Just Miss You

1.4K 106 10
                                    

Berapa kalipun Abi mencoba memahami hati nya tetaplah tidak bisa menerima fakta bahwa Khodijah telah memiliki seorang putri. Jika gadis itu memiliki putri itu artinya dia sudah memiliki pria dalam hidupnya. Itu-...
Aakhh! Astaga kenapa sangat sulit mengerti semua ini. Bahkan setelah pria ini menunggu bertahun-tahun pada akhirnya dia hanya mencintai Khodijah tapi gadis itu, dia tidak lagi memiliki perasaan padanya.

Saat ini Abi benar-benar kacau Sedari tadi dia sibuk mondar mandir diruang kamar nya sambil terus mengacak kasar rambut nya. Kepala Abi terus berputar mencari celah dari kesakitannya.

"Aah, ayolah! Khodij tidak mungkin sudah menikah!"

"Tapi ini sudah 9 tahun, waktu yang cukup untuk melupakan diriku dan mencari pria lain."

Terus saja seperti itu sejak tadi. Sedikit saja dari kebenaran itu mampu menghancurkan Abi.

Drrttt...
Drrtt.

Abi menoleh mendapati ponsel nya bergetar kuat tanda mendapat panggilan.

Tanpa melihat siapa yang menghubungi Abi langsung saja mengangkat.

"Assalamualaikum" salam nya dengan jutek.

"waalaikumsalam"

Tunggu ini? Siapa ini? Saat mengenali suara manis ini Abi lantas segera mengecek nomor diponsel nya. Dan lihatlah orang yang dipikirkannya sejak tadi tengah menghubunginya.

"Halo Kho!"

"Halo Abi. Aku menghubungi karna Aisyah ingin bicara dengan mu. Dia katanya ingin berterimah kasih karna sudah mengantarkan dirinya dengan selamat kerumah"

"Baiklah tentu saja. Berikan ponsel padanya."

"Halo anak pintar bagaimana kabar mu"

"Halo paman! Aku baik bagaimana dengan paman?"

"aku baik sayang"

"Paman datanglah kerumah kami, aku ingin bertemu paman baik, tolong lah!"

"Aisyah!" Khodijah menatap putri nya dengan sedikit tajam atau lebih kepada terkejut. Dia tidak menyangka Aisyah akan meminta Abi datang kerumah mereka. Khodijah hanya khawatir jika Abi berpikir bahwa dirinya lah yang meminta Aisyah mengatakan semua itu.

Tapi Takdir tetaplah takdir yang pada hakikatnya seseorang tidak mampu menolak. Aisyah hanya menjadi sebuah alasan dari pilihan Allah.

"berikan ponsel nya pada Bunda"
Aisyah menurut dan segera menyodorkan ponsel pada Khodijah.

"Yang tadi itu- "

"tidak masalah bukan jika Aku datang menemui Aisyah?"

Khodijah mematung apa yang dipikirkan pria ini. Tapi tidak! Khodijah tidak memiliki alasan untuk menolak, lagipula Abi dan Aisyah yang ingin bertemu. Itu tidak ada hubungannya dengan Khodijah.
"tapi

"kupikir itu tidak masalah saat aku ingin datang bertamu kerumah teman lama ku."

Khodijah menghela napas.
"Baiklah. Tentu! Kau bisa datang Besok!"

"Baiklah terima kasih"

"Sama-sama Abi!"

"Apa?"

"Apa?"

Khodijah mengernyit tidak mengerti maksud Abi.

"Kau bilang apa tadi?"

"Apa yang ku katakan?"

"yang tadi?"

"Sama-sama"

"tidak! Tidak seperti itu!"

"Sama-sama Abi. Aku mengatakan itu kan?"

"Iya! Itu yang kau katakan"

"Lalu?"

"I'm just missing you call me 'ABI'"

Dengan gerakan cepat Khodijah mematikan sambungan telfon. Tidak ini sama sekali tidak baik untuk dirinya. Fakta bahwa 9 tahun telah terlewati tidak lah mudah untuk mereka pungkiri walau Khodij selalu gagal membohongi hatinya dan berakhir mengakui bahwa cinta itu masih tetap ada, tidak hilang bahkan tidak berubah sedikit pun.

"Kho!"

Khodij tersadar dia mendongak dan mendapati bunda nya tersenyum pada dirinya. Ini hal paling menenangkan senyuman itu, senyuman bunda nya yang meski semakin mengerut itu tetap jadi yang tercantik dimata Khodijah.

"Iya bun?"

Hazanah bergerak duduk disamping putri nya. Matanya tidak pernah bosan menatapi wajah yang dilindungi hijab itu, tidak bisa dijabarkan bagaimana bahagia nya ia ketika pertama kali satu-satu nya putri yang ia miliki memutuskan untuk mengenangakan hijab, itu bagian yang tidak bisa ia lupakan hingga sekarang.

"Bunda selalu kangen wajah ini. Bunda selalu bahagia setiap lihat kamu kayak gini"

Mata Khodij terpejam saat ciuman hangat sang bunda menjalari wajah nya. Perasaan haru memuncah Khodij memeluk erat tubuh yang merapuh oleh waktu yang terus berputar. Khodij mengerti bagaimana perasaan menjadi seorang bunda, Bukan tentang sulit nya mengurus anak tapi tentang kebahagiaan besar dari hal-hal sederhana yang sang anak lakukan.

Saat Khodij kembali menegakkan tubuh nya, Tangannya terangkat untuk menyeka sudut-sudut mata nya yang berair. Dia memang sangat cengeng.
"Dasar cengeng kamu, gimana mau diserahin ke orang kalau secengeng ini."

"Diserahin?"

"Dinikahin"

Khodij membulatkan matanya. Tapi sebenar nya itu hanyalah dibuat-buat dia tidak benar-benar terkejut, ini bukan yang pertama kali nya sejak ia pulang dari polandia Bunda nya terus saja bertanya dan meneror ia dengan 'kapan kamu nikah?'

"Umur kamu tuh udah tua Kho. Mau sampai kapan nunda nikah, itu gak baik loh"

"Bunda-- "

"Aisyah butuh Ayah yang sesungguh nya. Dia gak bisa punya Paman Ayah terus. Abang mu Angga juga punya keluarga sediri sayang!"

Itu benar! Jika bukan Kakak nya Angga yang membantu ia menjaga Aisyah sampai sekarang dia mungkin tidak akan berhasil menjaga Putri nya sendiri. Bukti nya saja bagaimana dia yang begitu ceroboh lupa untuk menjemput Aisyah, lalu harus sampai kapan seperti itu? Angga sudah berumah tangga, dia punya kehidupan sendiri istri dan anak dia punya itu semua.

"Khodij gak tahu bun. Khodij terlalu sibuk mikirin kerjaan sampai lupa soal itu."

"Bunda gak nuntut kamu sekarang juga, tapi melihat usia bunda- "

"Bun! Jangan ngomong kayak gitu. Itu gak baik! Bunda sendirikan yang ngajarin aku."

Hazanah tersenyum tangannya terulur membelai kepala putri nya, dia menatap dalam mata gadis kecil yang kini tumbuh cantik dalam balutan agama yang taat. Putri kecil nya Naimatul Khodijah yang dulu selalu ia timang, tak pernah terlewat sedetik saja saat gadis itu masih kecil ia selalu bersama bunda nya tapi kini berbeda yang ia harapkan bukan lagi kebahagiaan dan kesuksesaan dalam hidup saja tapi kini dia juga berharap putri nya ini akan segera menemukan seseorang yang terbaik dalam hidup nya.

Meski bunda nya tidak mengatakan apa-apa tapi pancaran mata itu jelas menggambarkan bahwa harapan bunda nya benar-benar besar. Khodijah memejamkan mata berusaha untuk mengerti nasihat bunda dan terus mencari seperti apa takdir Allah untuk urusan hati nya.

Khodijah hanya tidak bisa melawan pada cinta lama yang datang kembali dalam hidup nya. Dia tidak bisa mengabaikan cinta itu tidak hilang meski bertahun-tahun terlewati, ia seolah datang dari dimensi lain hanya untuk memancing ingatan hati Khodijah bahwa hatinya pernah menginginkan pria itu. Hingga pada akhirnya Allah mengantarkan pria itu jauh dari polandia ke indonesia. Luar biasa bukan bagaimana Allah menjalankan segalanya?



Assalamualaikum
Maaf lama gak up soal nya gak ada waktu buat nulis, ini aja nyuri waktu tengah malam. Semoga tetap suka aja yah😊😊




KHODIJAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang