Suara kuku beradu dengan meja kayu bergema seisi kelas. Saat itu masih belum terlalu banyak mahasiswa yang datang, sehingga tidak ada yang protes dengan kelakuan Sesil tersebut. Dia tampak bertopang dagu, memandang kearah luar jendela.
"Berisik cil." Protes Yohan yang sedang duduk disamping pintu kelas sambil bermain game, dengan kabel charger membentang dari ponsel ke colokan.
"Main game, main aja. Berisik lo juga."
"AAAHHH!! Kalah kan." Yohan mencabut kabel chargernya dan berjalan mendekat Sesil, lalu duduk disampingnya. Tentu saja dia melihat ekspresi serius dari Sesil, tapi dia enggan bertanya.
"Menurut lo.. eh gak jadi deh." Sesil mengurungkan niatnya untuk bicara sebelum menyelesaikan kata-katanya.
"Apaan anjir bikin penasaran aja." Protes Yohan. "Kenapa sih lo?"
"Kalo gw punya bokap tiri gimana yaa." Yohan hampir saja tersedak air liurnya sendiri mendengar ucapan Sesil yang tiba-tiba.
"Tiba-tiba?" Yohan sampe ngelus dada saking kagetnya.
"Gimana nih." Sesil menghembuskan nafasnya frustasi.
"Cerita yang bener, jangan setengah-setengah." Yohan tampak lebih serius sekarang.
"Semalem gw liat nyokap dianterin cowok sampe rumah."
"Gak salah liat?"
"Gak mungkin."
"Udah tanya nyokap?" Sesil mengangguk. "Trus?"
"Katanya temen." Sesil terdiam sejenak. "Gw gak mau punya bokap tiri."
"Nyokap lo kan bilangnya temen, percaya aja."
"Dari temen kan bisa jadi demen."
"Gw sama lo temen, tapi gak pernah demen." Sesil menoleh, menatap Yohan. "Lagian kok bisa lo ada tendensi kesana?"
"Kalo kita kan emang masih muda, emang lagi masanya banyak bertemen gak sih? Tapi kalo kaya nyokap gw, apa masih masanya kaya gitu? Bergaul haha hihi kongkow sama temen biasa?" Rasa ketakutan Sesil akan sosok ayah tiri semakin kuat didalam otaknya. "Gw liat gesture mereka tuh beda makanya gw ada tendensi kesana, karena sebelumnya gak pernah."
"Itu kan baru dugaan." Sesil berdecak.
"Jangan cerita ke Yeri yaa, dia lagi banyak masalah juga soalnya."
--
"Cil." Suara Seungyoun membangunkan Sesil dari lamunannya. "Ada masalah? Daritadi bengong aja."
Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju rumah Seungyoun karena undangan makan malam dari ibunya Seungyoun. Rasanya tadi dia masih sangat deg-degan karena harus bertemu lagi dengan ibunya Seungyoun lebih cepat dari dugaannya. Tapi ternyata dia masih kepikiran prihal ibunya sendiri.
"Gak kok, cuma deg-degan aja."
"Semua makhluk yang bernyawa pasti deg-degan." Lelucon Seungyoun terdengar sangat garing ditelinga Sesil.
"Bengong lagi aja deh." Seungyoun terkekeh mendengar jawaban Sesil. "Nyalain radionya yaa."
Tangan Sesil meraih tombol power dilayar didepannya. Tidak diduga ternyata Seungyoun juga menjulurkan tangannya untuk menekan tombol power, membuat punggung tangan mereka saling bersentuhan.
"Eh-" buru-buru Sesil menarik tangannya kepangkuanya. Meski sudah beberapa minggu mereka menyandang status kekasih tapi skinship masih menjadi sesuatu hal canggung yang bisa membuat mereka berdebar.
Seungyoun masih fokus menatap jalanan dihadapannya. Mungkin dia tidak melihat seberapa Sesil salah tingkah karena hal tadi. Tapi ternyata Sesil salah, saat ini Sesil bisa merasakan tangan besar Seungyoun menyelimuti punggung tangannya, menariknya mendekat lalu menggenggamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T SMOKE 🚭 | Cho Seungyoun
FanfictionWhen you have to hurt your self to keep sanity "Sialan.." Seungyoun mengangkat sebelah tangan untuk menutup sebagian wajahnya. "Malu kan lo ditolong sama orang yang hampir lo bikin mati?" ⚠️ Warning ⚠️ Untuk pembaca 17 tahun keatas Mengandung kata...