Magang

1.5K 122 0
                                    

Hari itu tiba! Khodij akhirnya menjadi mahasiswi magang disalah satu perusahaan besar di warsawa, Binjack+ business. Dengan harapan besar dalam hatinya, dan do'a yang tak lekang terucap dibibirnya, semoga saja harinya lancar, semoga saja dia tidak membuat kesalahan yang betakhir dengan merugikannya.

Disinilah khodij, berdiri didepan sebuah gedung tinggi nan luas, khodij berdecak kagum ternyata Amirah benar binjack plus business adalah sebuah peruaahaan besar. Dengan langkah kecil, basmallah yang entah sudah ia ulang berapa kali khodij melangkah mengikuti dosen yang mengantarnya, mereka masuk kedalam kantor kemudian setelah beberapa saat mengobrol dengan salah seorang wanita dimeja registrasi sang dosen menghampiri khodij.

"Dia akan mengantarkanmu keruangan mu, kau bekerjalah dengan baik dan serius, jangan membuat kesalahan, jangan malu untuk bertanya jika tidak tahu sesuatu, aku harus pergi untuk mengantar mahasiswa lain. Jadi selamat bekerja kho!"

"baik bu, terimah kasih telah mengantar saya"

Dosen itu mengangguk kemudian selanjutnya dia pergi meninggalkan khodijah. Gadis yang bertugas mengantar khodij menuju ruangannya tersenyum ramah lalu menuntun kho menuju salah satu lift.

"Assalamualaikum"

Khodij menoleh dengan raut kaget, dia memperhatikan wanita disebelahnya.
"Wa-waalaikumsalam"

Wanita itu tekekeh, "kenapa begitu gugup?"

"Tidak apa, hanya saja aku agak kaget kau mengucapkan salam padaku"

"Aku seorang muslim"

Lagi-lagi khodij kaget, masyaAllah ternyara orang disebelahnya seorang muslim, alhamdulillah dia kembali bertemu dengan saudara seiman.
"SubhanAllah, aku sangat senang bisa tahu bahwa kau juga seorang muslim. Ah perkenalkan nama ku khodijah!"

"Aku Hiba, sebenarnya namaku seyla tapi sudah kuganti setelah aku menjadi seorang muslim"

Khodijah mengangguk paham, beberapa teman muallafnya juga seperti itu, mereka mengganti nama setelah memeluk agama Allah. Berjalan bersama menuju ruangan khodijah yang ternyata ada dilantai 5 tidak luput dari obrolan hiba dan khodij. Banyak hal yang akhirnya khodij tahu tentang wanita itu, dia yang ternyata sudah memeluk islam sejak usianya masih sangat belia, 18 tahun, dia yang sudah menikah dengan pria yang juga seorang mualaf. Dan masih banyak lagi.

Banyak pelajaran juga yang khodij dapatkan dari kisah-kisah hiba, salah satunya betapa bersyukurnya dia terlahir dari keluarga muslim sejak kecil. Hiba, dia gadis yang sebenarnya sudah lama ingin memeluk islam jauh sebelum usianya 18 tahun, tapi karna keluarganya yang menentang keras kemauannya, mengancam tidak lagi meperanak hiba jika berpaling dari agama ajaran mereka, begitu banyak perdebatan, begitu panjang sebuah proses, suka-duka yang melilitnya tapi hiba tetap kokoh. Sekali dia menemukan hidayah itu, dia terus menjaganya meski berkali-kali orangtuanya menentang dan menghina dirinya tapi akhirnya Allah menolongnya, mereka akhirnya setuju, bahkan kini mereka ikut memeluk islam sebagai agama.

"Ini ruanganmu, dan itu mejamu, kau bisa menggunakan apapun disini yang kau perlukan. Aku akan sering menemuimu kesini oke?"

"Tentu saja, aku bersyukur bisa langsung mendapatkan satu teman sepertimu, itu membantu ku lebih mudah disini"

"baiklah, selamat bergabung dalam pekerjaan khodij!"

"Terimah kasih"

Kemudian hiba pergi.
Beberapa orang yang satu ruangan dengan khodij, menatapi dirinya dari atas hingga bawah, hingga khodijah tersenyum ramah lalu duduk dikursi yang hiba tunjukkan padanya, mereka masih menatapi khodij.

"Apa kau pegawai baru?" tanya salah seorang pegawai yang mejanya berhadapan dengan khodij.

"Bukan bu, saya seorang mahasiswi yang magang"

"Ohh, kalau begitu selamat bergabung, siapa namamu?"

"Khodijah"

"siapa?"

"Khodijah, ibu bisa memanggilku kho"

"baiklah kho, namaku ferly senang bisa mengenalmu, semoga pekerjaanmu lancar"

"Terimah kasih bu, senang bisa mengenalmu juga, mohon bimbing aku disini"

Ferly mengacungkan jempolnya, setelah itu dia menyodorkan sebuah map biru kearah khodij.
"kau pasti bingung akan kerja apa, jadi bisakah kau membantuku, tolong salin dokumen itu"

Khodijah mengangguk senang, dia menerima map tersebut kemudian mulai bekerja.

.....

"jadi apa semua orang muslim berpakaian sepertimu?"

Khodijah menggeleng, kemudian menjawab. "tidak, wanita muslim tidak semuanya mengenakan hijab, meski hijab dalam muslim itu wajib tapi masih banyak wanita yang belum tersentuh atau belum siap mengenakan hijab. Mereka punya alasan masing-masing pastinya"

Keempat orang dihadapannya mengangguk-angguk paham.
Saat ini khodij bersama dua orang wanita dan dua orang pria tengah berada dikantin perusahaan. Yah selama proses bekerja tadi, akhirnya beberapa orang mulai merasakan kehangatan khodijah, mereka ikut merasa betapa ramah gadis itu dan akhirnya mereka mau mengajak khodij untuk mengobrol.

Ada berbagai hal yang menjadi topik bembahasan mereka berlima, termasuk tentang perbedaan agama diantara mereka dan khodij, hingga seseorang yang masuk kedalam ruang kantin menghentikan aktifitas mengobrol mereka, bukan hanya khodij dan teman-temannya tetapi juga semua penghuni kantin saat ini sigap berdiri sesaat langlah orang tersebut menginjak ruang kantin.

Khodij yang bingung hanya ikut-ikut bangkit berdiri, dia menatap seseorang yang berjalan santai masuk kedalam kantin.

"Tak apa. Jangan pedulikan aku, nikmati makanan kalian"

Seolah kata-kata itu adalah perintah mutlak semua orang kembali duduk dikursi masing-masing dan menyantap makanan dalam diam. Khodijah dengan bingung kembali ikut duduk, setelah orang yang membuat semua orang itu bertingkah aneh menurut khodij pergi, barulah khodij bertanya pada gery, salah satu pria dihadapannya.

"apa aku boleh tahu siapa dia? Kulihat dia sangat dihormati?" cicit khodij pelan.

"Kau tidak tahu siapa dia?"

Khodijah menggeleng.

"Dia ibu hellen, sekretaris CEO perusahaan"

Khodijah manggut-manggut, tapi satu hal yang dia ingin tahu. Jika sekretaris dari CEO perusahaan ini saja begitu dihormati bagaimana dengan CEO nya sendiri?

Ketika menanyakan hal tersebut jawaban dari keempat teman barunya itu adalah.
"Bahkan untuk bernapas didepannya pun, terasa sangat sulit"

Khodijah tanpa sadar menelan salivanya gugup, sedisegani itukah seorang CEO disini? Tapi itu wajar, melihat bagaimana perusahaan ini begitu besar, serta kesuksesannya dalam meraih berbagai penghargaan dibidangnya itu pasti berkat para pemimpinnya juga.

Selesai dengan makan siang mereka, khodijah dan keempat temannya segera kembali di keruangan mereka, disana sekretaris hellen juga ada disana, berdiri tepat di dekat meja khodij.
Mereka berlima menunduk memasuki ruangan, hellen menatap satu persatu kelima orang itu intens.

"Ma-maaf bu membuat anda menunggu, kami baru saja dari kantin"

Hellen berdeham sebelum angkat bicara, semua orang memperdalam tundukannya saat ini tenggorokan mereka terasa dicekat kuat kala ibu hellen mendekat dan berdiri tepat didepan mereka. Meski ibu hellen bukan orang yang akan memakan orang lain, juga bukan orang yang amat sangat galak hanya saja sekali wanita itu marah maka amukannya bisa sampai berhari-hari. Dan kebiasaan beliau adalah marah tanpa memberi tahukan apa masalahnya barulah setelah diusuti yang bersangkutan pasti sadar sendiri.

"Apa kau anak magang baru itu?" tanya ibu hellen dingin.

Khodijah tertegun, dia bahkan belum sehari disini tapi apa dia sudah mendapat masalah, apa yang dilakukan khodijah sampai wanita tegas dihadapannya bertanya demikian.
Dengan sangat pelan dan kaku khodij mengangguk membenarkan.

"benar nama mu khodijah?" khodijah mengangguk lagi.

"Ikut aku, CEO memanggilmu"

KHODIJAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang