk melihat kabar terbaru disekitaran lokasi unjuk rasa. Dalam hatinya berdoa agar semuanya berjalan lancar, tidak ada ricuh dan pria tadi bisa pulang dengan selamat. Menepati janjinya untuk mampir kerumahnya.

Wanita itu berinisiatif untuk mengirimi pesan terlebih dahulu, tapi hingga setengah jam kemudian tidak juga ada balasan. Membuatnya tak berhenti mengucapkan doa. Hingga 1 jam kemudian ponselnya berbunyi dan dilayar tertera nama pria tadi.

"Udah selesai?"

"Terpaksa selesai hehe" wanita itu bisa merasakan bahwa lawan bicara sedang menyunggingkan senyumnya sambil memperlihatkan deretan giginya.

"Terpaksa gimana?" Yang hanya dijawab dengan cengengesan dari lawan bicaranya. "Kenapa? Jangan bikin khawatir."

"Em jangan panik yaa. Coba tarik nafas dulu." Wanita itu tersentak mendengar ucapan pria itu, tapi tetap mengikuti perintahnya untuk menarik nafas. "Dah, trus buang nafas." Wanita itu masih nurut.

"Gw dirumah sakit sekarang. Gak usah kesini yaa." Wanita itu terkejut bukan main, hatinya terasa mencelos. Dia terdiam bahkan tidak tau mau berkata apa. "Kalo mau kesini jangan sendirian."

Begitu kata-kata sang pria kala itu, yang sampai saat ini ingin rasanya memukul kepala sang pria karena kelewat santai. "Pengen aku tonjok tau gak waktu kamu cengangas-cengenges padahal kepala sama baju masih ada sisa-sisa darah."

"Kalo ditonjok makin berdarah dong, kenapa gak dicium aja biar cepet sembuh?" Pria itu terkekeh.

"Bodo amat!!" Ujar wanita itu sambil memutar bola matanya. Lalu dia meraih lengan pria itu, kemudian menyenderkan kepala dibahunya. "Tapi makasih banyak yaa, karena kamu dan temen-temen yang lain bikin negara kita jadi lebih baik. Walaupun hasilnya gak seperti yang kita inginkan. Tapi karena kalian, kita semua bisa berjalan dengan lebih baik. Negara ini hutang banyak sama kalian."

Ucapan wanita itu membuat sang pria menatapnya dengan wajah mengejeknya, lantas terdengar suara kekehan. "Kamu kenapa? Ngomongnya serius banget hmm?"

"Gak tau, hehe." Senyuman wanita itu membuat kekehan sang pria berubah menjadi senyum simpul yang menghangatkan. Dia meraih tangan wanita itu, kemudian menggenggamnya.

"Kalo bukan kita yang berjuang buat negara ini, trus siapa lagi? Ketika orang yang katanya perwakilan rakyat yang pintar dan berpendidikan udah dibutakan oleh kepentingan pribadi yang menjunjung tinggi keuntungan golongannya hingga menimbulkan ker...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalo bukan kita yang berjuang buat negara ini, trus siapa lagi? Ketika orang yang katanya perwakilan rakyat yang pintar dan berpendidikan udah dibutakan oleh kepentingan pribadi yang menjunjung tinggi keuntungan golongannya hingga menimbulkan kerugian bagi rakyat, kita gak boleh tinggal diam. Kita harus perjuangin hal yang benar, dan menolak hal yang salah." Ujar sang pria sambil tetap fokus pada laptop dihadapannya.

Wanita itu tersenyum, melepaskan genggaman tangannya lalu memeluknya erat. "Kamu bener."

"Aku keren gak waktu itu?" Wanita itu tidak menjawab, tapi sang pria merasakan anggukan wanita itu dalam pelukannya.

"Selesai." Pria itu menutup laptopnya dan menyimpannya diatas nakas. Perhatiannya kini 100% diberikan pada wanita dihadapannya. "Lah kamu nangis?" Pria itu terbahak saat melihat sang wanita sudah berkaca-kaca, lalu menangkup kedua pipinya. "Kenapa? Apa sih kamu tuh melow banget deh gini aja nangis wkwk."

"Aku tuh takut banget waktu itu, kalo kamu mati gimana?"

"Yaa gak bakal ada yang meluk kamu kaya sekarang gini lah." Ujarnya enteng. Menbuatnya mendapatkan cubitan keras dilengannya. "Aduh sakit, iya ampun wkwk." Tapi wanita itu tetap tak menghentikan aksi cubit-mencubitnya. Dia baru berhenti saat tangan besar sang pria menggengam kedua pergelangan tangannya, mengunci pergerakan wanita itu.

Sang pria tersenyum memandang wanita dihadapannya, hingga tatapannya semakin intens. Wajah sang pria semakin mendekat, menghapus jarak diantara mereka. Hingga saat hidung mereka bertemu sang pria tersenyum.

"May I?" Membuat sang wanita tersenyum.

"I'm all yours."


—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan tanya apa? Siapa? Bagaimana? Kenapa? Atau apa pun, cukup baca dan nikmati aja oke wkwkwk
🤣🤣🤣

DON'T SMOKE 🚭 | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang