Keheningan merebak memenuhi seisi ruangan itu. Disana duduk empat orang yang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sesil dan Seungyoun duduk berdampingan, begitu juga ibu Sesil dengan seorang pria yang katanya teman ibunya itu. Mereka diam dan tidak ada satupun yang terlihat akan membuka pembicaraan.
Seungyoun yang sebenarnya tidak betah berlama-lama dalam situasi canggung ini terlihat menoleh kearah Sesil. Dia melihat gadis itu termenung, wajahnya murung tapi Seungyoun dapat melihat gurat kekesalan didalamnya. Padahal jika Seungyoun mau, dia bisa saja bertingkah seperti biasa untuk mencairkan suasana, tapi sepertinya tidak untuk saat ini. Dia jadi bingung sebenarnya kenapa dia ada disana dan terjebak situasi seperti ini, bukankah seharusnya ini menjadi urusan keluarga saja?
"Kamu abis dari mana kak?" Seungyoun menghela nafas, akhirnya ibunya Sesil membuka pembicaraan.
"Tadi abis saya ajak ke rumah, tante." Jawab Seungyoun karena saat dia menoleh kearah Sesil, dia terlihat seperti tidak akan menjawab pertanyaan ibunya. "Maaf ya tante, pulangnya agak malem."
"Gpp kok. Yang penting sehat sampe rumah. Tapi lain kali kamu bilang sama tante yaa, biar tante gak khawatir."
"Iya tante, maaf. Lain kali saya pasti bilang--"
"Om mau sampe jam berapa disini?" Sesil memotong ucapan Seungyoun dengan pertanyaan untuk pria disamping ibunya itu.
"Eh- iya ini om mau pulang kok. Tadi om mampir sebentar karena haus."
"Kok ngomongnya gitu kak?" Protes ibu Sesil dengan pertanyaan yang dilontarkan anaknya. "Gak sopan, om ini kan tamu."
Sesil memalingkan wajahnya sebentar, entah kenapa dia merasa sangat kesal saat itu. Lalu dia mengeluarkan senyum diwajahnya sebelum menoleh lagi kearah ibunya.
"Maaf mah." Sumpah, Seungyoun sampai merinding melihat perubahan ekspresi wajah Sesil yang begitu cepat. "Aku keatas dulu." Sesil berdiri. "Saya duluan om." Lalu bergegas menuju kamarnya.
Seungyoun masih bengong ditempatnya. Dia jadi bingung harus gimana ini. Pulang atau nyusulin Sesil ke kamarnya?
"Em, kamu susulin Sesil dulu yaa." Seungyoun bernafas lega, ternyata secepat itu kebingungan bisa terjawab.
"Iya tante. Saya duluan om tante." Seungyoun berjalan meninggalkan ruang tamu dan menaiki tangga menuju kamar Sesil.
Seungyoun mengetuk kamar Sesil dua kali. "Cil, boleh masuk?"
"Masuk aja, gak dikunci." Samar-samar Seungyoun mendengar jawaban Sesil. Lalu dia menarik kenop pintu dan Seungyoun masuk perlahan. Seungyoun melihat Sesil duduk diujung ranjang sambil menghadap ke jendela. Seungyoun tau Sesil sedang sangat kesal.
"Boleh duduk gak?" Sesil mengangguk mengizinkan Seungyoun duduk disampingnya. Seungyoun menoleh kearah Sesil yang sedang menatap kosong keluar jendela. Dia tidak mencoba membuka obrolan, karena tau gadis itu butuh sedikit ruang.
Tak lama kemudian Sesil menghela nafasnya dalam. "Maaf yaa suasananya jadi gak enak gini."
"Gpp." Seungyoun masih menatap gadis yang juga masih menatap kearah jendela. "Lo gpp?"
Butiran air menetes dari pipi gadis itu, hingga menimbulkan berkas dicelana miliknya. Sejujurnya Seungyoun gak kaget, dia sudah memperkirakan hal ini akan terjadi. Jadi sebisa mungkin dia tenang, dan gak bikin gadis tersebut makin mewek.
"Mau dibeliin sesuatu." Gadis itu menggeleng.
"Kamu disini aja. Tapi jangan liat kesini." Seungyoun menepuk puncak kepala gadis itu, membiarkan gadis itu tenggelam dalam tangisnya sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T SMOKE 🚭 | Cho Seungyoun
FanfictionWhen you have to hurt your self to keep sanity "Sialan.." Seungyoun mengangkat sebelah tangan untuk menutup sebagian wajahnya. "Malu kan lo ditolong sama orang yang hampir lo bikin mati?" ⚠️ Warning ⚠️ Untuk pembaca 17 tahun keatas Mengandung kata...