"Ennghh" Yohan segera bangun dari kursinya untuk menghampiri Sesil.
"Cil.."
Sesil mengerjapkan matanya dan mengeluarkan suara erangan pelan. "Engh awww badan gw sakit semua." Sesil menggeliat kecil, mencoba meregangkan tubuhnya yang terasa agak kebas.
"Cil, udah sadar?" Wajah Yohan menunjukkan garis kecemasan.
"Dimana ini?" Sesil membuka sedikit matanya, mencoba menyesuaikan matanya dengan sinar lampu kamarnya.
Dilihatnya ruangan bernuansa putih dan bau khas obat. Harusnya dia sudah tau dia berada dimana. Dia menghela nafas yang sarat akan kelegaan. "Alhamdulillah, gw kira gw udah di surga."
"Bangun-bangun ngomongnya serem amat sih lu." Yohan menautkan kedua alisnya. "Tunggu bentar gw panggilin dokter."
Yohan kembali datang bersama seorang dokter. Dokter tersebut segera memeriksa keadaan Sesil. Memeriksa tensi darah, mata dan lain lain.
"Udah bagus kok semuanya, tinggal penyembuhan aja, obatnya jangan lupa diminum ya." Dokter tersebut tersenyum lalu meninggalkan Yohan dan Sesil dikamar tersebut.
"Makasih dok." Ujar Yohan saat dokternya pergi.
"Air dong air, haus banget gw." Ujar Sesil. Yohan mengambil air di rak samping ranjang dan memberikannya pada Sesil.
"Lo kenapa?" Yohan to the point. Dia sudah duduk di kursi dekat ranjang.
Sesil masih sibuk dengan aktifitas minumnya. "Kenapa apanya?" Jawab Sesil santai.
"Kok kenapa apanya sih? Yaa ini lo sampe bisa disini tuh kenapa ?" Omel Yohan.
Ingatan Sesil kembali pada saat kejadian itu terjadi, dan dia dapat mengingatnya dengan jelas. "Yaa kena asep rokok."
"Yaa kok bisa kena asep rokok sampe kaya gini? Biasanya juga kalo ada bau rokok langsung pergi. Kalo kaya gini berarti lo kena banyak kan?" Ujar Yohan.
"Gak tau, gak inget." Sesil memilih untuk tidak menceritakannya pada Yohan. Entah kenapa dia takut jika Yohan akan berbuat macam-macam.
"Ada yang ngisengin lo? Ngomong sama gw." Cecar Yohan.
"Udah elaah, gw juga gak kenapa-kenapa kan."
"Bener ada yang ngisengin kan! Awas aja kalo gw tau gw hajar itu orang." Yohan mengepalkan tangannya dan memukul-mukulkannya pada tangannya yang lain.
"Badan gw sakit semua masa, kaya orang gak bergerak berhari-hari, kaku banget." Keluh Sesil.
"Yaa lu pikir lu gak sadar berapa lama hah! 2 hari lu gak sadar, gw sampe takut tau-tau lu bablas." Jelas Yohan.
"Heh kalo ngomong!! Eh tunggu tadi kata lo gw 2 hari gak sadar?" Yohan mengangguk. "Gw ketinggalan kuis algoritma dong." Mata Sesil membulat sempurna memperlihatkan kekagetannya.
"Anjir gw kira apaan." Yohan terlihat kesal dengan ucapan Sesil. "Susulan ntar kita bedua." Lanjut Yohan.
"Lah kok lo skip juga?"
"Gw nyontek ama siapa kalo gak ada lo? Jadi yaa gw cabut aja kan sekalian jagain lo." Ujar Yohan santai.
"Wah bisaan yaa lo!!" Kesal Sesil. "Nyokap gw gak kesini?"
"Baru aja gw suruh pulang, kasian udah jagain lu dari kapan tau. Lagian gak ada yang ngurus adek lo." Ujar Yohan.
"Bayi raksasa mah gak usah diurusin gpp kali." Ujar Sesil sambil tangannya mencari sesuatu dari dalam laci.
"Nyari apaan?" Yohan menghampiri Sesil mencoba membantunya mencari.
"Kaca. Muka gw kok gatel banget yaa." Mata Yohan membulat sempurna. Dia menahan tangan Sesil yang sedang sibuk untuk berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T SMOKE 🚭 | Cho Seungyoun
FanfictionWhen you have to hurt your self to keep sanity "Sialan.." Seungyoun mengangkat sebelah tangan untuk menutup sebagian wajahnya. "Malu kan lo ditolong sama orang yang hampir lo bikin mati?" ⚠️ Warning ⚠️ Untuk pembaca 17 tahun keatas Mengandung kata...