berkenalan dengan sakit

1.5K 131 0
                                    

"ketika sakit menghampirimu, ucapkan salam padanya. Kenalilah sakit itu hingga saat dia datang untuk kedua kali kau tak asing lagi"



Pertemuan halaqoh dengan anak-anak itu selesai. Mereka berjalan keluar bersama dengan fatimah yang berada digendongan khodij. Setelah khodijah mendudukkan fatimah diatas kursi rodanya, sebuah suara memanggil khodij.
Gadis itu menoleh dan tepat saat itu dia mendapati sepasang manusia tengah duduk bersama.

Ada Abi dan teman khodijah, amirah.
Khodijah tersenyum kearah keduanya. Abi berjalan mendekat dan amirah melakukan hal yang sama.
"Kau belum pulang amirah?" tanya khodij. Dia hanya aneh melihat gadis yang biasanya sibuk dengan pekerjaan hingga terkadang tidak menyelesaikan dzikir dengan imam masjid, saat ini hingga pukul 2 siang belum juga pulang.

Amirah mendekat, setengah memeluk khodijah sambil berbisik cekikikan.
"Kau tahu, pria inilah yang kumaksud kho. Dia pria yang kukagumi"

Deg!

Masih sangat jelas terngiang bagaimana bahasa pujian, rasa kagum serta untaian kalimat memuja dari amirah pada pria itu saat ditelfon. Dan entah mengapa saat mengetahui bahwa pria yang dimaksud adalah Abi, meski sadar bahwa tidak ada hak dan wewenang untuk merasa sedikit 'cemburu' faktanya hal itu benar-benar terbesit dalam hati khodij.

Sementara khodij masih sibuk mencari cara mengendalikan hatinya, pria dihadapan nya menatap khodij dengan raut bingung. Dia tidak mendengar apa yang amirah katakan padanya tapi apapun itu abi percaya itulah hal yang membuat ekspresi wajah khodij berubah.

"Hai kho. Mengajarmu sudah selesai. Kita pulang sekarang?"

"Ah-."

"Kita?" amirah menyela cepat. Dia memandangi khodij dan abi bergantian. Kata 'kita' seolah mendefinisikan ada sesuatu hal diantara mereka.

Abi akan kembali bersuara berniat menjelaskan pada amirah hanya saja khodij lebih cepat membuka kata.
"Aku akan mengantar fatimah dulu baru pulang. Tidak masalah jika kau pergi lebih dulu, aku akan pulang kerumahku setelah mengantar fatimah"

Tanpa mendengarkan lagi khodij mendorong kursi roda fatimah. Belum dia keluar dari pekarangan masjid, suara berat Abi kembali terdengar menahannya.
"Aku ikut. Aku ingin mengantar fatimah juga."

Refleks saja amirah ikut ikutan ingin mengantar fatimah, meski dia tidak begitu mengenal fatimah ataupun abi tetap saja dia punya banyak alasan agar bisa ikut.

Berakhirlah seperti ini. Khodijah mendorong kursi roda fatimah, disisi kirinya ada amirah dan disisi kiri amirah ada pria tegap itu, abi.

Mereka terus berjalan dengan waktu yang dipenuhi oleh cerita amirah dan abi, mereka terdengar sangat selajur dan enjoy dengan percakapan mereka. Sementara mereka tidak sadar dua orang disekitar mereka hanya menjadi seorang pendengar yang baik. Khodija tidak ikut andil dalam kisah-kisah itu, lagipula tidak abi atau amirah ada yang mengajaknya ikut mengobrol, dan fatimah dia hanya menatap lurus kedepan dengan perasaan yang hampir sama dengan khodij. Apa mereka ini ghaib! Tidak terlihat keberadaannya?.

"Ekhem-ekhem!" jangan tuduh khodij. Deheman menyinggung itu fatimah yang keluarkan.

"Kau baik-baik saja fatimah?" tanya khodij.

"Tidak apa-apa, tenggorokan ku hanya sedikit kering sedari tadi diam tanpa suara sejak dari masjid."

Khodij spontan melotot, jelas sekali sindiran itu terbaca tertuju pada abi dan amirah. Khodij mengangkat pandangannya, dan matanya tak sengaja bertemu dengan mata abi. Cukup lah mereka diam dengan rasa asing yang sudah lama sebenarnya hinggap tapi masih tidak mereka kenali.

KHODIJAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang