Ruang Kesehatan

1.5K 208 0
                                    

Sesil memapah Seungyoun sampai di ruang kesehatan. Membaringkan tubuhnya diatas kasur lalu mengambil beberapa obat dan kasa.

"Duduk dulu sini lukanya dibersihin." Seungyoun menuruti perintah Sesil. Dia menegakkan duduknya, sehingga Sesil lebih mudah untuk membersihkan lukanya.

Sesil mengeluarkan kapas dan membasahinya dengan revanol, mengarahkan kapasnya kearah wajah Seungyoun. Dia membersihkan noda darah yang ada diujung bibir dan dipelipisnya. Menepuk-nepuk kapas tersebut pelan saat tiba diatas sumber darahnya.

Seungyoun tidak mengeluarkan suara mengaduh sedikitpun, hanya wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa kesakitan. Dia meringis tiap kali Sesil menepuk lukanya dengan kapas. Kali ini Sesil mengeluarkan cairan betadine diatas kapas dan menempelkan pada lukanya. Seungyoun menutup matanya rapat-rapat menahan perih.

"Kok bisa disana?" Ujar Seungyoun memecah keheningan. Sesil masih sibuk dengan kegiatannya menepuk bagian wajah Seungyoun yang penuh lebam. Seungyoun berdecak karena Sesil tidak menjawab pertanyaannya.

"Pelan-pelan dong!" Seungyoun memang sengaja memancing amarah Sesil sepertinya. Tapi nyatanya hanya dibalas dengan tatapan tajam oleh Sesil dan tekanan yang lebih keras diwajahnya.

"Aw aw aw ampun ampun." Keluh Seungyoun.

"Diem! Lagi diobatin juga!" Ujar Sesil sambil berkacak pinggang. Sesil meletakkan seluruh perlengkapan obat tadi, mengambil plester dan menempelkannya pada luka di pelipis Seungyoun.

"Gw cuma ngecek, lo orang beneran atau bukan." Sesil berdecak keras. Mengembalikan obat-obatan ketempatnya semula, lalu berjalan keluar. Tapi saat Sesil melewati ranjang Seungyoun, langkahnya tertahan oleh genggaman tangan Seunyoun. "Mau kemana?"

"Keluar." Seungyoun menghela nafas, kemudian melepaskan genggaman tangannya. Seungyoun melihatnya keluar dari ruang kesehatan, langkahnya terihat sedikit terburu-buru.

Seungyoun merebahkan badannya pada ranjang. Meletakkan tangannya pada matanya. Pusing. Dia mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi hingga dia bisa berada diruang kesehatan seperti saat ini. Seingatnya saat dia ingin keluar dari kelas dia dihadang oleh beberapa mahasiswa yang sepertinya tak pernah dia lihat disekitar kampus.

Kejadian setelah insiden pemukulan juga tak kalah mengagetkannya. Bagaimana bisa dia ditolong oleh orang yang pernah dia buat celaka sebelumnya dan parahnya dia belum sempat meminta maaf. Bahkan dengan baiknya dia bersedia memapahnya hingga ruang kesehatan dan mengobati lukanya.

Lagi-lagi seungyoun menghela nafasnya keras. Hingga dia mendengar suara pintu dibuka. Seungyoun menolehkan kepalanya sejenak kearah pintu, hanya reflek saja. Karena nyatanya ditiap ranjang ditutup oleh tirai, jadi dia tidak akan tau juga siapa yang akan muncul dari balik pintu. Jadi dia memutuskan untuk kembali menatap langit-langit.

Tak disangka seseorang menyibak tirai didepannya. "Astagfirullah—" Seungyoun melihat Sesil yang melakukannya, hingga dia bisa bernafas lega. Dia melihat Sesil membawa satu kantong kresek penuh makanan. Roti, minuman isotonik dan air putih setidaknya itu sebagian yang bisa terlihat oleh Seungyoun.

Sesil mengambil minuman isotonik, membuka botolnya lalu menyerahkannya pada Seungyoun. "Nih minum." Ujar Sesil. Seungyoun masih terbengong dengan kelakuan Sesil.

"Kok diem, inii ambil." Sesil menarik salah satu tangan Seungyoun lalu menyerahkan paksa minuman tersebut. "Capek kan habis dihajar." Seungyoun tersenyum miris.

Kali ini Sesil mengambil roti dari kantong plastik, membuka pembungkus rotinya. Seungyoun terihat melirik Sesil dari ujung matanya saat minum. Dia melihat Sesil mulai memakan roti yang dibukanya. "Apa? Ambil sendiri kalo mau. Ini gw blom makan dari siang. Laper." Ujar Sesil jujur.

Setelah itu terjadi keheningan diantara mereka. Sesil masih sibuk dengan aktifitas makannya, sedangkan Seungyoun yang terlihat sedikit canggung sesekali meminum minuman yang diberikan Sesil, padahal dia sudah tidak haus sama sekali.

Seungyoun kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Ini kejadian yang sungguh aneh dan lucu. Dia melihat ketulusan Sesil saat menolongnya. Bahkan sampai membelikannya makan segala. Lalu dia berdecak sambil tersenyum pahit. "Sialan."

"Kok ngegas?" Reaksi yang sangat wajar diucapkan oleh Sesil karena tidak mengerti dengan maksud dari umpatan yang dilontarkan Seungyoun.

"Gak ada harga diri lagi gw kayanya didepan lo." Seungyoun menutupi sebagian wajahnya dengan sebelah tangannya. Dia terlihat menarik sudut bibirnya.

"Kenapa? Gak enak karena ditolong sama orang yang hampir lo bikin mati?" Ujar Sesil terang-terangan.

Seungyoun bangun dari posisi tidurnya. "Gw gak tau kalo lo ada alergi, sumpah waktu itu gw cuma niat becanda-becanda aja gak nyangka bakal jadi serumit itu." Seungyoun bicara tanpa jeda.

Sesil masih diam.

"Maaf." Tambah Seungyoun.

Kali ini gantian Sesil yang menghela nafas. "Yaa lo pikir selama ini gw negur lo masalah rokok tanpa sebab gitu?" Seungyoun tertunduk.

"Padahal waktu itu gw udah nyoba ngomong sama lo kalo gw gak bisa kena asep rokok, tapi lo malah ketawa-tawa. Serem banget kaya psikopat." Lanjut Sesil.

"Gw gak bermaksud begitu, sumpah."

"Tau gak, gw gak sadar berapa lama? Hampir 2 hari. Dirumah sakit 5 hari. Bete banget, muka gw jadi merah-merah lebam yaa persis kaya lo sekarang ini lah. Jelek banget kan." Sesil terus bicara tanpa bisa dijeda.

"Maaf?" Hanya maaf yang bisa dia katakan pada Sesil. Tapi sedetik kemudian, Seungyoun menegakkan pandangannya memandang Sesil. "Gw harus ngapain buat nebus semuanya? Gw bakal ikutin apapun mau lo asal lo maafin gw."

"Apaan sih udah kaya di sinetron aja." Jawab Sesil.

"Gw serius!" Jawab Seungyoun mantap. Sesil diam.

"Gw pengen hidup dengan tenang, gak ada musuh. Jadi gimana biar lo maafin gw. Biar lo gak perlu ketemu gw lagi besok-besok."

"Kalo gw jawab sekarang takutnya bias karena gw kasian liat lo babak belur gini." Jawab Sesil.

"Yaudah kalo gitu nanti gw balik lagi kalo udah gak babak belur, gitu?"

"Gak tau. Emm gimana yaa kadang kalo inget gw masih gak habis pikir aja. Yaa mungkin ini juga salah gw sih. Jadi kadang gw suka ngerasa marah banget sama lo tapi gak lama gw mikir yaa mungkin gw juga salah udah bikin lo sakit hati sampe gituin gw." Sesil mencoba menterjemahkan perasaan bingung yang selama ini dirasakannya melalui kata-kata. "Gw gak tau biar gw pikirin dulu deh supaya gw gak bingung jawab pertanyaan lo."

"Gw beneran gak mikir sejauh itu sih, sebenernya waktu itu—" Seungyoun menghentikan ucapannya, tak mungkin dia menceritakan masalah keluarganya pada orang asing. Padahal dia bisa lihat Sesil menunggu cerita selanjutnya yang akan keluar dari mulutnya.

"— yang jelas gw gak bermaksud kaya gitu pokoknya."

Ada keheningan yang agak lama diantara mereka. "Iya udah lupain aja masalah yang kemaren mah." Sesil memecah keheningan.

"Jadi gw dimaafin?"





Bersambung.

DON'T SMOKE 🚭 | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang