Kedua: NRT

1.3K 190 6
                                    

"Lo lagi deket sama Seungyoun yaa?" Yohan yang baru saja duduk disampingnya langsung menggeret kursi mendekati Sesil.

"Gak." Sesil menjawab tanpa menoleh kearah Yohan.

"Yang bener? Gw sering liat lo bareng dia."

"First of all, lo nafas dulu kek dateng-dateng langsung nembak pertanyaan aja." Keluh Sesil sambil membuka kacamatanya.

"Loh lo gak pake softlense lagi?" Sesil menggeleng.

"Gak sempet gw, beres-beresnya kelamaan kalo mesti pake softlense."

"Anjir tadi kan gw lagi nanya apa, kok lo ngalihin sih?" Protes Yohan.

"Perasaan tadi lo deh yang nanyain softlense gw." Sesil mengerutkan alisnya.

"Yaudah cepetan jawab." Perintah Yohan.

"Apa?"

"Wah anjir abis deh sabar gw ngomong sama lo." Yohan mengelus dada kemudian menghela nafasnya mencoba tetap sabar. "Lo lagi deket sama Seungyoun?" Tambahnya.

"Emm buat sekarang sih, gimana yaa emm." Yohan terlihat menanti jawaban Sesil penasaran. "Sekarang tuh .. gw deketnya kan sama lo." Lanjutnya sambil terkekeh geli.

"Bangsat ya gw udah nungguin. Anjir beneran lu mah." Yohan mendorong kepala Sesil.

"Lagian emang kenapa sih? Tumbenan banget lo nanya-nanya begitu?"

"Gw jarang nanya yaa karena lu gak pernah deket sama cowo sebelumnya maemunah! Gimana sih." Lagi-lagi Yohan mendorong kepala Sesil.

"Bangke! Tapi iya juga sih." Sesil tersenyum kecut.

"Jadi sekarang udah gak gamon lagi nih?"

"Gamon apaan anjir yaa Yohan, ribut sini sama gw." Sesil mulai menendang kaki Yohan.

"Adaw sakit bego wkwk, lu kalo begini mana da cowo yang mau. Berubah dong wkwk." Yohan tertawa puas.

"Hei diem yaa anda juga jomblo!!" Protes Sesil.







Sesil masih dikelas, hari ini dia merasa sangat malas untuk latihan padus. Setiap hari menjelang siang adalah saat-saat terberat baginya. Dia seperti merasa sangat lelah, badannya remuk redam karena harus pp Jakarta-Depok yang jaraknya sangat jauh. Terlebih jam kuliah yang kejam, jadwal padus dan tutor yang kadang mengharuskannya pulang larut membuatnya sering menghela nafas panjang.

Kadang dia merutuki keputusannya sendiri sudah mengambil jadwal tutor dan masuk ekskul paduan suara.

Saat sedang asik mengeluhkan nasib hidupnya, Sesil merasakan ponselnya bergetar. Dia merogoh sakunya dan menemukan nama Seungyoun tertera pada layar ponselnya.

"Hmmm" Sesil membuka percakapan dengan berdehem.

"Dimana?" Ujar seseorang diseberang sana.

"Masih dikelas." Sesil menjawab dengan lesu.

"Latihan kan?"

"Gw pass dulu deh kayanya." Sesil menyandarkan kepalanya pada meja.

"Yee mau kompetisi nih, jangan cabut lah. Woo.. Seungwoo si ucil gak mau latihan nih." Seungyoun terdengar seperti memanggil Seungwoo.

"Ihh kok lo ngadu sama kak Seungwoo sih. BOHONG KAK INI AKU OTW KESANA HIIIHH." Sesil mematikan sambungan telfonnya begitu saja kemudian bergegas menuju tempat latihan.

Ditempat latihan mereka latihan seperti biasa. Yena terlihat sangat antusias dengan kompetisi ini, dia terlihat sangat giat berlatih.

"Nanti acaranya di Universitas Jakarta udah pada tau tempatnya kan?" Ujar Seungwoo sesaat setelah mereka menyelesaikan. Kebanyakan dari mereka mengangguk tapi tidak sedikit juga yang hanya diam.

DON'T SMOKE 🚭 | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang