dijemput

1.5K 131 0
                                    

Sang pemeran utama menyambut pagi dengan ucapan syukur, sebait do'a mengandung terimah kasih menjadi pembuka diawal harinya. Setelah sholat subuh yang ia dirikan sendiri, khodijah segera masuk kedalam kamar mandi.
Hanya butuh sekitar 20 menit untuk khodij menyesaikan aktifitas mandinya, kemudiam setelah itu dia bergeges untuk sarapan.

Pukul 7.30 khodij segera keluar rumah untuk pergi kekantor. Setelah mengunci pintu utama rumahnya, khodij segera berjalan tapi sebuah mobil hitam yang terparkir tepat didepan pagar rumahnya, tak berselang lama seorang pria bertubuh tegap turun dari mobil itu.

Khodijah menatap tidak percaya pada pria dihadapannya, sedangkan pria itu sibuk memperdalam senyumannya kala meliaht ekspresi kaget khodij.
"Sedang apa kau disini abi?"

Khodij spontan menutup mulut dengan tangan, dan meringis pelan.
"Maksud ku, sedang apa bapak disini?"

"Ck. Jangan merubah panggilan mu hanya karna kau sudah tahu aku ini bos mu"

"Apa maksud mu, kau atadan ku karna itu aku harus sopan padamu."

"Aku jauh lebih suka jika kau memanggil ku Abi."

"Aku akan dihajar oleh orang-orang kantor jika bersikap informal"

"Baiklah, bersikap sopan saat dikantor dan kembali normal saat kita hanya berdua"

"tapi-"

"Cepat masuk"

Abi segera masuk kedalam mobil nya lagi dan duduk dibagaian kemudi. Khodij yang tidak mengerti hanya melongo ditempatnya. Khodij tak bergeming dia tetap hanya berdiri diluar.
"Khodij ayo naik. Jangan memaksa untuk aku paksa masuk kedalam mobil" tegur abi.

Khodijah mengangguk kemudian masuk kedalam mobil.

Sama seperti saat-saat mereka bepergian bersama dengan mobil, percakapan tak berhenti tatkala telah dimulai. Khodijah menanggapi sekenanya dia menjadi sangat canggung saat bercerita dengan atasannya sendiri.
Laju mobil abi memelan lalu berhenti ditengah jalan saat lampu lalu lintas berubah. Cerita-cerita abi ikut berhenti, dan disinilah khodijah mencuri waktu untuk mengingat Allah. Khodij mulai berzdkir sebanyak mungkin dengan mata terpejam.

Sebisa mungkin yang ada dalam hati dan fikirannya hanya nama Allah, hanya nama tuhannya. Hingga suara berat abi menyela masuk diantara hubungan yang terjalin khodij dengan-Nya.
"Apa yang tengah kau lakukan?" sekiranya pertanyaan itu yang menghentikan aktifitas khodij.

"Berdzikir"

"Apa itu?"

"Mengingat Allah, dengan memujinya"

Ada jeda yang cukup lama hingga pertanyaan kembali Abi ajukan.
"Apa kau sebegitu percaya kepadanya? Setiap waktumu hanya untuknya?"

"Cinta pertamaku adalah Dia! Yang kupercayai waktu ku menjadi sangat sia-sia ketika aku tidak menyelipkan meski hanya sedikit saja tentang diri-Nya"

"Yang kau percayai berbeda dengan yang kupercayai"

Khodij tertegun perlahan dia menoleh kearah abi yang sibuk dengan setir mobil. Untuk pertama kalinya pria Itu menegaskan atas perbedaan diantara mereka. Khodij berusaha kembali menguasai dirinya, entah kenapa tiba-tiba saja ada rasa tidak suka dan sedikit amarah ketika abi melontarkan pernyataannya. Seharusnya dia tidak kaget dengan ini, ini sudah dia perdiksi bahwa suatu saat akan tiba dimana tembok besar diantara keduanya mulai menampakkan.diri.

"Memangnya apa yang kau percayai?"

"Pastinya berbeda denganmu kho! Entah tapi kurasa perbedaan kita sangat jauh"

"Selalu ada kesamaan diantarnya. Aku percaya bahwa hidup hanya terpusat pada peribadatan kepada tuhan dengan harapan penuh semua yang kau lakukan membuahkan hasil diakhirat, kau pun percaya itu. Hanya cara pelaksanakannya yang berbeda."

KHODIJAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang