BRUUKK!!
Suara tas yang dilempar Sesil asal-asalan kedalam rumahnya terdengar keseluruh ruangan. Sesil membanting tubuhnya diatas kasur, lalu dia menangis sekeras-kerasnya. Dia yakin jam segini pasti tidak ada siapa-siapa dirumahnya.
"Suara apaan sih? SESIILL LO YA?" Dohyon teriak dari kamarnya.
Sesil lebih memilih mengabaikan adiknya dan melanjutkan tangisnya. Suara tangisnya makin lama makin nyaring hingga terdengar juga ditelinga Dohyon. Dohyon yang tiba-tiba merasa merinding, keluar dari kamarnya dan memutuskan untuk menengok kamar kakaknya. Apakah itu benar kakaknya atau malah sesuatu yang sangat ditakutinya.
"Sil." Dohyon berjalan jinjit kekamar Sesil. "Sesil, itu lo bukan?" Rasanya Dohyon makin dekat dengan sumber suara tangisan. Pelan-pelan dohyon membuka kamar Sesil lebih lebar. Dia bernafas lega karena yang dilihatnya adalah benar kakaknya.
"Sil, lo nangis?" Dohyon menghampiri kakaknya mendekati ranjang. "Lo kenapa?" Sesil mengabaikannya.
"Putus?" Sesil masih belum menghentikan tangisnya. "Aduh gw mesti gimana nih? Gak ngerti. Apa gw tanya salsa aja ya?"
Dohyon kembali kekamarnya untuk menghubungi kekasihnya, salsa.
"Angkat sal, cepet." Dia mulai menggigit ujung-ujung kukunya karena gugup. Tak lama kemudian matanya berbinar saat dia mendengar respon dari kekasihnya diujung sana.
"Sesil nangis-nangis sal, kayanya abis putus deh. Gw mesti gimana?" Dohyon diam sebentar untuk mendengarkan saran dari kekasihnya.
"Hah? Didiemin aja? Nanti berenti sendiri? Sal, yang bener, dia gak pernah kaya gini sebelumnya soalnya. Ntar kalo dia tiba-tiba kesurupan gimana?" Dohyon diam dan mendengarkan dengan seksama saran dari Salsa.
"Sekarang diemin aja dulu? Nanti sore beliin dia makan? Hah? Apaan? Eskrim sama coklat?" Dohyon mengerutkan alisnya. "Gw gak ada duit buat beliin segitu banyak sal."
Tak lama kemudian Dohyon mematikan sambungan telfonnya. "Cewe kenapa ribet banget Yaa Tuhan." Keluhnya.
Dohyon kembali melihat keadaan kakaknya, sekarang suara tangisnya tidak sekeras tadi. "Bener kata salsa kali ya." Hingga tak lama kemudian dia kembali mendengar Sesil menangis dengan keras lagi.
4 jam berlalu, Dohyon masih setia memantau kondisi kakaknya yang kadang diam tak lama mulai menangis lagi. Lama-lama Dohyon gemas juga.
"Sil.. eh kak, udah 4 jam ini emang lo gak capek apa?" Sesil masih mengabaikan adiknya. Dohyon yang kesal akhirnya menarik tubuh kakaknya, lalu menyenderkannya pada bantal yang sudah ditumpuk agak tinggi.
"Terserah lo mau nangis berapa jam, tapi makan." Dohyon sudah menyiapkan sepiring makanan diatas meja rias Sesil.
"Gw gak laper."
"Kalo lo marah sama orang, jangan sakitin diri lo, sakitin orangnya sono. Tonjok kek apa kek." Akhirnya Sesil memberikan atensinya kepada adiknya. Perkataan Dohyon ada benarnya.
"Bentar." Dohyon beranjak dari duduknya. "Mau coklat atau eskrim?"
"Eskrim coklat."
Dohyon kembali dengan eskrim coklat ditangannya. "Abis itu makan makanannya."
Sesil membuka bungkus eskrim itu dan mulai memakannya. "Udah jago lo."
"Apaan?"
"Ini segala beliin makan sama eskrim."
"Tadi gw tanya salsa. Gw takut lo kesurupan, abis nangis-nangis gak jelas."
"Bilangin makasih sama salsa."
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T SMOKE 🚭 | Cho Seungyoun
FanfictionWhen you have to hurt your self to keep sanity "Sialan.." Seungyoun mengangkat sebelah tangan untuk menutup sebagian wajahnya. "Malu kan lo ditolong sama orang yang hampir lo bikin mati?" ⚠️ Warning ⚠️ Untuk pembaca 17 tahun keatas Mengandung kata...