Kafe

1.3K 197 7
                                    

Saat ini Sesil dan Seungyoun sudah duduk manis disebuah kafe. Keduanya masih terdiam, sibuk mengaduk minumannya masing-masing.

"Diem aja gw pulang nih." Ujar Sesil.

"Hehe canggung banget yaa." Kekeh Seungyoun sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Malah mesam mesem. Serem tau."

"Kok serem?"

"Yaa selama ini gw liat lo serem terus, sekarang absurd banget mesam masem." Tukas Sesil.

Lagi-lagi Seungyoun tersenyum kikuk. "Yaa gimana kalo muka mah udah bawaan orok serem kaya gini."

Tak bisa dipungkiri Sesil agak terkejut melihat sisi lain dari Seungyoun ini. Dia kira Seungyoun serem terus 24/7. "Yaudah ini mau ngomong apa jadinya." Sesil mempertegas.

"Emm yaa itu.. gw udah dimaafin belum?" Sesil terlihat menyembunyikan senyumnya.

"Kan waktu itu gw udah bilang, gw udah maafin."

"Katanya bias." Seungyoun sedikit mencebikkan bibirnya.

"Ihh apaan sih mukanya. Ini lo sakit yaa?" Sesil reflek memposisikan tangannya pada dahi Seungyoun.

1 detik

2 detik

3 detik

Sesil kembali menarik tangannya saat sadar sepertinya dia terlihat sok akrab. Sedangkan Seungyoun masih terlihat kaget dengan perlakuan Sesil. Memang Sesil juga tipe anak yang social butterfly, mudah merasa akrab dengan orang baru. Tapi sepertinya kali ini dia merasa aneh. "Sorry." Ujar Sesil canggung.

Seungyoun justru terkekeh. "Jadi gw udah dimaafin yaa?" Sesil menggangguk membuat Seungyoun tidak dapat menyembunyikan senyumnya.

"Bisa tenang deh gw mulai hari ini. Mama gw maksa terus supaya gw ketemu lo buat minta maaf." Jelas Seungyoun.

"Jadi karena mama lo yang minta nih minta maafnya."

"Gak gitu. Sebenernya dari malemnya abis kejadian itu gw kepikiran terus. Gw ngerasa salah banget waktu itu gw lagi ada masalah dirumah, malah dilampiasin ke lo." Pandangan Seungyoun tertunduk pada minuman didepannya. "Waktu cerita ke nyokap gw, dia yakinin gw buat segera minta maaf ke lo. Besoknya gw cari lo tapi ternyata lo masuk rumah sakit, gw makin ngerasa bersalah."

Sesil memandang Seungyoun yang kala itu terlihat sangat serius saat bercerita sambil sesekali menyedot minuman miliknya. "Jadi lo merasa dihantui rasa bersalah gitu?" Seungyoun mengangguk.

"Abis juga tuh gw ditonjok sama temen lo, siapa tuh? Yohan yaa?" Sesil membelalakan matanya.

"Serius?" Seungyoun mengangguk lagi. "Padahal gw bisa tonjok sendiri, gak perlu diwakilin." Ujar Sesil santai sambil kembali menyedot minuman miliknya.

Seungyoun tertawa ngeri. "Merinding banget." Sesil ikut terkekeh. Tiba-tiba Sesil teringat kejadian di ruang padus tadi.

"Oia, kok tadi lo bisa tau ruang padus sih?" Tanya Sesil.

"Tau lah, kan bukan ruang rahasia."

"Gw gak tau tuh kalo bukan karena gw ikut padus." Jawab Sesil.

"Lo kan anak baru, gini-gini gw veteran dikampus ini." Ujar Seungyoun bangga.

"Veteran tuh maksudnya gak lulus-lulus gitu?" Sesil terkekeh.

"Anjir. Gw baru tingkat 3 yaa!" Protes Seungyoun.

"Yaa tadi lo bilang veteran, gimana sih."

Obrolan mereka sampai ngalor ngidul. Tak dapat dipungkiri Sesil merasa nyaman dan nyambung ngobrol dengan Seungyoun begitu juga sebaliknya. Hingga akhirnya mereka sadar jika sepertinya mereka sudah berada disana terlalu lama.

DON'T SMOKE 🚭 | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang